Membimbing Sesama di Dunia yang Penuh Kekeruhan

Hal yang terjadi di dunia ini sangat banyak dan sangat rumit. Ini sungguh membuat kita merasa dunia ini penuh dengan Lima Kekeruhan. Kita dapat melihat Amerika Serikat. Di sebuah sekolah menengah di Washington, tanpa alasan yang jelas, seorang siswa membawa pistol ke sekolah dan mulai menembaki siswa lainnya. Kita sungguh tidak tahu apa yang terjadi dengan pendidikan masa kini. Hal ini sungguh mengkhawatirkan. Etika dan moralitas masyarakat masa kini yang semakin merosot membuat pihak sekolah berada di posisi sulit untuk memberi bimbingan. Ini merupakan tantangan yang besar. Masalah masyarakat seperti ini merupakan ancaman besar bagi dunia. Ini semua terjadi akibat pikiran manusia yang tidak selaras.

Namun, kita juga dapat melihat pemandangan yang penuh kehangatan, yakni kunjungan kasih di Xiamen. Mengetahui adanya warga yang hidup menderita, insan Tzu Chi segera memberikan perhatian. Selain tanpa memiliki pamrih, mereka juga bersyukur kepada penerima bantuan. Ini karena mereka memperoleh pendidikan lewat hal yang terjadi di depan mata. Buddha berkata bahwa dunia ini penuh penderitaan. Sekelompok relawan Tzu Chi ini memiliki kesempatan untuk terjun langsung melihat penderitaan di dunia. Mereka melihat para lansia sebatang kara yang tinggal di rumah yang bobrok. Mereka melihat banyak warga yang hidup kekurangan, berusia lanjut, tinggal di tempat yang bobrok, menderita penyakit, dan berketerbatasan gerak. Selain melihat dan mengetahui penderitaan di dunia, mereka juga mengulurkan tangan untuk membantu. Perasaan seperti itu sangat membahagiakan.

Inilah cara mereka mengembangkan jiwa kebijaksanaan dan memperkaya batin. Sutra Bunga Teratai mengajarkan kepada kita bagaimana menjadi Bodhisatwa, yakni dengan menjangkau orang-orang yang membutuhkan tanpa takut kotor, tidak takut kondisi serba minim, dan tidak takut lingkungan hidup mereka yang kurang memadai. dan tanpa takut lingkungan hidup mereka yang kurang memadai. Kita harus terjun ke lingkungan seperti itu dengan hati penuh cinta kasih agar dapat sungguh-sungguh merasakan kebenaran hidup ini. Jadi, kita sungguh harus menapaki Jalan Bodhisattva untuk merasakan berbagai prinsip kebenaran. Dengan memiliki Dharma di dalam hati, batin kita akan semakin kaya. Kekayaan materi hanya bersifat sementara. Ia bagaikan awan atau asap yang terbang begitu ditiup angin. Sangatlah sulit bagi kita untuk terus mempertahankannya.

Kehidupan ini sangat singkat dan penuh penderitaan. Namun, kegelapan dan noda batin telah menciptakan banyak kekacauan. Kehidupan ini sungguh tidak kekal. Bagaimana cara kita menghentikan berbagai kekacauan itu? Ada ungkapan berbunyi, “Menyibak awan yang menutupi bulan.” Untuk melihat bulan di langit, gumpalan awan harus bergeser. Begitu pula saat ingin melihat matahari. Singkat kata, kita sungguh harus melenyapkan noda batin. Kita harus berusaha keras untuk menapaki Jalan Bodhisattva agar dapat memiliki kondisi batin seperti Buddha yang menyatu dengan alam semesta. Yang hati-Nya menyatu dengan alam semesta. Setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan.

Kita harus menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri agar bisa memahami segala kebenaran. Bibi Hong-chun sudah berusia 90 tahun dan salah satu matanya telah kehilangan daya penglihatan. Meski demikian, setiap hari, dia tetap naik angkutan umum untuk mengambil dana amal. Ada beberapa donator yang tinggal di tempat yang jauh, seperti di Zhonghe, Banqiao, Xindian, dan Neihu. Namun, dia masih tetap pergi mengambil dana amal sendiri. Lihatlah Bodhisatwa lansia kita, Hong-chun. Dia adalah relawan yang sangat senior. Dia sudah bergabung dengan Tzu Chi sejak paruh baya hingga kini sudah berusia lanjut. Dia mengikuti langkah saya dengan rapat. Lihatlah, kini dia sudah berusia lanjut. Meski sudah berusia lebih dari 90 tahun, tetapi dia tidak pensiun. Dia masih terus bersumbangsih. Di usianya sekarang, dia memiliki lebih dari 100 orang donatur.

Dahulu dia pernah berkata demikian, “Saya tidak bisa mengenal huruf. Apa yang harus saya lakukan dengan buku penggalang dana ini?” Saya menjawab Anda cukup bersungguh hati. Orang yang mengenal huruf punya rintangan sendiri. Orang yang tidak mengenal huruf harus bersungguh hati. ”Saya lalu membulatkan tekad dan membawa pulang buku penggalang dana itu. Karena tidak mengenal huruf, saya berbagi dengan orang tentang Tzu Chi dan mengajak mereka untuk berdana. Berdana satu dolar atau 50 sen saja juga tidak apa-apa,” ucapnya. Saya berkata padanya bahwa orang yang mengenal huruf punya rintangan sendiri, sedangkan orang tidak mengenal huruf harus bersungguh hati. Orang yang mengenal huruf bisa membaca sendiri, tetapi sangat mudah melupakannya.

Karena itu, kesungguhan hati sangat penting. Kita pikir dia tidak mengenal huruf, tetapi kita bisa melihat sekarang dia sudah bisa menulis. “Saya belajar dari menantu saya. Dia menulis nama donatur, lalu saya belajar dari tulisannya. Setelah menerima donasi, saya akan membuat tanda. Karena tidak mengenal huruf, saya harus sangat berhati-hati. Master berkata bahwa kita harus berhati-hati dan bersungguh hati,” kata Hong-Chun.

Selama puluhan tahun ini, dia terus belajar membaca dan menulis. Kini siapa yang berani bilang dia tidak mengenal huruf? Dia bukan hanya mengenal huruf, tetapi juga memahami kebenaran. “Setiap hari hati saya dipenuhi rasa syukur. Saya bersyukur karena memiliki tubuh yang sehat. Meski sudah berusia lanjut, saya tetap ingin mewujudkan rasa syukur saya lewat tindakan. Meski tidak mampu menjadi penanggung jawab, tetapi saya bisa menjadi pendukung yang setia. Saya ingin memanfaatkan waktu untuk belajar dan menjalin jodoh baik dengan orang guna membangkitkan semangat hidup saya dan mengembangkan jiwa kebijaksanaan saya. Setiap hari, saya menjalani hidup dengan pengetahuan benar dan pandangan benar. Karena itu, hati saya dipenuhi sukacita dan tidak merasa risau. Saya berterima kasih kepada Master yang saat itu tidak menolak saya karena saya tak mengenal huruf, malah menerima saya sebagai muridnya.,” tambahnya.

Kita juga melihat Relawan Mei-yue di Yilan. Lihatlah, dia memiliki tekad yang kuat untuk bersumbangsih. Dia tidak hanya mengasihi orang, tetapi juga membimbing orang-orang untuk berbuat baik. Dia tidak takut menempuh perjalanan jauh. Dia bisa mengendarai mobil sepanjang hari, dari pagi hingga malam. Dia rela pergi ke tempat yang jauh untuk mengumpulkan barang daur ulang. Tujuannya adalah agar akar kebajikan orang tidak terputus. Dia sangat bersungguh hati dan mengasihi bumi. Dia sangat giat menyosialisasikan pelestarian lingkungan. Meski bertubuh kecil, tetapi tenaganya sangat besar. Dia bisa mengangkat dan memindahkan sendiri barang daur ulang dalam kantong besar ke atas truknya. Ini semua dia lakukan dengan rela. Dia melakukan dengan sukarela dan menerima dengan sukacita. Dia melakukannya dengan sukarela. Kekuatannya muncul karena dia bersumbangsih dengan sukarela dan sukacita. Ini sungguh tidak mudah. Di Tzu Chi terdapat banyak sekali Bodhisatwa dunia yang berikrar luhur.

Kasus penembakan di sekolah merupakan ancaman besar bagi dunia

Menyucikan hati manusia dan membantu kaum papa

Mengasah keterampilan demi mengemban misi Tzu Chi

Melihat keteladanan Bodhisattva daur ulang

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -