Membangkitkan Kebijaksanaan dan Cinta Kasih


Kini di Perancis tengah digelar Konferensi Perubahan Iklim untuk membahas kondisi iklim yang ekstrem. Perwakilan dari 190 negara lebih berada di sana untuk mencari cara bagaimana meredam pemanasan global, mengurangi emisi karbon, dan menghemat energi. Tujuan dari konferensi ini terlihat sangat mudah bagi kita semua. Jika setiap orang dapat mengurangi nafsu keinginan, secara alami laju pemanasan global akan melambat. Akan tetapi, ini tidaklah mudah. Untuk mencapai tujuan dari konferensi ini, dibutuhkan waktu yang sangat panjang. Manusia sulit mengurangi nafsu keinginan karena hasrat untuk meningkatkan perekonomian dan mengejar keuntungan. Setiap orang hendaknya memiliki kesadaran yang sama. Kita hendaknya membangkitkan cinta kasih untuk mengasihi diri sendiri, mengasihi orang lain, dan mengasihi bumi ini. Dengan begitu, baru kita dapat menyelamatkan bumi.

Kita juga dapat melihat bencana akibat ulah manusia. Contohnya di Yordania. Banyak warga Suriah yang mengungsi ke Yordania. Selain membantu pengungsi Suriah, relawan Tzu Chi di Yordania juga selalu membantu warga suku Badui. Selama jangka waktu yang panjang, relawan Tzu Chi selalu mencurahkan perhatian bagi mereka. Setiap melihat relawan Tzu Chi di Yordania berusaha keras untuk mengemban tanggung jawab dan meneruskan cinta kasih, saya sangat terharu. Lihatlah anak-anak yang hidup dalam kesulitan dan anak-anak yang hidup dalam kondisi sulit sejak generasi leluhur mereka. Dari generasi ke generasi, keluarga mereka hidup dalam kemiskinan. Kita juga melihat anak-anak yang hidup penuh berkah. Anak-anak yang dipenuhi berkah hendaknya menyadari berkah yang dimiliki. Kita dapat melihat relawan Tzu Chi yang terjun ke sekolah untuk membangkitkan kesadaran anak-anak tentang penderitaan yang terjadi di dunia. Cinta kasih anak-anak haruslah dibangkitkan sedari kecil.

Kita juga melihat program bantuan dana pendidikan Tzu Chi untuk anak-anak kurang mampu di Malaysia. Anak-anak di sana sangat bertekad teguh. Meski hidup kekurangan, tetapi mereka juga memahami bahwa dengan donasi kecil, mereka dapat membantu banyak orang. Mereka juga memahami prinsip ini dan membawa celengan bambu pulang ke rumah. Setiap hari, mereka menyisihkan koin ke dalam celengan. Ia bagaikan air yang mengalir ke laut yang selamanya tak akan pernah kering. Dengan himpunan dana kecil, kita dapat membantu sesama. Kita harus mendukung anak-anak untuk menyucikan hati dan membangkitkan cinta kasih agar mereka dapat menyadari berkah setelah melihat penderitaan. Pembelajaran bukan hanya sebatas teori dan pengetahuan, tetapi juga harus menumbuhkan kebijaksanaan. Kebijaksanaan bersumber dari kesadaran. Jadi, kita harus membangkitkan kesadaran anak-anak dan bukan hanya sekadar memberi pengetahuan.

Kita dapat melihat seorang Bodhisatwa cilik di Malaysia. Tahun ini Hao-yu berusia 7 tahun. Lihatlah, dia dapat membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan mengandalkan tenaga sendiri untuk bekerja demi membantu anak-anak yang membutuhkan. Lihatlah, dia dapat mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Dia sungguh anak yang menggemaskan. Ini berkat pendidikan bajik dan penuh cinta kasih. Ibunya memberinya dan adiknya masing-masing sebuah celengan bambu. Setelah melakukan pekerjaan rumah tangga, mereka dapat memasukkan koin ke dalam celengan. Saya dapat melihat harapan dalam diri mereka. Mereka sungguh menggemaskan.

“Setiap pagi, kami harus membangun ikrar baik. Setiap saya berbuat satu kebaikan, ibu akan memberi saya 10 sen. Lalu, saya akan menggunakannya untuk membangun ikrar baik,” ucap Yang Hao-yu, Relawan cilik Jing Si. "Semua ikrar baikmu ada di dalam sini, bukan?" tanya saya padanya sambil menunjuk celengan bambunya. “Betul,” jawabnya.

Dia sungguh merupakan Bodhisatwa cilik. Setelah bertemu dengan saya di Changhua dan setelah ibunya menjalani pelantikan, mereka kembali ke Griya Jing Si. Dia juga mendengar tentang penderitaan anak-anak Suriah. Karena itu, dia mengajak orang-orang untuk menyisihkan dana kecil guna melakukan amal besar. Dia sungguh menggemaskan. Jika dia dapat bertumbuh besar di jalan ini, bukankah Bodhisatwa cilik ini akan menjadi Bodhisatwa besar? Ini semua terwujud berkat lingkungan penuh cinta kasih.

Saat berada di Kompleks Tzu Chi Guandu, saya juga bertemu dengan sekelompok Bodhisatwa cilik. Relawan cilik Jing Si Books & Café mementaskan adaptasi Sutra dan menyanyikan setiap kata dengan sangat jelas. Pei-qi juga datang berkata kepada saya, “Kakek Guru, pada kunjungan sebelumnya, Kakek Guru menasihati saya untuk bersabar karena saya bertengkar dengan teman sekolah. Saya sudah berhasil melakukannya. Saya sudah bersabar. Saya sudah berbaikan dengan teman sekolah saya.” Dia datang memberi tahu saya tentang ini. Dia sudah berbaikan dengan teman sekolahnya. Dia telah menyerap Dharma ke dalam hati.

Ada pula seorang relawan cilik yang tahun ini duduk di bangku kelas 5 SD. Dia juga berkata kepada saya bahwa dia sudah bervegetaris selama beberapa tahun. “Karya tulis saya diterbitkan di majalah sekolah dan hasil ujian saya menduduki peringkat pertama di sekolah. Saya ingin mendonasikan hadiah dan celengan bambu saya,” ucap salah satu Bodhisatwa cilik.  Ada pula seorang relawan cilik yang berkata kepada saya bahwa dia sudah bervegetaris selama beberapa tahun. Dia memenangkan medali emas dan perak untuk lomba lari. “Saya memenangkan medali untuk lomba lari. Hari ini saya membawa medalinya ke sini.” "Oh, jadi kamu punya medali," sambut saya. “Ya, ada tiga,” jawabnya. Maka saya berkata, "Mari saya pakaikan untukmu sekali lagi. Kamu bervegetaris dan memenangkan medali emas dan perak." “Terima kasih, Kakek Guru,” jawabnya. "Kamu juga memenangkan medali kristal. Kalian semua bervegetaris?" tanya saya pada beberapa anak lainnya. “Ya,” jawab mereka.

Setiap anak memiliki kisah yang menyentuh. Singkat kata, kita harus meneladani anak-anak ini. Jika dapat demikian, apa masih perlu menggelar Konferensi Perubahan Iklim? Untuk meneladani anak-anak ini, sesungguhnya tidak sulit. Setelah kebijaksanaan dan cinta kasih terbangkitkan, mereka akan tahu bagaimana mengendalikan nafsu keinginan. Mereka sudah bervegetaris sejak kecil. Jika sudah bisa mengendalikan nafsu makan, apalagi yang tidak bisa mereka kendalikan? Banyak sekali kisah Bodhisatwa cilik yang tak habis saya ceritakan. Setelah melihat para Bodhisatwa cilik ini, saya berharap para Bodhisatwa dewasa dan para Bodhisatwa muda dapat meneladani mereka.

Mengendalikan nafsu keinginan dan mengurangi emisi karbon

Memerhatikan pengungsi dan memberikan bantuan dana pendidikan

Menghimpun dana kecil untuk melakukan amal besar

Membangkitkan kebijaksanaan dan cinta kasih


Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 12 Desember 2015

Ditayangkan di DAAI TV tanggal 14 Desember 2015

Berlombalah demi kebaikan di dalam kehidupan, manfaatkanlah setiap detik dengan sebaik-baiknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -