Hidup Hemat dan Merawat Orang Berketerbatasan Fisik

Kita bisa melihat Argentina, Amerika Selatan dilanda banjir besar. Kabarnya, ini merupakan banjir terparah dalam 50 tahun terakhir. Mengapa kondisi iklim menjadi begitu tidak bersahabat? Para ilmuwan telah berkali-kali menyampaikan bahwa ini terjadi akibat kadar emisi karbon yang terlalu tinggi sehingga memicu pemanasan global dan kondisi iklim menjadi ekstrem. Ini karena polusi di bumi sangat parah.

Kita bisa melihat kuil di Taiwan yang telah melakukan perubahan. Sebuah kuil yang sangat besar di Taipei membimbing orang-orang untuk menggunakan hati yang tulus dan beranjali saja saat bersembahyang. Karena itu, banyak orang yang mengubah pandangan mereka. Sebuah ungkapan berbunyi, “Tiga inci di atas kepala adalah dewa.” Asalkan hati kita tulus, mereka pasti bisa merasakannya. Kita tidak perlu berebut untuk menyalakan dupa pertama pada hari pertama Tahun Baru Imlek. Namun, kita juga melihat jumlah kertas sembahyang yang dibakar di 15 kuil dari malam Tahun Baru Imlek hingga tanggal 9 bulan 1 Imlek telah mencapai 200,6 ton. Begitu banyak kertas sembahyang yang dibakar. Ini sungguh menakutkan.

Dinas Lingkungan juga mengimbau orang-orang untuk mengganti tindakan membakar kertas sembahyang dengan beramal. Daripada membeli kertas sembahyang untuk dibakar, lebih baik uang itu didonasikan dan digunakan untuk berbuat baik. Imbauan ini telah mendapat tanggapan. Dana yang terkumpul ada lebih dari 50.000 dolar NT. Bayangkanlah, semakin banyak orang yang memiliki keyakinan benar dan membangkitkan cinta kasih, maka kadar emisi karbon dan polusi udara akan semakin berkurang. Kita hanya perlu mengubah pandangan kita. Kita harus berdoa dengan hati yang tulus dan senantiasa mawas diri. Jika kita tidak berubah dan tetap percaya takhayul, kita sungguh harus meningkatkan kewaspadaan terhadap konsekuensi yang mungkin ditimbulkan.

Kita juga bisa melihat kisah yang penuh kehangatan di Indonesia. Dahulu, pada masa-masa perang, banyak tentara yang berjuang di garis terdepan terluka hingga mengalami keterbatasan fisik. Usai perang, mereka tinggal bersama di dalam sebuah kompleks. Namun, sekelompok veteran yang berketerbatasan fisik ini juga berkeluarga. Seiring bertambahnya usia, kondisi kehidupan mereka semakin sulit. Karena itu, pihak angkatan darat setempat bekerja sama dengan Tzu Chi untuk memberi para veteran bantuan materi. Ini sudah mulai dilakukan. Dari sini, kita bisa melihat kehangatan di dunia.

Jika di dunia ini hanya tersisa kesengsaraan dan tidak ada cinta kasih yang penuh kehangatan, bukankah dunia seperti ini terlalu dingin? Jadi, agar tercipta lebih banyak kehangatan, kita harus membina cinta kasih yang tulus. Buddha mengajarkan kita untuk mengasihi semua makhluk tanpa membeda-bedakan dan memiliki rasa senasib sepenanggungan. Karena itulah, insan Tzu Chi Indonesia memikul tanggung jawab ini. Saya sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi Indonesia. Mereka sungguh telah bersumbangsih dengan cinta kasih, welas asih, kebijaksanaan, dan pikiran yang jernih. Setiap melihat kegiatan mereka, saya tidak bisa menahan diri untuk memuji mereka.

Kita juga bisa melihat Taiwan. Lewat program Da Ai TV tentang relawan daur ulang, kita bisa melihat makna cinta kasih dan berharganya kehidupan ini. Kita bisa melihat semua itu. Baik kaya maupun miskin, baik sehat maupun sakit, semua orang memiliki kesatuan tekad untuk melindungi bumi. Contohnya relawan yang kita lihat ini. Saat melahirkannya, ibunya mengalami distosia sehingga dia kekurangan oksigen dan menderita lumpuh otak. Berhubung kondisi ekonomi keluarganya tidak baik, dia harus berusaha keras untuk bertahan hidup. Dia menikah pada usia 28 tahun dan juga memiliki anak. Dia juga sangat bertanggung jawab pada keluarganya. Meski sulit baginya untuk bekerja karena tidak leluasa bergerak, tetapi dia sangat tegar dan terus berusaha. Meski demikian, sangat sulit baginya untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Setelah mengetahui kondisi keluarga ini, insan Tzu Chi mulai membantu mereka. Dia juga sangat bersungguh hati untuk membalas budi pada Tzu Chi. Dia turut mendedikasikan diri untuk melakukan daur ulang. Meski mengalami keterbatasan fisik, dia melakukannya dengan sangat gembira. Sehari saja saya tidak melakukan daur ulang, hati saya merasa tidak nyaman dan terus memikirkan posko daur ulang. Sebelum memiliki kendaraan ini, saya hanya melakukan daur ulang pada pagi hari.

Setelah mengikuti pelatihan, saya merasa tanggung jawab saya sangat besar. Kakak Xie melakukan daur ulang dari pagi hari hingga malam hari. Saya merasa dia sangat bekerja keras. Melihatnya seperti itu, saya ingin membantunya mengemban tanggung jawab ini agar kelak dia tidak perlu bekerja sekeras ini. Hanya itu tujuan saya. Jika orang lain bahagia, maka saya juga bahagia. Inilah lingkaran cinta kasih. Dia memiliki kehidupan yang sangat indah. Sesungguhnya, orang yang berketerbatasan fisik juga memiliki potensi yang terpendam. Kita harus menghormati dan mengasihi mereka. Mereka juga bisa bersumbangsih demi masyarakat dan bumi. Setiap insan Tzu Chi sangat mengagumkan. Sebagian relawan yang memiliki usaha menggunakan setengah dari waktu mereka untuk menjalankan usaha dan setengahnya lagi untuk mendedikasikan diri di Tzu Chi.

Kakinya pernah terluka. Setiap kardus yang dia angkat itu sangat berat, mencapai puluhan kilogram. Namun, dia tidak pernah berkata bahwa dia lelah. Dia hanya terus melakukannya. Dia mengangkat barang-barang itu dari lantai 5 ke bawah dan mengangkatnya ke mobil. Mengangkat barang-barang itu ke mobil adalah pekerjaan yang sangat berat. Saya sangat kagum padanya. Saya merasa dia tidak kalah dari anak muda. “Kaki saya terasa lemas hingga hampir tidak mampu berdiri. Adakalanya saya merasa begitu, tetapi itu tidak sering terjadi. Itu termasuk gejala penuaan. Semakin banyak beristirahat, kaki dan tangan kita akan semakin kaku. Jadi, kita harus tetap bergerak,”ucapnya.

Inilah keindahan Taiwan. Demi bumi dan kelestarian lingkungan, kita berusaha melakukan tindakan nyata dan terus melakukan sosialisasi. Kita berharap bisa mendaur ulang dan mengurangi pemborosan sumber daya alam serta mengurangi kadar emisi karbon. Meski ini hanya tindakan kecil, tetapi penuh dengan cinta kasih yang besar. Jika setiap orang bisa melakukannya, saya yakin bumi dan udara dapat terbebas dari polusi. Untuk menyelaraskan empat unsur alam, harus dimulai dari pikiran manusia.

 

Kondisi iklim yang tidak bersahabat mengakibatkan bencana kerap terjadi

Tidak membakar kertas sembahyang demi mengurangi polusi

Menjaga orang yang berketerbatasan fisik dan mengembangkan potensi kebajikan

Mengurangi emisi karbon dan pemborosan serta berdoa semoga empat unsur alam selaras

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 5 Maret 2015

 

Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -