Menapaki Jalan Bodhisatwa yang Lapang dan Lurus

Saya sering berkata bahwa Jalan Bodhisatwa sangat lapang dan lurus. Bodhi berarti kesadaran. Jalan Bodhisatwa yang lapang berarti jalan menuju kesadaran agung. Jalan kesadaran agung ini sangat lurus. Karena itu, kita harus yakin bahwa untuk melangkah dari tataran makhluk awam menuju tingkatan Buddha, hanya ada satu jalan, yakni Jalan Bodhisatwa yang lurus.

Jika pikiran kita lurus, maka jalan yang kita tapaki juga akan lurus. Jika pikiran kita tidak lurus, maka jalan kita juga akan berliku-liku. Sesungguhnya, relawan kita selalu berkata, “Jika kita menerima ajaran dari Master, maka kita bisa bertutur kata benar.” Saya beri tahu kalian, belum tentu seperti itu. Saat membabarkan Sutra Bunga Teratai, semakin lama hati saya semakin merasa Buddha sangat bersusah payah. Buddha membabarkan Sutra selama lebih dari 40 tahun. Dan 40 tahun lebih kemudian, Buddha berkata kepada semua orang bahwa dahulu Beliau memberikan ajaran sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing makhluk. Dengan menggunakan metode terampil yang sesuai dengan kemampuan masing-masing makhluk, Buddha memberikan ajaran agar bisa dipahami dan diterima semua makhluk. Demikianlah cara Buddha memberi bimbingan.

Sesungguhnya, ada berapa jenis kemampuan makhluk hidup? Ada 84.000 jenis tabiat makhluk hidup yang berbeda-beda. Makhluk awam memiliki tabiat yang berbeda-beda. Buddha menggunakan cara yang berbeda-beda yang sesuai dengan tabiat dan kemampuan masing-masing makhluk untuk memberikan ajaran. Selama lebih dari 40 tahun, Buddha menyimpan kebenaran tertinggi yang sangat ingin Beliau babarkan di dalam hati-Nya. Selama lebih dari 40 tahun, Buddha menyimpan kebenaran itu di dalam hati karena belum tiba waktu yang tepat, kemampuan manusia belum cukup, dan belum ada kondisi yang sesuai untuk membabarkannya. Jadi, demi membimbing semua makhluk, Buddha sangat bersusah payah.

Meski Buddha memberikan bimbingan sesuai dengan kemampuan masing-masing makhluk, tetapi Beliau tetap harus mempertimbangkan tiga hal, yakni siapa yang akan Beliau bimbing, di mana tempat yang sesuai, dan kapan waktu yang tepat untuk mengajar. Jadi, untuk memberikan ajaran yang tersimpan di dalam hati-Nya, Buddha terus menunggu. Setelah 42 tahun kemudian, Buddha memberi tahu semua orang, “Mulai sekarang Aku akan berhenti menggunakan metode terampil untuk memberikan bimbingan. Aku akan mulai membabarkan ajaran yang tersimpan di dalam hati-Ku.” Jadi, setiap orang mulai mendengar ajaran yang tersimpan di dalam hati Buddha.

Selama lebih dari 40 tahun setelah mencapai pencerahan, Buddha terus menyimpan ajaran di dalam hati-Nya. Lebih dari 40 tahun kemudian, Buddha berkata bahwa Beliau ingin membuka pintu hati-Nya untuk membabarkan ajaran yang sungguh-sungguh ingin Beliau babarkan. Karena itu, semua orang sangat gembira. Di dalam Sutra Bunga Teratai, terus diulas berapa banyak orang yang datang mendengar ajaran Buddha. Orang yang datang sangat banyak. Ada Sravaka, Pratyekabuddha, bhiksu, bhiksuni, umat perumah tangga, Bodhisatwa, dll. Mereka semua berjumlah lebih dari 100.000 orang.

Setelah membabarkan Sutra Makna Tanpa Batas, Buddha mulai membabarkan Sutra Bunga Teratai. Saat orang-orang mulai berkumpul, Buddha mulai duduk tenang dan masuk ke dalam meditasi. Selama waktu yang sangat panjang itu, semua orang tetap duduk di sana dan terus menunggu Buddha keluar dari meditasi-Nya untuk membabarkan kebenaran yang telah tersimpan di dalam hati-Nya selama lebih dari 40 tahun. Sesungguhnya, semua orang tidak menyadari saat pembabaran Sutra Makna Tanpa Batas, Buddha telah mengajarkan Jalan Bodhisatwa. Semua orang tidak menyadarinya. Mereka mengira bahwa itulah yang harus dipelajari oleh orang yang ingin menapaki Jalan Bodhisatwa. Mereka tidak tahu bahwa tujuan dari mempelajari ajaran Buddha adalah untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Sutra Bunga Teratai mengajarkan tentang praktik Bodhisatwa. Semua itu tertulis dengan jelas di dalam Sutra Bunga Teratai.

Dahulu, saat pembabaran Sutra Bunga Teratai, para pengikut yang selalu mengikuti di sisi Buddha berjumlah 1.255 orang. Buddha menggunakan waktu selama lima tahun untuk membimbing 1.255 orang pengikut-Nya. Para pengikut itu selalu berada di sisi Buddha. Apakah mereka yang berada di sisi Buddha dapat sungguh-sungguh memahami ajaran Buddha? Mereka tidak dapat memahami sepenuhnya. Contohnya, Sravaka. Mereka mengira bahwa mereka telah memahami semua ajaran Buddha, yakni melenyapkan kegelapan dan noda batin, mengubah tabiat buruk, dan mengetahui penderitaan di enam alam kehidupan. Setelah memahami dan mengetahui semua penderitaan itu, mereka merasa takut untuk terlahir kembali di enam alam kehidupan. Demi terbebas dari penderitaan itu, para Sravaka giat melatih diri agar tidak perlu mengalami kelahiran kembali di enam alam kehidupan. Mereka berpikir itu berarti mereka sudah memperoleh pembebasan. Inilah pemahaman dari sebagian pengikut Buddha. Menurut mereka, tujuan melatih diri adalah demi memperoleh pembebasan.

Namun, saya ingin memberi tahu kalian bahwa meski selama lebih dari 40 tahun, Buddha menggunakan metode terampil untuk membabarkan ajaran-Nya, tetapi di dalam setiap metode terampil terkandung kebenaran. Karena itu, saat Buddha mulai membabarkan Sutra Bunga Teratai, Beliau memberi tahu semua orang bahwa tujuan kita melatih diri bukan demi pencapaian pribadi. Kita harus dapat memberi manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Ini disebut dengan menapaki Jalan Bodhisatwa.

Saya ingin memberi tahu semua orang seperti apa Jalan Bodhisatwa itu. Semua orang mengira bahwa dengan menapaki Jalan Bodhisatwa, setelah meninggal kita dapat mencapai buah pencapaian dan menjadi Bodhisatwa. Sesungguhnya, bukan seperti itu. Sekarang kita sudah menjadi Bodhisatwa. Kini kita sudah berjalan di Jalan Bodhisatwa dan berusaha mengubah tabiat buruk di masa lalu. Ini karena kita tahu bahwa ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan bisa menghambat jalan pelatihan diri kita. Kita harus menggenggam kesempatan untuk melatih diri di tengah umat manusia agar bisa mengubah tabiat buruk kita.

Lebih dari 2.000 tahun lalu, Buddha datang ke dunia demi satu tujuan penting. Dari kehidupan ke kehidupan, tabiat buruk manusia terus terakumulasi di enam alam kehidupan. Karena itu, sulit bagi kita untuk mengubah tabiat buruk. Setiap orang memiliki sifat dan tabiat buruk. Untuk mengubah tabiat buruk semua makhluk, bukanlah hal yang mudah. Bahkan Buddha juga tidak memiliki cara untuk mengubah tabiat buruk manusia. Tabiat buruk hanya bisa diubah oleh diri kita sendiri. Buddha hanya bisa membabarkan Dharma agar kita menemukan caranya. Setelah menerima ajaran Buddha, kita harus menggunakannya untuk mengubah tabiat buruk. Inilah yang terpenting dari pelatihan diri.

 

Buddha menggunakan metode terampil untuk membimbing semua makhluk.

Berjalan memasuki Jalan Bodhisatwa yang lapang dan lurus

Mengajarkan praktik Bodhisatwa sebagai bahan pelatihan diri

Menyeimbangkan batin sendiri dan memberi manfaat bagi orang lain

 

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Rita

Ditayangkan tanggal 24 Juli 2014.

 

Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -