Membangkitkan Niat Baik untuk Melenyapkan Ribuan Bencana

Pada tanggal 26 September lima tahun yang lalu, Pulau Luzon, Filipina diterjang oleh Topan Ketsana. Topan ini menerjang Pulau Luzon dan mengakibatkan banjir di berbagai kota. Selama hampir sebulan, berbagai kota terendam banjir besar. Mengapa banjir tidak kunjung surut setelah sekian lama? Saya mengetahui bahwa banjir kali ini sangat serius. Kebetulan, pada saat itu Relawan Stephen Huang kembali. Saya memintanya untuk melakukan survei ke Manila. Dia pun pergi ke sana. Direktur Tan dari Philippine Airlines menyediakan helikopter pribadinya bagi kita karena tahu bahwa tidak mungkin menyurvei lokasi bencana melalui daratan. kita memerlukan helikopter untuk melakukan survei dari udara. 

Pemandangan yang terlihat pada saat itu sungguh sangat menyedihkan. Kita terus melakukan kontak dengan insan Tzu Chi di Filipina melalui konferensi video untuk mendiskusikan rencana penyaluran bantuan. Lalu, kita menjalankan program bantuan lewat pemberian upah. Pada awalnya, banyak orang yang tidak percaya bahwa dengan membersihkan lingkungan sendiri juga bisa mendapatkan upah dan makanan. Mereka tidak berani memercayainya. Namun, kita menunjukkan kepada mereka bahwa itu adalah kenyataan. Bagi orang yang berpartisipasi, kita akan memberinya upah pada hari itu juga. Saat mereka bekerja membersihkan lingkungan, kita akan menyediakan makanan untuk mereka. Mereka juga boleh membawa makanan pulang. Karena itu, jumlah orang yang berpartisipasi semakin bertambah dari hari ke hari. 

Beginilah jalinan jodoh di sana terjalin. Kini, relawan Tzu Chi di Filipina sangat banyak. Selama lima tahun ini, kita terus menyosialisasikan pelestarian lingkungan. Banyak warga yang bergabung dalam program bantuan saat itu kini telah menjadi relawan dan staf Tzu Chi. Karena itu, di kota tempat tinggal mereka, setiap jalanan sangat bersih dan tidak ada sampah. Meski badai tropis kali ini membawa curah hujan yang tinggi dan mengakibatkan bencana banjir, tetapi airnya surut dengan sangat cepat. Relawan Tzu Chi juga segera menjalankan program pembersihan lingkungan.

 

Dalam bencana Badai Tropis Fung-Wong kali ini, kita bisa melihat tingginya efektivitas kerja mereka yang telah mengurangi dampak bencana bagi kota  mereka. Semua ini bisa kita lakukan, ini bukan tidak mungkin. Asalkan ada orang yang menggerakkan dan setiap orang bersedia melakukan praktik nyata, semua ini pasti bisa kita lakukan. Yang lebih membuat orang merasa terhibur adalah si kembar Rachel dan Lea. Saya masih ingat pada lima tahun yang lalu, mereka masih sangat kecil. Pada saat banjir melanda, ayah mereka mengambil dua kantong besar botol plastik dan meletakkan mereka di atas kantong yang telah diikat tersebut. Dalam bencana banjir pada saat itu, dengan menggunakan dua kantong botol plastik yang diikat bersama itulah dia menyelamatkan keluarganya. 

Pada tahun lalu, yakni tahun 2013, sekelompok relawan daur ulang di Filipina mulai menggunakan konsep ini. Mereka menggunakan 1.138 botol plastik untuk membuat sebuah perahu yang dapat mengangkut 15 orang. Perahu ini adalah perahu penyelamat hasil daur ulang yang memperoleh penghargaan. Pada bulan September ini, perahu ini sungguh-sungguh telah menyelamatkan banyak orang. Wali kota juga sangat memujinya. Semua ini berawal dari ide ayah si kembar saat itu. Jika bukan karena dua kantong plastik yang menyelamatkan keluarganya pada lima tahun yang lalu, kita juga tidak akan membuat perahu penyelamat ini. Karena itu, saya sering mengatakan bahwa ajaran Buddha tak lepas dari keseharian kita. Berhubung dunia ini penuh dengan penderitaan, maka saat kita terjun ke dalam masyarakat untuk membantu korban yang tertimpa bencana, saat itulah kita harus mengembangkan kebijaksanaan kita. Selain itu, antarsesama manusia juga harus saling mengasihi dan saling melindungi. 

Kita telah memiliki relawan di sana sejak lima tahun yang lalu. Lima tahun lalu, karena dilanda banjir besar, rumah mereka pun runtuh. Saat itu, ada enam keluarga yang berjumlah 27 orang tinggal bersama dalam satu rumah yang luasnya sekitar 23,3 meter persegi dan hanya mempunyai satu kamar mandi. Rumah mereka sudah tidak kokoh. Lalu, insan Tzu Chi mengetahui kondisi mereka. Sesungguhnya, enam keluarga ini juga sangat bekerja keras, tetapi mereka tetap sangat kekurangan. Karena itu, kita mengajak setiap orang untuk membantu mereka dengan uang dan tenaga. Tentu  saja, Tzu Chi juga menyediakan material bangunan seperti besi, semen, dan lain-lain bagi mereka, serta membangun kembali rumah mereka. Banyak orang yang membantu pembangunan sebagai relawan dan tidak menerima upah. Dengan bantuan setiap orang, rumah baru pun selesai dibangun.

 

Jadi, praktik Bodhisatwa membawa kita masuk ke dalam kehidupan orang yang menderita agar kita bisa melihat dan membandingkannya dengan diri sendiri. Bukankah kita seharusnya berpuas hati? Menciptakan berkah bagi masyarakat bukan hanya hak orang berada. Orang yang bersumbangsih dengan tenaganya juga bisa memberi enam keluarga ini sebuah rumah baru. Kini, meski diterjang angin dan hujan, mereka tetap bisa hidup dengan aman dan tenang. Mereka saling membantu dengan kekuatan cinta kasih. Kita juga melihat insan Tzu Chi dari Taiwan yang kini berada berada di Ormoc untuk membangun rumah rakitan sementara dan mewariskan keterampilan pada warga di sana. Warga setempat juga mulai datang ke lokasi pembangunan untuk mempelajari keterampilan ini. Warga setempat dan relawan kita melakukannya dengan penuh rasa syukur serta dengan segenap hati dan tenaga. Setiap relawan memiliki pengalaman di bidang pembangunan. 

Saya yakin pembangunan ini bisa segera rampung dengan hasil yang sangat baik. Semua ini berkat kekuatan cinta kasih. Benih cinta kasih tersebar di sana. Kita bisa melihat benih-benih Bodhi ini mulai bertunas. Saya berharap mereka dapat segera memiliki tempat tinggal yang aman. Baiklah, semua ini terakumulasi seiring berjalannya waktu. Berkat jalinan jodoh pada lima tahun yang lalu, kini kita memiliki banyak relawan di Filipina. Semakin banyak relawan, manfaat bagi masyarakat juga akan semakin besar.

 

Membangkitkan niat baik bersama untuk melenyapkan ribuan bencana

Menjalankan program bantuan dengan ketulusan dan keyakinan

Membuat perahu penyelamat dengan menggunakan barang daur ulang

Membuktikan bahwa hati yang baik akan menjalin jodoh yang baik

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 29 September 2014.

Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -