Melenyapkan Kebencian dengan Dharma demi Hidup yang Aman dan Tenteram

Awalnya, dunia ini sangat harmonis. Namun, akibat umat manusia yang tidak bisa membedakan benar dan salah, timbullah konflik antara satu sama lain. Ini sungguh membuat orang merasa khawatir. Kita terus mengingatkan orang-orang untuk membina ketulusan. Kita harus menggunakan hati yang paling tulus untuk menjalin kasih sayang dengan sesama dan saling memahami. Jika semua orang bisa saling memahami, apa lagi yang perlu kita perdebatkan di dunia ini? Tidak ada yang perlu kita perdebatkan. Kita semua hidup bersama di bumi yang sama. Alam menyediakan ruang yang luas bagi semua makhluk.

Selain manusia, masih ada berbagai makhluk hidup lainnya. Hidup semua makhluk bergantung pada bumi. Contohnya setelah padi dipanen, kita memanfaatkan lahan untuk menanam bunga kanola. Saat tiba waktunya untuk menanam padi lagi,  kita akan memanfaatkan bunga kanola tersebut untuk dijadikan pupuk. Inilah lingkaran kehidupan di bumi ini. Alam tempat kita hidup ada di kolong langit dan di atas bumi. Semua manusia yang hidup di dunia ini hendaknya saling menghargai.

Setiap orang memiliki benih karma, jalinan jodoh, dan buah karma masing-masing. Semua itu kita ciptakan sendiri. Dalam kehidupan ini, kita harus tahu bahwa buah karma yang kita terima saat ini adalah akibat benih karma dan jalinan jodoh yang kita tanam di kehidupan lampau.Kita harus memahami dengan jelas apakah kita memiliki jalinan jodoh baik maupun buruk. baik kita berada di lingkungan yang baik ataukah jalinan jodoh buruk dengan orang lain. Jika memiliki banyak jalinan jodoh baik, kita harus berterima kasih kepada banyak orang yang memiliki kesatuan tekad dengan kita untuk melakukan kebaikan dan menjadi penyelamat bagi dunia. Kekuatan cinta kasih dapat terhimpun berkat adanya jalinan jodoh baik yang membuat kita dapat memiliki kesatuan tekad untuk menciptakan masyarakat yang harmonis.

Saat terjadi bencana, setiap orang menghimpun kekuatan untuk bersumbangsih. Ini merupakan lingkaran kebajikan di dunia. Saat mengalami masalah yang tidak menyenangkan, jika di dalam hati kita ada Dharma, maka secara alami kita akan bertobat dan berpikir bahwa ini mungkin karena di kehidupan yang lampau, kita pernah menjalin jodoh yang tidak baik sehingga pada kehidupan ini, kita menghadapi kondisi yang buruk. Kita sendiri harus selalu tenang dan damai. Berpikiran tenang dan damai adalah berkah. Kita hendaknya berpuas hati dan bersyukur. Hidup di dunia ini, kita hendaknya mengenal rasa puas. Menciptakan masyarakat yang harmonis, aman, dan tenteram,  itulah kehidupan yang kaya. Jadi, antarmanusia tidak perlu saling bertikai.

Dengan demikian, tidak akan terjadi konflik seperti di Sudan, Suriah, dan lain-lain yang menimbulkan begitu banyak penderitaan. Para warga menjadi pengungsi akibat ketidakselarasan perbuatan, ucapan, dan pikiran segelintir orang. Akibatnya, orang-orang hidup di tengah penderitaan dan ketakutan. Mereka tidak dapat melewati satu hari pun dengan tenang. Yang paling kita butuhkan adalah menciptakan berkah dengan bersukacita dalam bersumbangsih dan membina kebijaksanaan dengan mengembangkan sikap penuh pengertian. Agar bisa hidup tenang dan damai di dunia ini, kita harus menciptakan lingkaran kebajikan. Karena itu, melihat insan Tzu Chi begitu tekun dan bersemangat melatih diri,  saya sangat tersentuh.

Setiap orang mendalami Dharma dan melatih diri dengan sangat antusias dan sangat berharap masyarakat dapat harmonis. Dengan hati yang paling tulus, kita berharap setiap orang di dunia ini dapat menyelaraskan pikiran mereka sehingga dapat melenyapkan pergolakan dan ketidakselarasan di tengah masyarakat. Kini, yang paling dibutuhkan setiap orang di masyarakat kita adalah keharmonisan. Semua orang harus bersatu hati, harmonis,  saling mengasihi, dan bergotong royong. Pikiran manusia harus selaras, baru bisa tercipta masyarakat yang aman, tenteram, dan harmonis. Inilah tujuan yang harus kita capai. Jadi, saya berharap insan Tzu Chi dapat mengubah musim dingin yang membeku menjadi musim semi yang hangat.

Lihatlah, semangat dan filosofi Tzu Chi menyebar dari Taiwan ke seluruh dunia. Tanpa kekuatan dari begitu banyak insan Tzu Chi, bagaimana Tzu Chi bisa berkembang hingga kini dan menjangkau puluhan negara? Di dalam batin setiap orang yang pernah menerima bantuan Tzu Chi, tertanam sebutir benih cinta kasih dari Taiwan. Inilah yang membuat Taiwan bersinar. Benih ini telah tersebar ke seluruh dunia.

Kita bisa melihat di Myanmar, sepasang suami istri yang bertengkar akhirnya membakar rumah mereka sendiri. Kobaran api pun menyebar ke rumah lain. Akibat kebakaran itu, lebih dari 200 keluarga kehilangan tempat tinggal. Insan Tzu Chi segera bergerak untuk menenangkan hati warga setempat dan menyalurkan bantuan bencana. Inilah kekuatan cinta kasih mereka. Lihatlah, kita jangan pernah membangkitkan kebencian dan kemarahan. Kita harus senantiasa tenang dan berpuas hati. Dengan cinta kasih yang penuh rasa syukur, barulah keluarga bisa harmonis dan masyarakat bisa aman dan tenteram.

Kita sungguh harus meningkatkan kewaspadaan terhadap masalah krisis air. Sungguh, kondisi iklim sangat tidak bersahabat. Kini, masalah ini telah memengaruhi kebutuhan air dalam kehidupan sehari-hari. Persediaan air di Taiwan sudah hampir habis. Karena itu, pohon-pohon terus berbunga dan berbuah untuk dapat terus bertahan hidup. Sesungguhnya, krisis air telah membuat tumbuhan mendeteksi kondisi yang tidak menguntungkan. Karena itu, tumbuhan memekarkan bunga pada saat yang bersamaan. Saat tumbuhan mengalami kondisi yang sulit, mereka akan berusaha untuk meninggalkan benih. Bagaimana dengan manusia? Kita harus selalu waspada. Di dunia ini, kita harus selalu bersikap waspada. Di tengah lingkungan seperti ini, saya berharap setiap orang dapat mengasihi diri sendiri, mawas diri, dan tulus.

 

Menjalin kasih sayang yang tulus untuk melenyapkan konflik

Lingkaran keindahan dan kebajikan adalah berkah yang sesungguhnya

Berpegang teguh pada ikrar untuk menyebarkan cinta kasih

Melenyapkan kebencian dengan Dharma demi memperoleh keamanan dan ketenteraman

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 09 Maret 2015

 

Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -