Melihat Cinta Kasih dan Ketulusan di Dunia

“Awalnya, saya sangat menolak tubuh ini karena ia berbeda dengan orang lain dan membuat saya tidak leluasa. Perlahan-lahan, saya mulai bisa menerima kondisi yang tidak sempurna ini. Setelah menerimanya, saya masih harus melalui satu tahap perubahan, yaitu belajar menghargai diri sendiri. Sejak kecil, saya tidak dapat bergerak dengan leluasa dan selalu membutuhkan bantuan dari orang lain. Perlahan-lahan, saya mulai bisa menerima diri sendiri. Setelah membuka pintu hati, saya melihat dunia luar sangat indah dan sangat luar biasa,” ucap Lin Yan-liang dalam cuplikan program “Children of the World”

Salah satu program Da Ai TV, “Children of the World” telah tayang selama 10 tahun dan mencapai lebih dari 1.000 episode. Setiap episodenya diproduksi dengan sepenuh hati dan berdasarkan pada kisah nyata. Program yang sangat edukatif ini bertujuan untuk membimbing anak-anak agar berjalan ke arah yang benar. Contohnya Lin Yan-liang. Meski menderita lumpuh otak, tetapi dia sangat bahagia karena ayahnya tidak pernah menyerah terhadapnya. Sang ayah terus mendampinginya, mengasihinya, dan mendukungnya menjalani fisioterapi.

Anak ini sungguh sangat ceria. Meski menjalani fisioterapi sangat menyakitkan, tetapi dia selalu menerimanya dengan senang hati. Meski sangat kesakitan, tetapi dia tidak pernah berteriak kesakitan, melainkan selalu berteriak sambil tertawa. Dia selalu berteriak sambil tertawa. Dia juga sangat suka bercanda dengan ayahnya. Ayahnya juga tidak pernah menyerah terhadapnya. Kini Lin Yan-liang sudah memasuki masa remaja, tetapi cinta kasih sang ayah terhadapnya tidak pernah terputus. Ini sungguh tidak mudah. Ayahnya sangat pantas dipuji. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya.

Sejak anak ini masih kecil, kita sudah terus mengikuti kisah hidupnya. Semua ini membutuhkan kesabaran. Sebuah program TV tidak bisa selesai diproduksi dalam waktu beberapa hari saja. Kita memerlukan jangka waktu yang panjang untuk terus memantau perkembangannya. Ini juga sama seperti kita sedang memberi semangat kepadanya. Lihatlah, kali ini kita memperoleh penghargaan yang tak terduga. Ini adalah pertama kalinya kita mengikuti kontes seperti ini, tetapi tak disangka kita langsung memperoleh penghargaan untuk program TV yang unggul dan sangat mendidik.

Kita juga bisa melihat Palo, Filipina. Pembangunan rumah rakitan sementara di sana telah hampir rampung. Kita juga bisa melihat orang penuh cinta kasih yang turut membantu dengan sepenuh hati. Mereka tidak takut bekerja keras, tidak takut teriknya matahari, dan tidak takut bermandikan peluh. Di tengah kondisi seperti itu, mereka terus bersumbangsih. Kita juga melihat sekelompok Bodhisatwa yang berasal dari keluarga berada di Filipina. Namun, mereka bersedia membantu di lokasi pembangunan.

Seorang relawan wanita bahkan bisa mengoperasikan mesin penggilas. Saat di rumah, dia selalu dilayani oleh pembantu. Namun, dia bersedia pergi ke lokasi pembangunan untuk belajar mengoperasikan mesin penggilas. Meski tidak menerima upah, tetapi dia melakukannya dengan sangat gembira. Mereka sekeluarga adalah insan Tzu Chi. Empat generasi keluarga itu yang berjumlah lebih dari 20 orang, semuanya adalah insan Tzu Chi. Salah seorang anggota keluarganya yang berusia 80-an tahun juga ikut membantu memasak di sana.

Seluruh anggota keluarga Relawan Yang sungguh mengagumkan. Dialah penanggung jawab proyek pembangunan di sana. Dimulai dari pembangunan ruang kelas sementara hingga kemudian dilanjutkan dengan pembangunan rumah rakitan sementara. Dia menggerakkan setiap anggota keluarganya untuk turut membantu. Mereka bekerja sama untuk melakukan segala hal, baik pekerjaan berat maupun ringan. Mereka juga memberikan perhatian dan penghiburan serta menyebarkan semangat budaya humanis. Inilah sumbangsih mereka di sana. Saya sangat tersentuh melihatnya.

Mereka juga mengajak orang-orang untuk membuat batako dengan kerangka bambu. Mereka mengajari para warga bagaimana cara mencetak batako. Setelah rumah rakitan didirikan, batako pun disusun di atas tanah. Dalam waktu yang singkat, rumah rakitan itu sudah berdiri kokoh untuk ditempati para warga. Saya sungguh tersentuh melihatnya.

Kita juga bisa melihat menjelang musim dingin, insan Tzu Chi berkunjung dari rumah ke rumah untuk memahami kondisi kehidupan para warga. Seorang lansia mengeluh bahwa sekujur tubuhnya terasa sakit. Lihatlah, insan Tzu Chi setempat menghiburnya dan membimbingnya untuk bersyukur. Awalnya, mereka tidak saling mengenal dan tidak memiliki hubungan. Namun, insan Tzu Chi menjangkau setiap warga untuk memberikan penghiburan. Mereka sungguh telah membuktikan bahwa dunia ini masih penuh dengan kehangatan. Tentu saja, kita harus bersungguh hati.

Dalam kehidupan masyarakat, kebajikan dan cinta kasih adalah pusaka yang tidak ternilai harganya. Bukan hanya di Taiwan, setiap orang di dunia ini hendaknya memiliki kekayaan batin yang tak ternilai harganya. Inilah yang harus kita usahakan. Para Bodhisatwa, kita harus membangkitkan kekuatan cinta kasih setiap orang. Dalam keseharian, kita harus berusaha untuk menyucikan hati manusia. Sebelum menyucikan hati orang lain, kita harus menyucikan hati kita terlebih dahulu. Untuk mengembangkan kebijaksanaan orang lain, kita harus terlebih dahulu mengembangkan kebijaksanaan sendiri. Inilah yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Kita harus bisa membedakan yang benar dan yang salah. Saat mengasihi orang lain, kita akan merasa gembira. Saat kita memuji orang lain, hati kita akan merasa tenang dan damai. Kehidupan yang bahagia dan damai ini sangat mudah didapatkan oleh setiap orang. Mengapa kita enggan melakukannya? Karena itu, kita hendaknya selalu membantu dan memuji sesama. Sungguh, kekuatan cinta kasih tidak terbatas. Baiklah. Singkat kata, kita harus menenangkan masyarakat luas dengan penuh cinta kasih. Semoga pikiran manusia dapat selaras dan bebas dari gejolak. Inilah yang paling kita butuhkan sekarang.

Program “Children of the World” mendapat pengakuan

Melihat hubungan sepasang ayah dan anak yang penuh cinta kasih

Bekerja sama membantu pembangunan rumah rakitan sementara

Kekuatan cinta kasih dapat menyelaraskan pikiran manusia

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -