Melindungi Kesehatan Warga dengan Penuh Kebajikan

Tadi malam, saya melihat setiap orang bergembira. Anggota TIMA dari berbagai negara jarang mempunyai kesempatan untuk bersama-sama menyanyikan sebuah lagu dan saling berinteraksi dengan gembira. 

Saya masih ingat pada tahun 1996, saat Festival Kue Bulan, para dokter dari Filipina, yakni dr. Leh, dr. Qua, dr. Say, dr. Sy, dan sekelompok dokter yang lainnya, semuanya kembali ke Hualien. Saat itu, kami berkumpul di lapangan di Griya jing Si. Kami berkumpul di lapangan yang terbuka. Saat itu, bangunan Griya Jing Si masih sangat sederhana. Berhubung tidak ada ruang di dalam ruangan, di mana lagi kami bisa berkumpul selain di lapangan?

 

Walaupun turun hujan rintik-rintik, tetapi semua orang tetap sangat tenang. Adakalanya, turun hujan rintik-rintik, lalu berhenti. Meski turun hujan rintik-rintik, tetapi pada akhirnya kami bisa melihat bulan. Kegembiraan saat melihat bulan membuat mereka melupakan hujan. Saat semua orang merasa gembira dan senang, cuaca pun menjadi bersahabat dan bulan pun muncul. Setiap orang berkumpul bersama dengan gembira di padang rumput. Meski kondisi saat itu serba sulit, tetapi setiap orang merasa gembira. 

Itu sudah terjadi belasan tahun yang lalu, yakni pada tahun 1996. Tahun itu adalah peringatan 30 tahun berdirinya Tzu Chi. Kini Tzu Chi sudah memasuki tahun ke-49. Intinya, waktu berlalu dengan cepat. Ruang juga sudah berbeda. Kini konferensi diadakan di Aula Jing Si. Ruang di dalam Aula Jing Si sangat luas. Meski di luar turun hujan, kita tak perlu khawatir. Kita tetap bisa bersama dengan gembira di dalam ruangan yang luas. 

Rembulan di dalam batin setiap orang selalu terang dan bulat. Saya yakin tadi malam, setiap orang merasa sangat gembira. Kita adalah orang yang sangat memiliki berkah. Setiap tahun, kita bisa berkumpul bersama dengan penuh sukacita. Saya juga berharap selama beberapa hari ini, semua orang bisa saling berinteraksi dengan penuh cinta kasih dan saling berbagi pengalaman saat memberi bantuan di negara masing-masing. Saya sering melihat anggota TIMA yang merawat pasien dengan penuh kasih sayang. Mereka juga menjangkau komunitas terpencil dan keluarga yang kurang mampu. Dengan cinta kasih yang penuh ketulusan, mereka menjangkau orang-orang yang membutuhkan bantuan. Mereka merawat pasien dengan cinta kasih orang tua kepada anaknya. Di dunia ini, adakah pemandangan yang lebih indah dari ini? Bukankah kehidupan ini menjadi indah karena adanya cinta kasih?

 

“Tzu Chi adalah sebuah organisasi amal Buddhis di Taiwan. Namun, organisasi ini tidak membeda-bedakan agama. Saya sendiri adalah seorang umat Katolik, tetapi seluruh keluarga saya ikut serta dalam kegiatan Tzu Chi sudah hampir 10 tahun,” cerita Juan Silverio Meza, seorang Dokter TIMA. Sesungguhnya, hati yang penuh cinta kasih akan membuat hidup kita bercahaya. Tanpa membedakan kewarganegaraan dan suku, setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan dan sifat hakiki yang bajik. Tujuan semua agama adalah membangkitkan cinta kasih umatnya. Setiap orang adalah setara.

Kita bisa melihat banyak pemandangan yang penuh kehangatan di Pusat Promosi Kesehatan Tzu Chi di Suzhou. Awalnya, ada orang berkata, “Apakah tempat ini disediakan bagi orang berada untuk memeriksa kesehatan?” Saya sangat berterima kasih kepada kepala RS dan staf medis yang telah mematahkan pandangan itu. Mereka memberikan pemeriksaan kesehatan gratis kepada lansia dan petugas kebersihan. Mereka memberikan pelayanan dengan penuh cinta kasih. Hubungan pasien dan staf medis juga sangat dekat. Menerima perlakuan yang ramah bukan hanya hak orang berada. Bukan hanya orang berada yang boleh menjaga kesehatan, orang yang kurang mampu dan berpendapatan rendah harus lebih menjaga kesehatan. Para staf misi kesehatan kita telah berhasil menggabungkankan misi amal dan kesehatan.

Tentu saja, kita juga tidak bisa kekurangan misi pendidikan dan budaya humanis. Empat misi Tzu Chi adalah satu kesatuan. Ini sungguh membuat orang merasa tersentuh. Semua ini tercapai berkat kerja keras mereka. Kebenaran, kebajikan, dan keindahan ada di dalam hati setiap orang. Dengan satu tindakan untuk menolong orang, satu senyuman, atau satu gerakan lemah lembut, kita bisa menciptakan kehidupan yang paling indah. Ini bisa dilakukan oleh setiap orang.

Seperti yang saya katakan dalam ceramah pagi bahwa kita harus memandang hidup ini dengan berkaca pada masalah. Saya menceritakan kisah seorang ayah yang sangat mengasihi anaknya. Seorang ayah yang sangat mengasihi anaknya terus mencari cara agar anaknya bisa panjang umur. Namun, setiap orang berkata padanya bahwa panjang pendeknya usia seseorang tak dapat diberikan oleh orang lain. Buddha juga mengatakan hal yang sama. Namun, dengan penuh cinta kasih dan welas asih, Buddha berkata padanya, “Bukalah pintu hatimu dan jangan merasa khawatir.” “Terjunlah ke tengah masyarakat dengan hati penuh sukacita, berdanalah dengan sepenuh hati, hormatilah setiap orang, dan senantiasalah mendoakan setiap orang.”

Sang ayah sungguh-sungguh melakukannya hingga melupakan kekhawatirannya pada anaknya yang pendek umur. Sang ayah melakukannya hingga merasakan sukacita dari dalam hati. Kontribusinya dengan penuh cinta kasih telah membangkitkan sel baik dalam tubuhnya. Dia selalu merasa gembira. Sesungguhnya, saat merasa gembira, sel di dalam tubuh kita juga ikut gembira.

Saat kita tertawa, sel di dalam tubuh kita juga tertawa dengan gembira. Jadi, sel tubuh kita juga bisa tertawa. Kita harus selalu melatihnya supaya seluruh sel tubuh kita sehat dan selalu gembira. Jika sel tubuh sehat dan gembira, maka kita tidak perlu mengkhawatirkan panjang atau pendeknya usia hidup kita. Buddha juga meminta ayah itu untuk memanfaatkan waktu dengan baik. Daripada mengkhawatirkan masa depan, lebih baik kita memanfaatkan momen ini dengan baik. Selama sesuatu itu benar, maka lakukan saja.

 

Dunia Saha membutuhkan obat mujarab

Misi kesehatan Tzu Chi tidak bisa terlepas dari semangat ajaran Buddha

Menjadi guru tak diundang dan senantiasa melindungi kebajikan

Hati yang tenang dan gembira membuat tubuh menjadi sehat

 

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 11 September 2014.

Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -