Ketekunan Kelompok Menampilkan Keindahan

Acara Pemberkahan Akhir Tahun berlalu dengan sangat cepat. Masing-masing dari kedua perjalanan saya menghabiskan waktu selama 21 hari. Tempat pemberhentian saya yang pertama kali ini adalah di Yilan. Saat tiba di sana, saya bisa melihat semangat pelatihan dan kekompakan pementasan para relawan daur ulang. Meski jumlah anggota komite dan Tzu Cheng di sana tidak banyak, tetapi keindahan pementasan mereka sungguh membuat saya tersentuh. Selanjutnya, saya menuju Taipei.

Acara Pemberkahan Akhir Tahun untuk para relawan daur ulang digelar sebanyak empat sesi. Setiap sesi dihadiri oleh lebih dari 2.000 orang. Relawan yang sudah berusia 70-an, 80-an, hingga 90-an tahun juga turut berpartisipasi dalam pementasan lautan Dharma. Gerakan mereka sangat serentak. Ini sungguh membuat orang merasa tersentuh. Dalam setiap sesi, saya bisa melihat lautan Dharma yang tenang dan kapal cinta kasih yang berlayar untuk menyelamatkan semua makhluk. Tanpa lautan Dharma, kapal cinta kasih tidak bisa berlayar untuk menyelamatkan semua makhluk. Ini semua dilakukan dengan kekuatan cinta kasih.

Begitu pula dengan badan misi kesehatan kita. Di Xindian, para staf medis kita membangkitkan ikrar dan tekad untuk menyelamatkan semua makhluk dari lautan penderitaan karena ada banyak makhluk hidup yang meminta bantuan. Di dunia ini, ada sekelompok dokter dan perawat menjalankan kapal cinta kasih untuk menyelamatkan semua makhluk. Sungguh, kita harus merenungkan ajaran Buddha dan ajaran Jing Si dengan hening.

Kita juga melihat pementasan yang dibawakan oleh lebih dari 300 polisi dan petugas pemadam kebakaran. Mereka memiliki banyak bintang di seragam mereka. Ini sungguh menyentuh dan mengagumkan. Jadi, para tenaga medis, relawan biru putih, relawan abu-abu putih, polisi, petugas pemadam kebakaran, dan lain-lain, semuanya tampil secara berkelompok. Pementasan mereka sangat rapi. Saya merasa sangat bersyukur.

Saya tidak bisa menceritakannya satu per satu. Setiap pementasan mereka sungguh mengandung kebenaran, ketulusan, kebajikan, dan keindahan. Ketulusan sejati dan keindahan dari kebajikan sungguh telah menyebar di dunia ini. Semangat Mahayana yang dilambangkan dengan Kereta Lembu Putih dapat terlihat di berbagai tempat. Ini benar-benar Kereta Lembu Putih.

Acara Pemberkahan Akhir Tahun yang terakhir diadakan di Tanzi. Para perawat kita menampilkan kelembutan, sedangkan para dokter menampilkan kekuatan. Mereka menampilkan formasi kapal dan lembu dengan menggunakan waktu selama 5 menit 10 detik. Pementasan itu menunjukkan niat mereka pada saat itu dan di masa mendatang.

“Pementasan selama 5 menit 10 detik tadi merupakan hasil latihan kami dalam dua bulan terakhir ini selama hampir 40 jam. Kami berharap setiap orang dapat merasakan kerja keras Tzu Chi selama hampir 50 tahun ini. Mungkin pementasan kami belum sempurna, tetapi saya yakin para staf kita dapat memahami makna dari pementasan ini. Kita harus mengintrospeksi diri. Saat kita melihat Master mengkhawatirkan semua makhluk yang menderita akibat ketidakselarasan unsur alam dan semua konflik yang terjadi akibat Lima kekeruhan, sebagai murid Master, apa yang harus kita lakukan? Kita harus memiliki semangat Kereta Lembu Putih, yakni memikul tanggung jawab. Pementasan selama 5 menit 10 detik ini juga menunjukkan bahwa di masa depan, kami akan terus mengikuti langkah kaki Master dengan erat. Kami berikrar untuk mengembangkan RS Tzu Chi Taichung menjadi sebuah rumah sakit yang bisa menceritakan banyak kisah, RS yang bisa membabarkan Dharma, dan rumah sakit teladan yang melebihi jenjang pusat medis. Terima kasih, Master,”ucap tim Medis

Singkat kata, kekuatan cinta kasih sungguh mengagumkan. Kebenaran, ketulusan, kebajikan, dan keindahan telah menyebar ke seluruh dunia. Di setiap tempat, kita dapat melihat semangat Mahayana. Dari pementasan Kereta Lembu Putih, kita bisa melihat bahwa mereka telah menyerap Dharma ke dalam hati dan mempraktikkannya lewat tindakan nyata. Saya merasa sangat bersyukur. Saya tidak dapat mengucapkan semua rasa syukur saya.

Selama saya melakukan perjalanan, ada beberapa insan Tzu Chi yang datang berpamitan kepada saya. Mereka ingin pergi ke mana? Mereka pergi ke Tiongkok untuk membantu pembagian bantuan musim dingin. Selain itu, mereka juga mendampingi dan membimbing insan Tzu Chi setempat dan warga lokal yang mengembangkan cinta kasih mereka. Mereka pulang pergi secara bergilir.

Dari laporan mereka, kita mendengar bahwa mereka sangat bersyukur melihat sumbangsih insan Tzu Chi setempat. Relawan setempat yang penuh cinta kasih tidak hanya bersumbangsih untuk merawat warga setempat, tetapi juga sangat memperhatikan insan Tzu Chi Taiwan. Setelah kembali, insan Tzu Chi Taiwan berkata, “Tidak ada satu pun dari kami yang terkena flu.” Mereka kembali dengan selamat dan berbagi kisah yang penuh cinta kasih.

Selain pergi ke Tiongkok untuk menyalurkan bantuan secara bergilir, mereka juga kembali ke Taiwan secara bergilir. Inilah estafet cinta kasih yang ada di dunia ini. Tentu saja, para dokter kita juga bergabung dalam barisan relawan ini. Beberapa dokter kita yang tengah sakit juga turut berdedikasi dengan berani. Setelah kembali, mereka juga berbagi pengalaman mereka. Di antaranya, ada dua dokter dari RS Tzu Chi Taichung. Salah satunya adalah dr. Jiang.

Beberapa tahun yang lalu, dia sangat menderita akibat penyakit yang dideritanya. Dia dapat sembuh berkat kekuatan cinta kasih para tenaga medis yang mengobatinya. Sebelum melakukan perjalanan, dokter yang satunya lagi baru saja menjalani operasi untuk memperbaiki ablasi retina. Dua atau tiga hari setelah menjalani operasi, dia segera melakukan perjalanan. Setelah tiba di sana, dia juga membantu mengangkat beras. Dia mengangkat tiga karung beras sekaligus. Setelah kembali, dia berkata bahwa dia merasa sangat malu karena baru berjalan beberapa langkah, tiga karung beras itu sudah terasa berat baginya. Lalu, seorang relawan lain segera datang dan membantunya mengangkat satu karung. Ini semua merupakan kekuatan cinta kasih.

Meski kondisi kesehatannya seperti itu, tetapi dia tetap pulang pergi dengan selamat. Intinya, setelah kembali dari perjalanan, setiap insan Tzu Chi membangkitkan tekad dan ikrar. Dengan cinta kasih universal, insan Tzu Chi meninggalkan Delapan Jejak Dharma untuk membawa kebaikan bagi dunia. Kita bisa melihat keharmonisan antarmanusia. Semua itu berkat cinta kasih yang tulus. Insan Tzu Chi memiliki ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan.

Cinta kasih universal insan Tzu Chi berasal dari cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Kita bisa melihat bahwa bukan hanya di Taiwan, di setiap tempat, insan Tzu Chi menyerap Dharma ke dalam hati dan mempraktikkannya lewat tindakan nyata. Mereka mempraktikkan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari. Kasih sayang yang tulus ini membuat saya sangat tersentuh.

 

Melakukan perjalanan keliling Taiwan dan melihat semangat para relawan

Menjalankan kapal cinta kasih di tengah lautan Dharma yang tenang

Melihat keindahan dan kebajikan dari kerja sama kelompok

Cinta kasih yang tulus menciptakan masyarakat penuh berkah

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 02 Februari 2015

Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -