Mencurahkan Perhatian dan Menjalin Jodoh Baik

Setiap hari, saya bertanya kepada diri sendiri, mengapa dunia tempat tinggal kita ini penuh dengan penderitaan? Mengapa iklim tidak selaras? Mengapa bumi ini terus terluka? Mengapa antarmanusia harus saling bertikai dan saling melukai? Mengapa demikian? Setiap hari, saya terus berpikir mengapa. Kita hanya mementingkan keamanan dan ketenteraman hidup sendiri. Saat lingkungan sekitar aman dan tenteram, apakah berarti dunia juga aman dan tenteram?

Kita hendaknya memperhatikan dan mengkhawatirkan setiap orang di dunia ini. Kita harus memiliki cinta kasih tanpa mementingkan jalinan jodoh, memiliki perasaan senasib dan sepenanggungan, serta hidup berdampingan dengan alam. Sesungguhnya, inilah arah dan tujuan kita mendalami ajaran Buddha. Jika kita tidak memedulikan isu global dan hanya mementingkan masalah pribadi, bagaimana dunia ini bisa aman dan tenteram?

Kita bisa melihat tempat kelahiran Buddha. Dahulu, tempat tersebut tercatat di dalam Sutra dengan nama Kerajaan Kapilavastu. Kini tempat tersebut dikenal sebagai Nepal. Kali ini, terjadi gempa dahsyat berkekuatan 7,8 skala Richter di sana. Sungguh, pemandangan yang terlihat sangat mengerikan. Buddha mengajarkan kepada kita bahwa segala sesuatu mengalami fase pembentukan, keberlangsungan, kerusakan, dan kehancuran.  Bangunan yang didirikan lebih dari seribu tahun yang lalu juga hancur dalam sekejap. Di wilayah sekitar pusat gempa, bangunan di seluruh kota telah runtuh dan hancur.

Melihat pemandangan seperti ini, saya teringat gempa di Taiwan pada tanggal 21 September 1999. Saat itu, pemandangan yang terlihat juga sangat mengerikan. Saat itu, pagi-pagi sekali, banyak panggilan telepon yang saya terima. pagi-pagi sekali, banyak panggilan telepon yang saya terima. Ada yang melaporkan bahwa mereka selamat. Ada pula yang melaporkan kondisi bencana. Yang lebih menyayat hati adalah saat ada relawan yang menelepon untuk meminta kantong jenazah.

Saat pertama kali menelepon, dia bertanya kepada saya,  “Apakah bisa meminta RS Tzu Chi untuk menghubungi pabrik pembuat kantong jenazah karena kami membutuhkan 500 kantong jenazah.” Mendengar perkataannya, saya berkata, “Lima ratus kantong jenazah?” “Butuh sebanyak itu?” Dia berkata, “Memang butuh sebanyak itu,” Tidak sampai 10 menit, dia kembali menelepon, “Master, kini kami membutuhkan 1.000 kantong jenazah.” Saya berkata, “Benarkah?” Panggilan demi panggilan telepon yang masuk membuat saya sangat takut. Saat panggilan telepon yang ketiga kali, dia meminta tambahan  1.000 kantong jenazah. Jadi, kita menyediakan 2.000 kantong jenazah.

Inilah yang terjadi pascagempa pada tanggal 21 September 1999. Setelah itu, kita menerima banyak laporan tentang kondisi bencana. Setiap panggilan telepon yang masuk membawa kabar yang sangat memilukan hati. Saat itu, saya berkata bahwa kesedihan dan kepedihan saya sudah tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tidak ada lagi yang bisa saya katakan. Apa lagi yang perlu saya katakan?

Demikian pula dengan gempa di Nepal kali ini. Namun, saya sangat bersyukur karena para staf Divisi Kerohanian Tzu Chi segera berkumpul bersama untuk mencari warga setempat yang bisa menjadi penghubung lokal dan mencari cara untuk masuk ke lokasi bencana. Sungguh, saya sangat bersyukur. Kemarin, kita segera membentuk tim tanggap darurat. Saya sangat berterima kasih kepada para dokter dari badan misi kesehatan kita. Yang mendaftarkan diri dalam tim pertama adalah Kepala RS Chien dari RS Tzu Chi Taichung, Kepala RS Chao dari RS Tzu Chi Taipei, dr. Wang Jian-xing dari RS Tzu Chi Hualien, dan kepala UGD RS Tzu Chi Dalin, dr. Lee Yi-kung. Empat dokter ini telah mendaftarkan diri.

Hari ini, tim yang beranggotakan 15 orang ini akan berangkat ke Nepal. Selain itu, juga ada staf Divisi Kerohanian kita. Ada juga seorang relawan dari Amerika Serikat yang berasal dari Nepal, yakni Relawan Damai Lama. Dia akan berangkat dari Amerika Serikat menuju kampung halamannya. Pada November 2013, Relawan Damai mengunjungi kampung halamannya. Pada tahun 1993, Nepal dilanda banjir besar. Ini sudah berlalu 20 tahun lebih. Relawan Damai tahu bahwa Tzu Chi pernah membangun empat Perumahan Cinta Kasih yang tersebar di tiga kabupaten di kampung halamannya. Pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi itu dimulai pada tahun 1994 dan rampung pada tahun 1995. Tzu Chi mendirikan 1.800 unit rumah yang tersebar di empat desa. Pascagempa kali ini, insan Tzu Chi Taiwan juga segera bergerak untuk membantu.

Saya sungguh sangat bersyukur. Setiap kali terjadi bencana, seluruh staf misi Tzu Chi akan bergerak. Selain staf misi kesehatan dan budaya humanis, para staf Divisi Kerohanian dan Divisi Pengembangan Misi Amal juga bergerak untuk membantu. Semoga setelah tim kita tiba di Nepal, segala sesuatu bisa berjalan dengan lancar. Penyaluran bantuan bencana tidak bisa ditunda. Kemarin, gempa susulan masih terus terjadi. Semoga tim kita dapat tiba dengan selamat dan dapat memahami kesulitan warga setempat secara mendetail.

Setelah tim pertama kita tiba di lokasi bencana, yang paling mendesak adalah memberikan pengobatan. Tim medis kita harus segera pergi ke sana karena menyelamatkan kehidupan adalah hal yang tidak bisa ditunda. Kemarin, Kepala RS Chien dan Kepala RS Chao sudah saling berkomunikasi untuk mempersiapkan bantuan obat-obatan di Taipei. Kemarin, para staf medis segera mempersiapkannya. Selain penyaluran bantuan darurat, kita juga merencanakan bantuan jangka menengah dan jangka panjang. Perjalanan kita masih sangat panjang. Jadi, setiap orang harus berdoa dengan tulus semoga warga Nepal bisa segera memperoleh keamanan dan ketenteraman.

Semoga para tenaga medis dan tim penyelamat dapat masuk ke lokasi bencana dengan lancar. Sesungguhnya, sudah ada tim penyelamat dari berbagai negara yang menuju lokasi bencana. Namun, akses jalan yang terputus dan gempa susulan yang terus terjadi membuat mereka kesulitan untuk keluar masuk lokasi bencana. Namun, mereka tetap berusaha mengatasi berbagai kesulitan karena harus menggenggam setiap waktu untuk menyelamatkan nyawa warga setempat. Singkat kata, hidup ini tidak kekal dan penuh penderitaan. Kita harus memanfaatkan waktu di hari ini untuk berkontribusi  karena kelak ia akan menjadi sejarah.

 

Gempa dahsyat di Nepal mengguncangkan seluruh dunia

Menggerakkan staf misi kesehatan untuk memberikan bantuan darurat

Tetap merasa takut saat mengenang gempa di Taiwan pada tahun 1999

Mencurahkan perhatian dan menjalin jodoh baik

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 27 April 2015

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -