Melapangkan Hati dan Memperteguh Tekad Pelatihan Diri

Sekarang sudah memasuki musim dingin, sudah pasti cuaca berubah dingin. Kini banyak relawan yang bertekad untuk menghirup keharuman Dharma. Pagi-pagi, saat langit belum terang, mereka telah keluar rumah. Sebelum keluar rumah, kenakanlah pakaian yang hangat dan berhati-hatilah dalam perjalanan. Saya berharap setiap orang dapat menggunakan hati yang tulus untuk mendengar Dharma, menyerap Dharma ke dalam hati, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kita harus tahu bahwa seiring berjalannya waktu, usia kehidupan kita juga semakin berkurang. Saat satu hari berlalu, usia kehidupan kita juga berkurang satu hari. Kita semua memiliki jalinan jodoh. Kita bertemu di zaman yang sama dan bertemu ajaran Buddha di zaman yang sama. Kita bahkan memiliki ruang yang besar ini sebagai tempat pelatihan Bodhisattva. Karena telah memilih untuk menapaki Jalan Bodhisattva ini, kita harus menghargainya dengan baik.

Selain menghargainya sendiri, kita juga harus memberikan perhatian kepada orang lain. Ini karena benih berkah dan kebajikan yang kita tanam serta jalinan jodoh akan membimbing kita kembali ke dunia ini dan kembali ke ladang pelatihan Tzu Chi ini. Karena itu, kita harus memanfaatkan waktu pada masa ini untuk mendengar Dharma, menyerap Dharma ke dalam hati, dan bergerak secara nyata untuk menapaki Jalan Bodhisattva. Inilah cara melatih diri.


Akhir-akhir ini, saya sering mengulas tentang beberapa murid Buddha yang di masa lampau pernah mengalami kelahiran kembali di lima alam lewat empat jenis kelahiran dan merasakan berbagai penderitaan hingga akhirnya bertemu dengan Buddha. Meski sudah mendengar ajaran Buddha, tetapi sayangnya mereka hanya berdiam pada tingkat Sravaka dan Pratyekabuddha.

Sravaka dan Pratyekabuddha termasuk Hinayana yang lebih mementingkan pencapaian pribadi. Mereka memahami bahwa kehidupan manusia sangat singkat dan penderitaan di dunia disebabkan oleh akumulasi karma akibat kegelapan dan noda batin. Karena itu, rintangan karma yang tercipta menjadi sangat besar. Dari kehidupan ke kehidupan, benih karma itu akan terus mengikuti kita.

Sekelompok Sravaka dan Pratyekabuddha yang tengah melatih diri itu takut kembali bersentuhan dengan dunia dan terjerat hukum karma. Mereka khawatir tidak memiliki tekad pelatihan yang teguh sehingga saat terjun ke tengah masyarakat, kondisi batin mereka akan terpengaruh. Mereka sangat takut berada di tengah masyarakat. Karena itu, mereka mengasingkan diri dan tidak berani terjun ke tengah masyarakat.


Namun, terhadap semua makhluk di dunia, baik di alam surga, manusia, neraka, setan kelaparan, maupun alam binatang, Buddha mengasihi semuanya dengan cinta kasih dan welas asih yang setara. Hati Buddha adalah penuh cinta kasih dan welas asih. Karena itu, saya sering mengatakan bahwa kita harus bisa berlapang dada dan jangan terlalu perhitungan. Kita harus mengasihi sesama dengan hati yang tulus.

Mendengar Dharma adalah hal yang sangat penting. Lihatlah, usai mengulas isi bab Keyakinan dan Pemahaman, saya juga akan membahas Gathanya. Beberapa orang mungkin berpikir, “Saya sudah pernah mendengarnya. Sekarang Master hanya membahas ulang isi Sutra bagian sebelumnya.” Sesungguhnya, bukan saya yang mengulangnya, tetapi isinya memang ada pengulangan. Pengulangan ini adalah demi kebaikan kita semua. Para Buddha yang bijaksana dan menjadi junjungan khawatir kita akan melewatkannya atau tidak memahaminya. Karena itu, para Buddha mengulang kembali isi Sutra bagian sebelumnya dalam bentuk Gatha. Dari sini terlihat bahwa betapa pentingnya ajaran ini.

Tadi saya mendengar laporan tentang kunjungan kasih saudara se-Dharma. Relawan kita mengunjungi para anggota Tzu Cheng di wilayah Taiwan timur untuk mencari tahu mengapa mereka menghilang setelah dilantik. Insan Tzu Chi mengunjungi mereka satu per satu untuk menganalisis masalah yang mereka hadapi. Jika yang mereka hadapi adalah masalah pribadi atau masalah saat menjadi relawan, maka relawan kita akan lebih berusaha untuk memperhatikan mereka. Janganlah kita membiarkan tekad pelatihan mereka yang sudah terbangkitkan patah begitu saja. Kita jangan membiarkannya patah begitu saja.

Seiring berlalunya satu hari, usia kehidupan kita juga berkurang satu hari. Namun, dengan mendalami Dharma, jiwa kebijaksanaan kita akan bertumbuh. Saat usia kehidupan semakin berkurang, jiwa kebijaksanaan kita harus terus bertumbuh. Jadi, jika kita tidak memanfaatkan waktu untuk mendengar Dharma dan menyerap Dharma ke dalam hati, maka kita akan kehilangan keduanya. Singkat kata, melihat dan mendengar bahwa insan Tzu Chi tidak hanya mewujudkan pencapaian sendiri, tetapi juga mendukung pencapaian orang lain; tidak hanya menjaga tekad pelatihan sendiri, saya sungguh sangat tersentuh dan bersyukur.

Saya berharap setiap orang dapat memiliki semangat ini. Pagi ini, para Bodhisattva dari Filipina datang bertemu dengan saya. Kita semua tahu bahwa pada bulan November tahun lalu, terjangan Topan Haiyan telah mendatangkan kerusakan besar bagi Provinsi Leyte. Untungnya, sekelompok besar insan Tzu Chi di 40 negara lebih, bersama-sama mencurahkan perhatian untuk para korban. Insan Tzu Chi Taiwan juga sangat bersungguh hati. Kita telah menyiapkan ribuan unit rumah rakitan sementara dan semua itu telah dikirimkan ke Filipina. Kita bisa melihat ratusan unit  rumah rakitan sementara telah didirikan di sana.

Namun, beberapa hari lalu, sebuah topan lain kembali menerjang dan mendatangkan angin rebut dan hujan deras di sana. Saya sangat khawatir mendengarnya. Untungnya, saya kembali mendapat informasi bahwa kekuatan angin topan sudah mulai melemah dan sudah bergerak meninggalkan Filipina. Pascatopan, Relawan Yang Guoying segera pergi mengambil foto. Rumah rakitan kita tetap berdiri dengan kokoh. Karena itu, saya berterima kasih kepada kalian yang telah berpartisipasi dalam proyek perakitan rumah sementara.

Kalian bisa berkata dengan bangga, “Semua material bangunan itu sudah pernah dipegang oleh saya. Saya pernah membantu mengencangkan sekrup. Saya pernah mendonasikan batangan besi dan yang lainnya.” Setelah menciptakan rumah rakitan ini, kita bisa merasa lebih tenang. Tentu saja, kita masih harus berusaha untuk mengembangkan rumah yang lebih kokoh dan lebih sederhana agar tidak perlu menggunakan lebih dari 1.000 sekrup untuk setiap unit rumah rakitan.

Singkat kata, kini kondisi iklim menjadi semakin ekstrem dan tidak menentu. Karena itu, kita hendaknya lebih sering mengintrospeksi diri. Dengan sering mengintrospeksi diri, kita akan lebih menyadari pentingnya menyelaraskan pikiran sendiri. Kita harus menggunakan ajaran Buddha untuk menyelaraskan pikiran dan mewujudkannya lewat tindakan untuk bersumbangsih bagi sesama. Kita harus menggunakan ajaran Buddha yang telah kita pelajari untuk membawa manfaat bagi masyarakat. Janganlah kita merusak bumi dan mencelakai makhluk hidup lain demi memperoleh keuntungan sendiri. adalah hal yang tidak boleh kita lakukan. Tujuan kita mempelajari ajaran Buddha adalah demi membawa manfaat bagi semua makhluk. Untuk itu, kita harus selalu bersungguh hati.

Memanfaatkan waktu untuk mempelajari Dharma  guna menumbuhkan jiwa kebijaksanaan

Melapangkan hati dan memperteguh tekad pelatihan diri

Memperhatikan rumah rakitan sementara di Filipina

Tidak pernah menyerah untuk melindungi seluruh makhluk hidup

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 9 Desember 2014 

Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -