Melenyapkan Penderitaan Semua Makhluk demi Membalas Budi Buddha

Melihat dunia ini dilanda bencana, kita selalu merasa tidak tega. Jika Bodhisatwa tersebar di seluruh dunia, maka untuk menjangkau semua makhluk yang menderita, melenyapkan penderitaan mereka, dan mengevakuasi mereka ke tempat yang aman akan jauh lebih mudah. Namun, jika bencana terjadi di tempat yang jauh serta tidak ada insan Tzu Chi dan Bodhisatwa dunia, maka kita hanya bisa merasa khawatir. Kita tidak dapat segera memberi pertolongan. Karena itu, kita harus lebih banyak menjalin jodoh untuk menyadarkan semua orang dan terus menabur benih cinta kasih karena budi Buddha sangat luas dan dalam.

Meski kita menggunakan waktu yang sangat panjang untuk bersujud di hadapan Buddha  dan memberikan persembahan, itu masih tidak cukup untuk membalas budi Buddha. Dari kehidupan ke kehidupan, Buddha terus kembali ke dunia ini. Ini bukan demi kebahagiaan-Nya sendiri, melainkan demi membebaskan semua makhluk dari penderitaan. Bagaimana agar bisa terbebas dari penderitaan? Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang harus menyucikan hati serta melenyapkan noda batin, kegelapan batin, dan lain-lain agar bisa menenangkan hati sendiri.

Kita harus mengendalikan nafsu keinginan dan mengenal rasa puas. Jika seseorang dapat mengendalikan nafsu keinginan dan berpuas hati, maka kehidupannya akan sangat bahagia, gembira, tenang, damai, dan bebas dari kerisauan. Saat menghadapi masalah, dia juga bisa tetap tenang. Ini karena dia telah memahami kebenaran dan hukum karma. Masalah apa pun yang menghampirinya, dia dapat menghadapinya dengan tenang. Jika dapat berpikiran terbuka dan mampu melepas, kita tidak akan diliputi noda batin yang membuat batin kita tersiksa. Kita harus memahami ajaran Buddha agar kita dapat menghadapi segala sesuatu tanpa kemelekatan dan dapat menstabilkan pikiran sendiri. Jika setiap orang bisa mengetahui dan memahami hal ini, bukankah antarmanusia akan tercipta hubungan yang harmonis dan interaksi yang tulus?

Dengan demikian, selain tidak timbul kegelisahan, masyarakat juga akan hidup aman dan tenteram. Selain itu, jika hidup kita lebih sederhana, maka tak akan ada begitu banyak nafsu keinginan terhadap materi yang akan menimbulkan banyak pemborosan sumber saya alam. Pemborosan menyebabkan sumber daya alam terus terkuras. Berhubung masyarakat ingin menikmati hidup dan memperoleh banyak keuntungan, konsumsi pun terus didorong. Akibatnya, sumber daya yang dihabiskan sangat banyak. Besarnya penggunaan sumber daya secara alami akan menguras sumber daya alam di bumi ini. Sumber daya alam dikuras untuk konsumsi manusia yang berlebihan. Sumber daya yang terbuang pun semakin banyak.  Siklus yang buruk ini telah menimbulkan banyak sampah. Saat tidak ada tempat untuk menampung sampah, sampah-sampah akan dikubur di dalam tanah. Saat sumber daya alam di bumi berubah menjadi sampah, ini akan menjadi masalah besar.

Baik iklim maupun bumi, semuanya telah mengalami luka parah. Ini terjadi karena orang-orang tidak memahami kebenaran dan tidak mendalami Dharma. Karena itulah, orang-orang terus menciptakan begitu banyak sampah. Di dalam pikiran setiap orang terdapat sampah yang disebut kegelapan batin. Sampah berupa kegelapan batin dapat memenuhi pikiran manusia. Saat pikiran manusia dipenuhi oleh sampah, unsur alam juga akan tidak selaras.

Kita bisa melihat bencana akibat ketidakselarasan unsur air. Belakangan ini, hujan deras mengguyur Indonesia. Hujan yang turun dalam jangka waktu panjang dengan volume yang tinggi ini mengakibatkan berbagai wilayah di Jakarta terendam air. Saat air mulai menggenang, Saat air mulai menggenang, insan Tzu Chi segera mempersiapkan barang bantuan dan makanan hangat. Pihak tentara dan polisi juga membantu pengiriman. Sarana transportasi juga disediakan oleh mereka. Ini karena di Indonesia, pihak militer dan Tzu Chi telah menandatangani perjanjian kerja sama.  Saat terjadi bencana, pihak militer akan bekerja sama dengan Tzu Chi. Pihak militer akan selalu mendukung Tzu Chi. Mereka menyediakan sarana transportasi baik air maupun darat untuk membantu Tzu Chi. Dengan demikian, penyaluran bantuan bencana akan lebih ringan.

Semakin banyak orang, kekuatan yang terhimpun juga semakin besar. Jadi, pekerjaan juga akan terasa lebih ringan. Di tengah penyaluran bantuan bencana, baksos kesehatan kecil juga diadakan beberapa kali. Namun, setelah banjir surut dan lokasi banjir dibersihkan, insan Tzu Chi merencanakan baksos kesehatan berskala besar. Inilah kesungguhan insan Tzu Chi Indonesia. Mereka merencanakan penyaluran bantuan bencana dan menjalankannya setahap demi setahap. Yang paling mengagumkan adalah pemerintah setempat juga turut mengerahkan bantuan. Banyak pula korban banjir yang sudah mengenal Tzu Chi karena selalu melihat kehadiran insan Tzu Chi pada saat terjadi bencana. Selain itu, insan Tzu Chi juga sangat rendah hati dan menghormati para korban bencana. Mereka bersumbangsih dengan kasih sayang yang tulus. Karena itu, banyak korban banjir yang menyatakan bahwa mereka ingin bergabung menjadi relawan Tzu Chi.

Saya berharap lebih banyak orang di dunia ini dapat melihat dan bergabung untuk mengemban misi amal Tzu Chi. Dengan demikian, bukankah dunia ini akan menjadi Tanah Suci Bodhisatwa? Jika setiap orang dapat berbuat amal, saya yakin mereka dapat memperbaiki pola hidup sendiri dan menyucikan hati sendiri. Janganlah kita membangkitkan niat jahat. Kita hendaknya saling membangkitkan niat baik, saling menyemangati, dan saling bersumbangsih. Jika demikian, maka secara alami bencana akibat ulah manusia dan bencana alam yang terjadi di seluruh dunia akan perlahan-lahan mereda.  

 

Menyalurkan bantuan bencana banjir dan menyebarkan cinta kasih

Melenyapkan penderitaan para korban dan mengadakan baksos kesehatan berskala besar

Menciptakan berkah secara luas demi membalas budi Buddha

Menyucikan hati, saling membantu, dan memperkuat akar kebajikan

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 14 Februari 2015

Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -