Membersihkan Kekotoran Batin dengan Dharma

Iklim sungguh tidak stabil. Akibatnya, perubahan iklim ini berujung pada bencana. Di Cile, bencana yang terjadi belum mereda. Lihatlah, di belahan bumi selatan dan utara, masing-masing terjadi ketidakselarasan unsur api dan air yang membawa kekeringan, banjir, dan gunung meletus. Sungguh, dunia ini dipenuhi banyak bencana. Kelihatannya kita harus benar-benar mawas diri dan tulus. Artinya, kita harus tulus dalam mempraktikkan keyakinan. Namun, kita juga bisa melihat, dalam peringatan hari besar Hindu di India, saat orang-orang melewati sebuah jembatan, mereka saling mendorong dan berdesakan hingga banyak yang terinjak.

Dalam berkeyakinan, kita harus mengembangkan hati yang hening dan jernih. Hati kita harus tenang. Kita harus melenyapkan segala kerisauan dan noda batin, membasahi batin kita yang kering dengan air Dharma. Hanya dengan menenangkan hati dan meredam emosi, barulah kita bisa hidup damai dan tenteram. Untuk menghimpun kekuatan cinta kasih, kuncinya juga terletak pada sebersit niat.

Kita telah melihat para staf medis dan anggota TIMA kita secara rutin mengadakan baksos kesehatan di Green Island. Selama dua hari, ada 63 relawan medis yang melayani lebih dari dua ratus pasien. Pulau tersebut berpopulasi lebih dari 3.000 orang, tetapi hanya memiliki seorang dokter. Dari sini dapat kita lihat bahwa warga setempat sangat kekurangan tenaga medis. Insan Tzu Chi secara rutin mengunjungi pulau-pulau terpencil untuk memberikan layanan kesehatan. Melihatnya, sungguh penuh kehangatan. Kita harus terus melanjutkan pelayanan kita di daerah-daerah terpencil selama daerah-daerah ini dapat kita jangkau.

Di masyarakat kita juga ada orang-orang yang terisolasi, seperti para penghuni rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan. Insan Tzu Chi juga terjun membimbing mereka hingga dapat membabarkan Dharma lewat isyarat tangan. Berkat bimbingan itu, tubuh dan batin mereka juga dapat merasakan siraman Dharma. Kita juga melihat beberapa relawan yang merupakan mantan narapidana. Mereka juga telah memperoleh air Dharma sehingga dapat memulai hidup baru serta mengubah kebiasaan lama. Kini mereka terus menciptakan berkah bagi dunia dan membimbing banyak orang yang pernah tersesat. Mereka mampu memperbaiki kesalahan masa lalu dan membangun kembali masa depan mereka. Jadi, kita menganggap para narapidana dan tahanan sebagai calon Bodhisatwa dan calon Buddha masa depan. Kita harus memercayai mereka. Demikianlah para orang dewasa menyelami Dharma.

Kita juga bisa melihat para relawan cilik tidak kalah dari orang dewasa. Contohnya, seorang Bodhisatwa cilik yang bernama Xie Li-xuan ini. Dia sangat menggemaskan. Sejak duduk di bangku TK, dia sudah menjadi pemirsa setia Da Ai TV. Pada bulan Juli tahun lalu, dia melihat seorang anak bernama Wei-zhe yang giat mengikuti ceramah pagi. Mulanya, dia berpikir bahwa hal itu tidaklah mungkin. Namun, dia mengubah cara pikirnya. Dia meminta ibunya untuk  mengajaknya mengikuti ceramah pagi. Namun, bisakah dia mengikutinya setiap hari?

Mulanya, dia merasa sulit. Dia memulainya dengan rutin datang setiap Sabtu dan Minggu. Apakah dia mengerti isi ceramah saya? Sesungguhnya, dia tidak mengerti dialek Taiwan. Namun, jika dikatakan tidak mengerti, kenyataannya dia juga membuat catatan. "Tidak tamak dan melekat pada hangatnya tempat tidur, inilah ketekunan dan semangat." Apakah kata-katanya benar? (Benar) Saya tidak mengatakan kalimat itu. Saya hanya berkata bahwa orang yang malas sulit untuk bersemangat di musim dingin karena selimut dan tempat tidur terasa hangat. Namun, asalkan ada tekad untuk melatih diri dengan penuh semangat, kita akan bisa menyingkirkan selimut dan memulai aktivitas satu hari dengan mendengar Dharma tanpa merasa sulit.

Anak ini dapat merangkum kata-kata saya ini ke dalam kalimat yang lebih sederhana. "Tidak tamak dan melekat pada hangatnya tempat tidur, inilah ketekunan dan semangat." Saya mengatakannya dengan kalimat yang panjang, tetapi dia mampu menyederhanakannya ke dalam kalimat yang sangat jelas. Inilah yang dia dapat saat mengikuti ceramah pagi. Adakalanya, saat ibunya bertemu kesulitan, ibunya ini juga akan berbagi dengannya.

“Saya berkata kepadanya, ‘Namun, Ibu masih sedih, rasanya tidak enak saat ada yang salah paham.’ Dia lalu berkata, ‘Justru berkat adanya orang jahat, barulah kebaikan orang baik akan terlihat. Bisa bersabar, baru bisa mengembangkan hati Bodhisatwa.’ Dia berkata, ‘Ibu harus sabar agar bisa menjadi Bodhisatwa.’ Saat itu saya merasa masalah saya teratasi seketika,” cerita ibunya.

Anak ini adalah mitra baik bagi ibunya. Dia membantu ibunya melepas kerisauan. Singkat kata, dia sangat murni dan polos. Hakikat kebuddhaan yang ada dalam hatinya, bukankah sama dengan yang dimiliki Wei-zhe di Hualien? Saat batin kita murni, maka hakikat kebuddhaan yang tanpa noda dengan sendirinya akan tampak. Kita juga melihat para Bodhisatwa cilik dari wilayah utara, tengah, selatan, dan timur Taiwan yang sangat menggemaskan. Mereka bertekad untuk bersama-sama melindungi saya.

“Teguh tak tergoyahkan dalam masa tak terhingga. Kakek Guru, kami akan melindungimu. Kami akan menjalankan kewajiban dengan baik. Kami akan terus menjadi penyebar Dharma kecil yang akan menyebarkan cinta kasih. Di tengah badai dan ombak, insan Tzu Chi tetap mempertahankan tekad pantang mundur. Kami akan terus mewariskan ajaran Jing Si dengan tekad bagaikan kereta lembu putih. Paman dan Bibi, Bersemangat!” seru anak-anak.

Saya memiliki pasukan semut yang dapat mendaki Gunung Sumeru. Lihatlah, mereka merupakan pilar masyarakat di masa depan. Namun, kita harus sungguh-sungguh membimbing dan mendampingi mereka, barulah masyarakat kita kelak mampu menyingkirkan kekeruhan dan melihat indahnya cahaya mentari harapan. Inilah yang harus kita usahakan. Saya sungguh bersyukur atas banyaknya insan Tzu Chi yang berperan sebagai Bodhisatwa demi menyebarkan benih cinta kasih di dunia. Semoga cinta kasih ini semakin tersebar luas. Semoga orang-orang di seluruh dunia memiliki hati yang benar, bajik, dan indah.

Waspada terhadap perubahan iklim

Air Dharma membersihkan kekotoran batin

Senantiasa melindungi kesehatan warga daerah terpencil

Ibu dan anak sama-sama menyelami Dharma dan saling mendukung

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 28 Maret 2015

Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -