Melindungi Kehidupan, Menghargai Air, dan Membina Dokter Humanis

Melihat penyakit di dunia ini, saya teringat bahwa Buddha datang ke dunia ini karena Beliau tahu bahwa dunia ini sedang sakit. Selain penyakit akibat ketidakselarasan empat unsur alam dan kondisi iklim yang tidak bersahabat, juga ada penyakit pada tubuh manusia. Kita bisa melihat virus yang menyerang hewan kini juga bisa menyerang manusia. Saat hewan terserang penyakit, orang-orang sangat khawatir. Karena dikhawatirkan akan menularkan penyakit, hewan-hewan tersebut pun dimusnahkan. Melihat ini semua, saya sungguh merasa tidak tega. Ini menandakan bahwa di tubuh manusia dan makhluk hidup lainnya secara perlahan-lahan telah tumbuh penyakit.

Selain itu, kita juga bisa melihat penyakit akibat pikiran manusia yang tidak selaras. Mereka memercayai hal-hal yang tidak nyata sehingga menimbulkan noda batin. Akibatnya, timbullah penyakit batin. Ini juga membuat orang merasa sangat khawatir. Konfusius berkata, “Jangan melihat sesuatu yang tidak sopan. Jangan membicarakan sesuatu yang tidak sopan. Jangan mendengarkan sesuatu yang tidak sopan.” Kata-kata ini mengajari kita untuk tidak melihat sesuatu yang tidak sopan. Jangan melihatnya karena itu akan membuat kita risau. Jangan mendengarkan sesuatu yang tidak sopan. Kesopanan di sini berarti prinsip kebenaran. Jika sesuatu itu tidak sesuai prinsip kebenaran, maka janganlah kita dengarkan. Kita juga harus senantiasa mawas diri. Sesuatu yang tidak benar dan tidak jelas, jangan sembarangan kita ucapkan. Janganlah kita mengucapkan kata-kata seperti itu. Jadi, “Tiga Jangan” adalah jangan mendengar, jangan melihat, dan jangan membicarakan hal yang tidak benar.

Kita harus menuju arah yang benar dan menapaki jalan yang lapang dan lurus, yakni Jalan Bodhi yang menuju pencerahan dan kesadaran. Kita harus bersungguh hati untuk memandang ke depan dan mendengarkan kebenaran. Kita harus bertutur kata baik untuk menyucikan hati manusia dan mengubah pikiran yang keruh menjadi pikiran yang jernih. Dalam ceramah pagi, saya juga mengulas bahwa kita harus menggunakan ajaran kebajikan untuk memperbaiki ajaran buruk yang didasarkan pada prinsip yang tidak baik.

Singkat kata, kita harus meningkatkan kewaspadaan. Agar keluarga kita aman dan tenteram, terlebih dahulu kita harus menjaga kesehatan fisik dan batin kita.  Memiliki fisik dan batin yang sehat serta keluarga yang harmonis merupakan berkah bagi keluarga itu sendiri. Jika fisik dan batin setiap orang sehat dan setiap keluarga harmonis, maka akan tercipta masyarakat yang harmonis. Jika masyarakat harmonis dan setiap orang mengikuti prinsip kebenaran, maka secara alami empat unsur alam juga akan selaras. Jika sebaliknya, maka seperti yang terjadi sekarang, dunia dipenuhi ketidakselarasan.

Contohnya di Taiwan, kita harus meningkatkan kewaspadaan karena waduk terus mongering dan level air terus menurun. Inilah yang harus kita khawatirkan. Manusia tidak bisa hidup tanpa air. Sejak zaman dahulu hingga sekarang, banyak peperangan yang disebabkan oleh perebutan sumber air. Tanpa air, kita tidak bisa bertahan hidup. Jadi, kini kita harus bersatu hati untuk mengimbau setiap orang menghemat air dan listrik. menghemat air dan listrik. Jika semua orang bersatu hati, saya yakin kita dapat membangkitkan ketulusan.

Kita harus berdoa dengan tulus. Saya berdoa dengan tulus setiap waktu. Saya berdoa semoga umat manusia dapat mengikuti prinsip kebenaran agar alam dapat bersahabat. Jika kita tidak mengikuti prinsip kebenaran, maka alam juga tidak akan bersahabat. Jika alam tidak bersahabat, maka konsekuensi yang ditimbulkan akan sangat mengkhawatirkan. Ini merupakan hal yang sangat saya khawatirkan. Karena itu, saya berharap setiap orang bisa berdoa dengan tulus demi keselarasan empat unsur alam.

Kita juga melihat para dokter dan kepala RS kita pergi ke Singapura untuk mengadakan pertemuan dengan para dokter dari 11 negara dan wilayah. Tenaga medis kita dari Taiwan berbagi tentang bagaimana cara mereka merawat dan mengasihi para pasien. Selain merawat pasien di rumah sakit, mereka juga mengadakan kunjungan kasih, mengadakan baksos kesehatan di komunitas, dan lain-lain. Mereka berbagi tentang semua itu. Setiap orang yang hadir merasa sangat kagum. Dengan melakukan tindakan nyata, bukankah kita bisa membawa kebaikan bagi dunia? Dengan menjalin kasih sayang yang tulus, kita bisa membawa kebaikan bagi dunia. Melihat pemandangan seperti ini, kita bisa merasakan suasana yang harmonis dari lubuk hati kita. Ini dapat menginspirasi sesama.

Pendidikan moral yang nyata ini dapat menciptakan masyarakat yang penuh berkah. Para insan Tzu Chi, termasuk para ketua badan misi Tzu Chi menjadikan diri sendiri sebagai teladan dan menyebarkan keteladanan ini ke luar negeri. Kemarin, kita mengadakan upacara pengenangan kembali Silent Mentor. Saya sangat tersentuh melihatnya.

Di antara para Silent Mentor, banyak yang mendedikasikan hidup mereka di Tzu Chi dan merupakan murid saya yang baik. Salah satunya adalah Relawan Lin yang merupakan anggota komite.  Dia mengajak istri dan anaknya kembali ke Griya Jing Si untuk membantu penyemenan atap. Atap Griya Jing Si tidak dipasang genting. Anggota Tzu Cheng menyemennya dengan bentuk seperti genting. Jadi, Griya Jing Si dibangun dengan kekuatan cinta kasih dan sumbangsih para anggota Tzu Cheng. Para anggota komite juga turut bersumbangsih. Hasil penyemenan itu disebut “genting Tzu Cheng”. Atap Griya Jing Si bukan dibangun dengan genting yang dibeli dari luar, melainkan dengan “genting Tzu Cheng” yang kita bentuk sepotong demi sepotong.

Dalam barisan Silent Mentor kali ini, juga ada suami anggota komite kita, Relawan Yang. Meski dia tidak menjadi anggota Tzu Cheng,  tetapi dia sangat mendukung istrinya untuk berfokus dalam kegiatan Tzu Chi. Tanpa keluhan dan penyesalan, dia membiarkan istrinya berfokus dalam kegiatan Tzu Chi. Dia mengurus segala hal dalam keluarga mereka agar istrinya tidak perlu merasa khawatir. Dengan berbuat demikian, bukankah dia juga bagaikan anggota Tzu Cheng?

Bodhisatwa sekalian, kita harus bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih yang tidak ada habisnya. Saya berharap setiap orang dapat menggunakan hati yang tulus untuk bersumbangsih bagi semua orang di dunia ini dan memahami pentingnya berbagi tentang apa yang kita lakukan dan mempraktikkan apa yang kita katakan. Prinsip kebenaran yang sesungguhnya adalah dapat memahami kebenaran hidup dan menapaki Jalan Bodhi yang lapang dan lurus. Kita harus melihat, mendengar, dan menyerap Dharma ke dalam hati. Dengan demikian, barulah kita bisa berbagi Dharma dengan sesama. Singkat kata, di dunia ini, kita harus menggenggam waktu untuk melakukan hal yang harus kita lakukan.

 

Isu yang tidak nyata menimbulkan konflik

Melindungi kehidupan, menghargai air, dan menaati “Tiga Jangan”

Para dokter merawat para pasien dengan cinta kasih yang tak terhingga

Silent Mentor membina dokter humanis

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 10 Maret 2015

 

Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -