Membangkitkan Niat Baik demi Menjauhkan Bencana

Ketidakselarasan unsur alam sungguh akan membawa banyak bencana bagi manusia. Semua kejadian yang terlihat sungguh membuat orang merasa khawatir. Namun, apa gunanya merasa khawatir? Sungguh, kita harus membangkitkan hati penuh cinta kasih. Jika pikiran manusia selaras, maka kondisi iklim juga akan bersahabat. 

Para ilmuwan mengatakan bahwa kini bencana alam tengah berbalik menyerang manusia karena manusia telah menciptakan kerusakan besar bagi bumi. Populasi manusia yang sangat banyak telah menciptakan kekuatan karma yang besar. Karena itu, dunia ini akan ditimpa bencana secara beruntun. Mendengar berita ini, kita sangat khawatir. Apa yang harus kita lakukan? Bahkan ilmuwan juga berkata bahwa satu-satunya cara untuk meredakan masalah ini adalah dengan bervegetaris.

Tingkat pencemaran menjadi sangat tinggi akibat perkembangan industri dan peternakan hewan yang sangat banyak. Hewan-hewan itu diternak untuk memenuhi nafsu makan manusia. Sesungguhnya, kita sebagai manusia hendaknya hidup berdampingan dan harmonis dengan semua makhluk di dunia. Di dunia ini, setiap makhluk hidup memiliki habitatnya masing-masing. Jika kita tidak mengganggu mereka, mereka bisa hidup dengan baik di habitat masing-masing. Habitat hewan laut adalah di air. Hewan darat juga memiliki habitatnya sendiri. Janganlah kita mengganggu kehidupan mereka. Namun, manusia malah memelihara hewan untuk dibunuh. Mengapa manusia berbuat demikian? Demi memuaskan nafsu makan.

Banyak orang berpikir, “Kurang saya seorang tidak akan berpengaruh.” Semuanya dimulai dari “satu”. Kita harus tahu bahwa semua angka dimulai dari angka satu. Tanpa “satu”, bagaimana bisa ada “ratusan juta”? Jadi, setiap orang hendaknya memikul tanggung jawab atas dunia ini. Jika kita tidak bisa mengubah pola makan dan pola hidup kita, maka bencana alam akan semakin sering terjadi. Kekuatan manusia tidak sanggup melawan kekuatan alam. Jika setiap orang bisa berpikiran lebih sederhana, maka mereka akan lebih memiliki rasa syukur. Dengan adanya rasa syukur, baru kita bisa menciptakan masyarakat yang harmonis dan dunia yang bebas dari bencana.

Berbicara tentang bencana, saya masih ingat dengan tragedi yang terjadi di Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001. Pada saat itu, insan Tzu Chi Amerika Serikat segera berkumpul untuk menyalurkan bantuan. Pada saat itu, tidak mudah bagi kita untuk masuk ke lokasi bencana. Tentu saja, anggota TIMA dan para relawan Tzu Chi terus berkomunikasi dengan instansi setempat hingga akhirnya dapat masuk ke lokasi bencana bersama sekelompok petugas penyelamat.

Kabarnya, saat itu, di dalam lokasi bencana masih sangat panas karena ledakan baru terjadi tidak lama. Saat itu, penyelamatan darurat baru akan dilakukan. Insan Tzu Chi terus menyediakan air minum bagi para petugas yang terus melakukan upaya penyelamatan di tempat yang sangat panas tersebut. Insan Tzu Chi terus berada di lokasi bencana untuk menyediakan makanan dan minuman serta memberikan perhatian kepada para korban. Itu sungguh sebuah bencana besar. Inilah bantuan yang segera diberikan oleh insan Tzu Chi Amerika Serikat.

Setelah itu, Taiwan juga diterjang Topan Toraji dan Topan Nari. di seluruh dunia. Karena itu, kita mulai mengajak orang-orang di seluruh dunia untuk berdoa dengan tulus pada satu hari yang sama. Insan Tzu Chi di seluruh dunia berdoa pada hari yang sama, yaitu pada tanggal 13 Oktober 2001. Artinya adalah satu orang satu kebajikan. Kita ingin membangkitkan niat baik setiap orang dan mengajak mereka untuk bermawas diri dan berdoa dengan tulus.

Pada hari itu, saya berada di Dalin. Dari Dalin, saya segera menuju Taipei untuk menghadiri acara doa bersama di Guandu pada malam harinya. Acara doa bersama itu dihadiri oleh umat dari berbagai agama. Saya masih ingat pada saat itu, 7 orang pemuka agama, meliputi agama Katolik, Kristen, juga menghadiri acara doa bersama itu. Demi acara doa bersama itu, kita juga menciptakan sebuah lagu. Kalian mungkin masih mengingatnya.

Bintang berkilauan Rembulan tetap membisu Kemuliaan dalam hati Pancarkan welas asih Mereka mengasihi kita Ratap melihat bumi luka Sedih melihat umat susah Dia selalu mendampingi kita

Tujuan kita menciptakan lagu itu adalah demi menyucikan hati manusia. Dengan musik dan hati yang penuh cinta kasih, kita memandang dunia ini dengan hati yang indah. Meski manusia terus merusak bumi, tetapi kita bisa melihat bulan dan bintang tetap bersinar terang di langit. Bumi ini sungguh telah terluka parah. Saya sungguh tidak sampai hati melihatnya. Karena itulah, kita mengajak setiap orang untuk membangkitkan cinta kasih.

Malam itu, acara doa bersama di Guandu disiarkan secara langsung ke berbagai negara melalui konferensi video. Meski terdapat perbedaan waktu antara Amerika Serikat dan Taiwan, tetapi mereka tetap melakukan konferensi video dengan kita.

Tanpa terasa, belasan tahun telah berlalu. Saat itu, kita juga bisa melihat Kakek Guru. Pagi itu, Kakek Guru berada di Griya Jing Si. Beliaulah yang memulai kampanye dari Griya Jing Si untuk menggalang hati dan dana dari seluruh dunia secara serentak. Semua ini telah menjadi sejarah yang sangat indah. Namun, kisah di balik sejarah yang indah ini adalah tragedi yang sangat menyedihkan.

Inilah yang terjadi di dunia. Setiap orang hendaknya menyelaraskan pikiran agar dunia dapat terbebas dari bencana. Waktu terus berlalu. Saya berharap atmosfer kebaikan ini dapat bertahan selamanya. Janganlah membiarkannya hilang atau melupakannya. Dengan demikian, baru kita bias menjalani hidup dengan aman dan tenteram.

Mengkhawatirkan kondisi iklim yang tidak bersahabat

Setiap orang hendaknya mengendalikan nafsu makan dan hidup sederhana

Satu orang satu kebajikan demi menjauhkan bencana

Membangkitkan niat baik dan menghimpun jalinan jodoh yang baik

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -