Membimbing Relawan untuk Membangkitkan Ikrar Luhur

Kehangatan dan kasih sayang manusia sungguh sangat indah. Kali ini, kita kembali mengirimkan beras cinta kasih dari Taiwan ke Yordania. Kini, insan Tzu Chi kembali membagikan bantuan. Kita bisa melihat insan Tzu Chi membagikan bantuan dengan penuh kehangatan. Namun, saya juga sangat mengkhawatirkan warga setempat. Yang saya khawatirkan adalah suhu musim dingin di sana yang sangat dingin. Bagi para warga di wilayah pemukiman kumuh dan para pengungsi, insan Tzu Chi di Yordania tidak hanya memberikan bantuan susu bubuk untuk anak-anak, tetapi juga memberikan bantuan dana darurat kepada mereka. Semua itu sungguh membuat orang tersentuh.

Di Yordania, meski jumlah relawan Tzu Chi tidak banyak, tetapi mereka selalu menyalurkan bantuan dengan kualitas pelayanan yang tinggi. Mereka melakukannya dengan cinta kasih yang penuh rasa hormat. Dengan penuh rasa hormat dan cinta kasih, mereka menyalurkan bantuan kepada para korban dan para pengungsi. Kita bisa melihat relawan lokal di sana perlahan-lahan semakin bertambah.

Dahulu, kita selalu hanya melihat Ji Hui sekeluarga dan Ji Xi sekeluarga beserta dua atau tiga orang relawan lokal. Kini, kita bisa melihat banyak warga setempat yang memakai rompi relawan dan bergabung dalam pembagian bantuan kita. Kita juga melihat insan Tzu Chi berbaris rapi di samping sambil beranjali. Mereka sangat menghormati para penerima bantuan. Kita sungguh bisa melihat banyak Bodhisatwa dunia yang bermunculan. Relawan yang memakai rompi berdiri di baris depan, sedangkan relawan yang memakai seragam biru putih berbaris di belakang untuk memberi hormat kepada setiap penerima bantuan.  Inilah yang terjadi di Yordania.

Kita juga bisa melihat di Kamboja. Jalinan jodoh kita dengan warga Tionghoa setempat pada 20 tahun lalu kembali terjalin. Jalinan jodoh ini sempat terputus selama beberapa waktu. Akibat pergolakan yang terjadi pada saat itu, jalinan jodoh kita sempat terputus selama hampir 15 tahun. Hingga pada tahun 2011, jalinan jodoh ini baru kembali terjalin. Saya berharap warga Tionghoa di sana dapat menunjukkan cinta kasih mereka. Sejak jalinan jodoh ini kembali terjalin, relawan Tzu Chi mulai membawa benih Tzu Chi ke sana demi menginspirasi lebih banyak orang.

Beberapa hari lalu, saat kamp pengusaha digelar, sekelompok pengusaha Taiwan di Kamboja kembali ke Taiwan. Mereka juga berikrar di hadapan saya. Mereka telah mengikuti pelatihan dan akan dilantik tahun ini. Selama dua hingga tiga tahun ini, mereka bersumbangsih secara diam-diam dan mengikuti pelatihan secara diam-diam. Insan Tzu Chi juga mengajak relawan lokal kembali ke Taiwan untuk belajar. Mereka telah bolak-balik ke sini beberapa kali sehingga dapat memahami semangat dan Filosofi Tzu Chi dengan baik. Kini banyak relawan yang tengah mengikuti pelatihan. Saya merasa sangat terhibur melihatnya. Kenangan masa-masa awal Tzu Chi ke sana masih sangat jelas dalam ingatan saya. Kini, kita bisa melihat kekuatan cinta kasih.

Sesungguhnya, hari ini juga merupakan hari bersejarah bagi Tzu Chi. Pada akhir bulan Oktober 1998, Badai Mitch yang menerjang Amerika Tengah telah membawa bencana bagi 8 negara di sana. Bencana pada tahun itu mendatangkan bencana besar bagi Honduras. Ibu kota dan beberapa provinsi lainnya di Honduras mengalami tanah longsor dan putusnya jembatan. Korban jiwa pada saat itu sangat banyak. Saat mendengar berita itu, saya sangat berterima kasih kepada Stephen Huang, Wei-yang, dan sekelompok staf dari divisi kerohanian kita yang segera memberikan perhatian kepada para korban bencana.

Saat tiba di lokasi bencana, Relawan Stephen Huang menelepon saya dan berkata, “Master, kami sudah tiba di lokasi bencana. Di tempat kami berpijak ini, sejauh mata memandang, yang terlihat adalah kerusakan akibat longsoran tanah. Tidak ada satu bangunan pun yang masih utuh. Banyak bangunan yang terkubur di dalam tanah tempat kami berpijak sekarang. Selain itu, kabarnya, masih ada banyak orang yang terkubur di dalam puing-puing bangunan.” Saya menjawab, “Saya khawatir akan timbul wabah penyakit di sana.” Lalu, saya berkata padanya, “Kalian harus segera mencari dinas kesehatan untuk meminta mereka melakukan desinfeksi.”

Inilah sejarah pada hari ini. Pada tanggal 13 November 1998, mereka bertemu dengan pejabat Dinas Kesehatan untuk mengetahui rencana mereka dan melihat peralatan yang mereka miliki untuk menangani masalah ini. Mereka menunjukkan kepada relawan Tzu Chi peralatan yang mereka miliki, yakni alat semprot punggung. Mereka memiliki dua unit alat itu dan salah satu di antaranya telah rusak. Bahkan Dinas Kesehatan Pemerintah pun hanya memiliki dua unit alat semprot punggung dan salah satu di antaranya sudah rusak. Fasilitas yang mereka miliki sangat terbatas.

Relawan Stephen Huang kembali menelepon saya untuk melaporkan hasil perbincangan dengan mereka dan bertanya kepada saya bagaimana cara membantu mereka. Saya meminta mereka untuk segera melakukan vaksinasi kepada korban bencana dan melakukan desinfeksi di lokasi bencana. Bagaimana cara kita melakukannya? Insan Tzu Chi AS segera mengirimkan vaksin ke Honduras. Untuk mensterilkan lokasi bencana, dengan menggunakan alat semprot saja tidaklah cukup. Karena itu, kita menggunakan sebuah mobil untuk mengangkut tong besar berisi cairan disinfektan dan menyemprotkannya di sepanjang jalan untuk mensterilkan lokasi bencana.Kita memberi bantuan secara menyeluruh kepada mereka.  Dimulai dari mobil hingga cairan disinfektan, semuanya kita beli dan berikan kepada mereka untuk melakukan tindakan desinfeksi Hal ini sudah lama berlalu.

Kini, di Honduras, kita memiliki Relawan Jorge Chang. Pascabadai Mitch hingga kini, dia selalu menjadi benih Tzu Chi di sana. Awalnya, orang yang membantunya sangat sedikit. Sekitar tiga hingga empat tahun yang lalu, saat terjadi bencana banjir di sana, kita kembali menyalurkan bantuan di sana dan membantu membangun rumah untuk mereka. Saya menyarankan Relawan Chang untuk membuat batu bata berongga sendiri. Kini, dia telah membeli sebuah mesin pengaduk semen untuk membuat batu bata berongga sendiri guna membangun rumah bagi para warga. Pada saat dia kembali ke sini, saya berkata kepadanya bahwa berhubung di sana sering terjadi bencana banjir, kita harus meninggikan fondasi rumahnya.

Dua hari yang lalu, saya mendengar staf dari divisi kerohanian kita berkata bahwa Relawan Chang menelepon mereka dan berpesan agar saya tidak perlu mengkhawatirkan bencana banjir di Honduras belakangan ini. Dia tahu bahwa mungkin kita sudah melihat banjir besar yang melanda Honduras. Dia juga sangat berterima kasih karena saat akan membangun rumah di sana, saya terus menekankan kepada mereka untuk meninggikan fondasi bangunan.

Dia berkata, “Untungnya, fondasi rumah-rumah itu sudah ditinggikan sehingga tidak kemasukan air.” Kali ini, para korban bencana itu bisa hidup dengan tenang dan aman. Rumah yang dibangun oleh Relawan Chang telah berjumlah lebih dari 100 unit. Dia membangun rumah-rumah itu di atas lahan milik para korban bencana yang rumahnya rusak. Jadi, pascabadai Mitch, jalinan jodoh Relawan Chang dengan Tzu Chi terus terjalin hingga sekarang. Terlebih lagi, akhir-akhir ini kelas pelatihan kita di sana diikuti oleh semakin banyak relawan. Saya sangat gembira melihatnya.

 

Insan Tzu Chi di Yordania menyalurkan bantuan dengan penuh rasa hormat

Melanjutkan kembali jalinan jodoh di Kamboja yang sempat terputus

Membangun rumah cinta kasih untuk para korban bencana di Honduras

Membimbing para relawan untuk membangkitkan ikrar agung

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal13 November 2014

 

Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -