Mengasihi Para Pengungsi Tanpa Mementingkan Jalinan Jodoh

Di seluruh dunia ini, kita bisa melihat bencana yang terjadi sungguh banyak. Kita sungguh harus berhati tulus. Dalam keseharian, kita harus meningkatkan kewaspadaan. Kita jangan hanya mementingkan diri sendiri, tetapi hendaknya memperluas pandangan kita. Buddha juga mengajarkan kita bagaimana melapangkan hati hingga seluas jagat raya untuk memikirkan kepentingan semua makhluk dan senantiasa bersumbangsih bagi mereka.

Dari tayangan ini, kita bisa melihat sekelompok besar pengungsi. Saya sungguh tidak sampai hati melihatnya. Di Suriah terus terjadi pergolakan. Sebuah masalah kecil bisa memicu terjadinya perang saudara selama hampir 4 tahun. Kondisi masyarakat di sana kian lama kian memburuk. Setiap hari, warga setempat hidup di tengah peperangan. Tidak ada sedetik pun kedamaian di sana. Keluarga mereka terpecah-belah. Warga Suriah juga terpencar-pencar dan mengungsi ke berbagai negara.

Dalam beberapa bulan terakhir ini, ada banyak pengungsi yang mengungsi ke Turki. Turki menerima para pengungsi dari luar dalam jumlah yang sangat besar. Hingga kini, sudah ada sekitar 1,6 juta pengungsi di Turki. Di antara 1,6 juta pengungsi ini, ada 1,06 juta pengungsi dari Suriah. Sisanya adalah pengungsi dari Irak yang terus mengungsi karena sulit bertahan hidup di negara sendiri. Mereka juga terpaksa mengungsi karena konflik yang terjadi di negara mereka.

Akhir-akhir ini, insan Tzu Chi di Turki memulai pembagian bantuan pertama dan mulai berinteraksi dengan para pengungsi. Setiap keluarga memiliki kisah yang berbeda-beda. Di antara para pengungsi, ada orang yang dahulu hidup berada, berkedudukan tinggi, dan memiliki nama baik di negaranya. Ada pula orang yang memiliki kekayaan yang berlimpah. Awalnya, mereka berharap suatu hari nanti, pergolakan ini akan berlalu. Karena itu, mereka memilih untuk tetap tinggal di rumah mereka. Namun, kini mereka sudah tidak dapat tinggal di sana karena rumah mereka telah hancur. Pergolakan yang terjadi di sana semakin sengit dan menimbulkan kehancuran di berbagai tempat. Karena itu, mereka terpaksa menyelamatkan diri dan mengajak seluruh anggota keluarga untuk mengungsi ke negara lain.

Saat mengadakan pembagian bantuan pertama, kita sering melihat seorang anak yang sangat rupawan. Dia berpakaian sangat rapi, bahkan memakai dasi. Kita bisa melihat bahwa dia merupakan umat Muslim yang taat. Dia sangat memiliki tata krama. Kehidupan keluarganya juga sangat bahagia. Orang tuanya mendidiknya untuk berpakaian rapi saat keluar. Sekitar sebulan yang lalu, kita sering melihat relawan cilik ini membantu di tengah keramaian dengan berpakaian rapi.

Akhir-akhir ini, kita menemukan seorang anak yang lain. Dia sepertinya mengemis di tengah keramaian kota. Saat melihat anak itu, insan Tzu Chi bertanya, “Berapa usiamu?” Dia menunjukkan “enam” dengan jari tangannya. “Dari mana kamu berasal? Apakah dari Suriah?” Anak itu menjawab,“Ya, saya berasal dari Suriah.” Lewat percakapan seperti itu, barulah insan Tzu Chi tahu bahwa keluarga anak itu juga merupakan pengungsi dari Suriah.

Relawan Hu meminta anak itu untuk menunjukkan jalan ke rumahnya agar dapat memahami kondisi keluarganya. Lalu, anak itu membawa Relawan Hu ke stasiun untuk menumpang kereta api. Setelah tiba di rumahnya, kita mendapati bahwa kondisi ekonomi mereka sangat memprihatinkan. Sang ayah harus bekerja untuk menafkahi keluarga. Namun, penghasilannya dalam sebulan tidak seberapa. Setelah membayar biaya sewa rumah, uang yang tersisa tidaklah banyak. Karena itu, kehidupan mereka sangat memprihatinkan.

Melihat pemandangan seperti ini, kita hendaknya memahami bahwa kita tidak dapat selamanya berada dalam kondisi yang baik seperti saat ini. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada esok hari. Jadi, sebaiknya kita membangkitkan welas asih dan berlapang dada. Kita hendaknya membangkitkan cinta kasih antarmanusia untuk menghentikan pergolakan dalam masyarakat agar orang-orang bisa aman dan tenteram. Jika kondisi lingkungan dapat tenteram, maka kehidupan keluarga akan selamat.

Berhubung musim dingin sudah tiba, kita secara khusus memesan selimut untuk para pengungsi dengan ketebalan sekitar 1 cm dan berukuran sangat besar. Selimut-selimut itu sangat hangat. Di tengah cuaca yang demikian dingin, dua atau tiga helai selimut yang kita berikan bagi satu keluarga mungkin tidak cukup menahan suhu udara di bawah nol derajat, tetapi kita memberikannya dengan sangat tulus, tanpa pamrih, dan penuh rasa hormat.

Inilah sumbangsih para insan Tzu Chi di Turki. Kita juga memberikan bantuan bahan pangan sebanyak lebih dari 30 kg kepada setiap keluarga agar gizi mereka dapat terpenuhi selama beberapa waktu. Mereka merasa sangat gembira. Selain memberikan barang bantuan, kita juga menginspirasi mereka untuk membangkitkan kekayaan batin. Inilah yang mulai kita gerakkan di sana.

Singkat kata, semua itu dilakukan dengan cinta kasih yang tulus. Saat mengetahui kita ingin memberi bantuan kepada para pengungsi, seorang pengusaha juga turut memberi dukungan kepada kita. Jadi, penyaluran bantuan di Turki telah dimulai. Dalam pembagian bantuan akhir-akhir ini, kita juga mendapat bantuan profesor setempat yang menganut agama yang berbeda dengan kita. Di antaranya, ada seorang professor yang menganut agama Islam. Dia berkata bahwa dahulu dia merasa bahwa umat Buddha sangat percaya takhayul. Karena itu, dia tidak menyukainya. Setelah melihat kegiatan Tzu Chi dan berinteraksi dengan insan Tzu Chi, dia memahami bahwa ternyata agama Buddha dan agama Islam sama-sama mengajarkan tentang cinta kasih, yakni cinta kasih yang tanpa pamrih.

Ada juga profesor lain yang mengatakan bahwa meski dia tidak menganut agama apa pun, tetapi dia bisa melihat sumbangsih insan Tzu Chi yang penuh cinta kasih dan ketulusan. Dia berkata bahwa inilah semangat agama yang dibutuhkan oleh manusia. Penyaluran bantuan yang kita lakukan di sana telah mendapat tanggapan yang baik dari warga setempat. Tanggapan mereka sangat membuat orang tersentuh.

 

Kehidupan para pengungsi sangat memprihatinkan

Mengadakan pembagian bantuan untuk membantu para pengungsi

Setiap agama mengajarkan cinta kasih tanpa pamrih

Mengasihi semua orang tanpa mementingkan jalinan jodoh

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal19 November 2014

Keharmonisan organisasi tercermin dari tutur kata dan perilaku yang lembut dari setiap anggota.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -