Mempelajari Sejarah Tzu Chi, Membina Berkah dan Kebijaksanaan

Melihat acara Pemberkahan Akhir Tahun yang pertama di Yilan, saya sungguh tersentuh. Saya melihat banyak relawan daur ulang. Selain relawan muda, saya juga melihat banyak relawan lansia. Melihat para relawan lansia yang begitu sehat, saya sangat kagum dan turut bergembira untuk mereka. Ini karena banyak di antara mereka yang telah berusia 60-an, 70-an, 80-an, bahkan ada yang berusia lebih dari 90 tahun. Kita bisa melihat para relawan di bawah panggung ikut menampilkan formasi lautan Dharma. Kita bisa melihat para relawan lansia tidak melewatkan satu gerakan pun. Gerakan mereka sangat serentak dengan gerakan para relawan muda. Dari sini terlihat bahwa mereka memiliki pendengaran dan penglihatan yang tajam sehingga bisa bergerak dengan cekatan untuk mengikuti gerakan relawan lain.

Ini sungguh tidak mudah. Kita juga melihat relawan lansia kita yang selalu dipanggil “ibu”. Dia telah berusia 86 tahun. Saya masih ingat beberapa tahun yang lalu, setiap kali relawan dari Yilan pergi ke RS Tzu Chi Hualien untuk menjadi relawan, dia tidak pernah melewatkan satu kali pun. Dia sangat tekun dan bersemangat. Saat berada di Yilan, dia juga sangat giat merekrut donatur. Dia tidak pernah menyia-nyiakan waktu. Namun, waktu tidak menunggu orang. Selama beberapa waktu,  karena kakinya kurang bertenaga, dia merasa tidak dapat mengikuti langkah orang lain. Untungnya, dalam keluarga besar Tzu Chi, setiap saudara se-Dharma bagaikan satu keluarga. Relawan yang lebih muda dan relawan junior sangat memperhatikan dan membantunya.

“Saya merasa sangat bahagia. Saat itu, karena tidak dapat berjalan dengan leluasa, saya merasa hidup saya sangat tidak bermakna. Kakak Liao Qi-cheng berkata,  ‘Ibu, mari saya antar Anda ke posko daur ulang.’ Saya berkata,'Baiklah.’ Jadi, jika ada waktu luang, dia akan mengantar saya ke posko daur ulang. Meski sudah berusia lanjut, tetapi saya tidak merasa saya sudah tua. Kita harus terus belajar. Jika tidak, maka tidak ada kesempatan lagi. Kini saya sangat gembira karena bisa menghirup keharuman Dharma di pagi hari. Kini, saya harus mengikuti langkah Master dengan rapat dan bersumbangsih hingga napas terakhir,” ucapnya.

Dia juga menggunakan buku elektronik Jing Si  untuk mendalami Dharma.  Buku elektronik Jing Si sangatlah penting. Sebagai insan Tzu Chi, kita harus tulus, benar, yakin, dan sungguh-sungguh. Kita bisa menggunakan buku elektronik Jing Si saat mengambil dana amal ke rumah donatur. Begitu kita menuliskan jumlah donasinya, buku elektronik Jing Si itu akan mengeluarkan suara. Asalkan fungsi suaranya tidak dimatikan, ia bisa langsung membacakannya. Jadi, setiap donasi akan tercatat dengan jelas. Selain itu, kita juga tidak perlu meminta bantuan banyak orang untuk membantu kita mencocokkan donasi setiap bulan. Saat mengumpulkan donasi, kita sudah langsung mencocokkannya bersama donatur. Begitu diketik ke dalam buku elektronik, data tersebut akan langsung terkirim ke bagian keuangan yayasan. Jadi, demi menunjukkan ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan, kita harus menggunakan buku elektronik untuk mengumpulkan donasi.

Kita juga dapat menggunakannya untuk mempelajari Dharma. Di dalam buku elektronik Jing Si itu juga terdapat berbagai informasi dan sejarah tentang Tzu Chi. Kita juga bisa melihat laporan berita tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat setiap hari. Kita juga bisa melihat informasi tentang kegiatan Tzu Chi di seluruh dunia sekaligus mendalami sejarah Tzu Chi. Intinya, lewat buku elektronik Jing Si, kita dapat mempelajari asal mula berdirinya Tzu Chi dan melihat  “Sejarah Tzu Chi Hari Ini”. Lewat “Sejarah Tzu Chi Hari Ini”, kita bisa mencari sejarah Tzu Chi pada hari, bulan, dan tahun tertentu di seluruh dunia.

Setiap insan Tzu Chi harus mengetahui sejarah Tzu Chi karena kita harus bertemu dengan donatur. Kita harus bisa membimbing diri sendiri sekaligus membimbing orang lain. Jika kita merasa gembira saat melihat Tzu Chi dan tersentuh dengan segala kontribusi Tzu Chi, maka kita hendaknya berbagi sukacita dan rasa haru kita dengan banyak orang. Kita harus berbagi tentang penderitaan yang kita lihat, sumbangsih Bodhisatwa dunia yang kita lihat, dan bagaimana penerapan ajaran Buddha di dalam keseharian dengan para donatur kita. Inilah manfaat dari buku elektronik.

Saya sering mengimbau setiap insan Tzu Chi untuk mempelajari sejarah Tzu Chi. Dari mana kita mempelajari sejarah Tzu Chi? Di dalam buku elektronik Jing Si itu, kita dapat menemukan informasi yang lengkap. Lihatlah, relawan berusia 86 tahun saja bisa menggunakannya. Saya yakin kita semua juga bisa menggunakannya. Dengan menggunakan buku elektronik itu, pertama, kita dapat menunjukkan ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan kita. Setiap donasi yang kita kumpulkan akan tercatat dengan jelas. Kedua, yang terpenting adalah kita dapat menggunakannya untuk mempelajari Dharma.

Tadi pagi, saat berjalan masuk ke sini, saya melihat banyak relawan kita yang membuat catatan dengan baik saat mendengar Dharma. Selain itu, dengan penuh perhatian,  mereka menyiapkan kaca pembesar untuk saya. Ini membuat saya teringat pada para relawan di Kaohsiung yang juga membuat catatan dengan sangat rapi. Mereka telah menyerap Dharma ke dalam hati. Saya bisa melihat bahwa setiap catatan itu merupakan kesan yang mereka peroleh saat mendengar Dharma. Melihat catatan mereka, saya pun menyemangati mereka untuk merapikan catatan mereka dan memublikasikannya.

Jadi, jika kalian juga bisa mencatat kesan yang kalian peroleh saat mendengar Dharma dan menyerap Dharma ke dalam hati, maka kalian juga bisa merapikannya dan memublikasikannya. Buku-buku itu berisi catatan orang pada zaman sekarang pada saat mendengar Sutra Bunga Teratai. Pada pembabaran Sutra Bunga Teratai di zaman Buddha hidup, saya yakin tidak ada orang yang mencatatnya. Kini, setiap orang membuat catatan saat mendengar Dharma. Catatan-catatan ini merupakan pemahaman yang diperoleh setiap orang. Jika kalian benar-benar memahami pembabaran saya, maka orang lain juga akan paham catatan kalian. Semua itu adalah Dharma. Saya berharap kalian bisa meneladani Guru Xuanzang yang memahami kitab suci.

Bodhisatwa sekalian, kekuatan cinta kasih sungguh menakjubkan. Semoga dengan mempelajari Dharma, kita dapat memiliki cinta kasih universal yang jernih dan tanpa noda serta dapat bersumbangsih tanpa pamrih.  Inilah yang disebut tidak melekat pada pemberi, penerima, dan barang yang diberikan. Bodhisatwa yang mendalami semangat Mahayana haruslah giat mendengar Dharma dan mempraktikkannya lewat tindakan nyata. Saya berharap setiap orang dapat memanfaatkan kesempatan dengan baik. Mulai saat ini, setiap orang harus tekun dan bersemangat untuk membina berkah dan kebijaksanaan secara bersamaan.

Saat menciptakan berkah di tengah masyarakat, itu berarti kita tengah membina berkah.  Saat berada di tengah masyarakat, kita harus mengembangkan kebijaksanaan. Di dunia yang terdapat makhluk hidup dan pintu Dharma yang tidak terbatas ini, kita dapat membina berkah dan kebijaksaan yang tak terbatas. Hanya di tengah umat manusialah, kita dapat melatih diri. Saya berharap setiap orang dapat melakukan praktik nyata.

 

Relawan daur ulang mementaskan adaptasi Sutra

Insan Tzu Chi memperhatikan saudara se-Dharma bagai anggota keluarga sendiri

Mempelajari sejarah Tzu Chi lewat buku elektronik Jing Si

Membina berkah dan kebijaksanaan yang tak terhingga

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 13 Januari 2015

Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -