Mengganti Dupa dengan Ketulusan dan Menyelamatkan Kehidupan dengan Cinta Kasih

 

Sudah beberapa waktu konflik di Jalur Gaza berlangsung, mengakibatkan banyak warga setempat meninggal dan kehilangan tempat tinggal. Setiap hari, saya merasa sedih, tak sampai hati, dan khawatir pada mereka. Akhirnya, Israel dan Palestina mengumumkan gencatan senjata jangka panjang. Kini, ada harapan untuk perdamaian. Saya berharap kedua belah pihak bisa berunding secara baik-baik dan berhubungan dengan damai agar dapat menciptakan berkah bagi Jalur Gaza dan menjalankan pemulihan. Singkat kata, semoga mereka bisa hidup damai. Ini adalah sebuah berita baik. Saya berharap kedamaian ini bisa bertahan selamanya. 

Hal lain yang membuat saya sangat gembira kemarin adalah Kuil Xing Tian di Taipei yang telah meniadakan tempat dupa dan meja persembahan. Tindakan mereka sungguh bijaksana. Saya memuji tindakan tersebut. Setelah tempat dupa dan meja persembahan diangkat, ruangan di kuil menjadi lebih luas. Selain itu, pemandangan yang dilihat pagi ini sama sekali berbeda dengan kemarin. Sebelumnya, kuil selalu dipenuhi asap. Sesungguhnya, ini tidak baik bagi kesehatan dan tidak bermanfaat bagi kebijaksanaan dan wawasan umat, sebaliknya malah membawa dampak buruk, seperti menambah polusi dan lain-lain. Pengelola Kuil Xing Tian sungguh bijaksana dan berani untuk meniadakan tempat dupa dan meja persembahan.

 

Di saat yang sama, banyak pula relawan Tzu Chi yang terus memberikan bimbingan di sana. Kita berharap setiap orang bisa mengganti dupa dengan ketulusan hati. Asalkan memiliki ketulusan hati, berdoa dengan atau tanpa dupa sama saja. Pada hari pertama ditiadakannya tempat dupa dan meja persembahan, tetap banyak pengunjung yang datang. Walaupun sebagian orang mengatakan bahwa mereka agak tidak terbiasa, tetapi kebanyakan orang sangat setuju karena ini juga membantu melestarikan lingkungan. Yang terpenting adalah ketulusan hati. 

Semua ini sungguh mengagumkan. Saat melihat ini kemarin, saya sungguh merasa sangat gembira, hingga kini pun masih sangat gembira. Tindakan pengelola kuil ini jauh lebih efektif daripada kegiatan sosialisasi di jalan. Namun, kita tetap harus terus mendorong dan membimbing orang-orang menuju ke arah yang baik dan benar ini. 


Kita juga bisa melihat pada 27 Agustus 1998, RS Tzu Chi Hualien membentuk tim pelayanan jantung 24 jam. Dokter Hu Sheng-chuan, Kepala UGD Pusat Medis Tzu Chi Hualien menjelaskan, “Jika pasien mengatakan bahwa ada rasa sakit, sesak, atau ketidaknyamanan di bagian dada, kami akan segera melakukan pemeriksaan EKG.” Kapan pun UGD menerima pasien jantung, tim tersebut akan segera bertindak. Dokter Hu menjelaskan, “Kami akan mengirim pesan melalui komputer kepada dokter yang bertugas, kami juga akan meneleponnya saat itu juga.” Inilah yang ada di RS Tzu Chi Hualien. 

Tahun ini, saat seorang turis dari Tiongkok yang berusia lebih dari 70 tahun berwisata ke Taman Nasional Taroko, Taiwan, dia tiba-tiba mengalami nyeri pada bagian dada dan dilarikan ke UGD rumah sakit kita. Setelah menerimanya, dokter kita segera memeriksa dan segera menginformasikan hasilnya kepada tim pelayanan jantung itu. Tim itu langsung berkumpul untuk melakukan penyelamatan. Mereka berhasil menyelamatkan nyawa pasien dengan cepat. Saya sungguh berterima kasih kepada tim ini.

 

Kita juga mendengar tentang Wakil Kepala RS Wang dan Dokter Wu. Dokter Wu dahulu adalah dokter di RS Kristen Mennonite. Dokter Wang Zhi-hong, Wakil Kepala Pusat Medis Tzu Chi Hualien menjelaskan, “Saat itu, ada tujuh hingga sepuluh orang dari teman sekelas saya yang magang di RS Kristen Mennonite. Saat itu, Dokter Wu adalah kepala departemen penyakit dalam di sana. Karena itu, saat berbagi pengalaman magang, saya mendengar banyak teman yang mengatakan bahwa Dokter Wu adalah seorang dokter yang sangat ramah dan ahli dalam menghadapi pasien, juga penuh dedikasi terhadap pekerjaannya.” 

Kemudian, Dokter Wu membuka klinik sendiri dan bekerja sama dengan Wakil Kepala RS Wang. Dia merujuk pasiennya ke RS Tzu Chi Hualien. “Pada awalnya, beberapa pasien yang ingin dirujuk ke Taipei coba beliau rujuk ke saya. Lalu, dia menyadari hasil pengobatan kita sangat bagus. Dia pun meyakini keahlian tim medis kita dan keahlian saya,” tambah dr Wang.

Begitu pun yang disampaikan dr Wu, “Boleh dikatakan, saya selalu menjadikan dr Wang rujukan pasien saya, tidak ada yang lain. Saya juga yakin para pasien akan mendapatkan pelayanan yang terbaik.” Dan dr Wang menambahkan, “Berkat kerja sama ini, kami mulai lebih saling mengenal.”

Sementara dr Wu mengungkapkan, “Pelayanan Wakil Kepala RS Wang terhadap pasien sungguh luar biasa. Dia selalu siap 24 jam. Saya masih ingat suatu kali, saya menghubunginya pada tengah malam, tetapi dia tetap bersedia datang membantu. Saya merasa tidak enak hati terhadapnya, tetapi demi pasien, saya terpaksa melakukannya. Prinsip kami berdua hampir sama. Karena itu, kami bisa bekerja sama dengan baik.”

 

Dia adalah kardiologis pertama di Hualien. Mereka berdua bagaikan guru sekaligus teman bagi yang lain. Mereka bekerja sama dengan baik dan saling memuji. Interaksi mereka terlihat begitu baik dan indah. Kita semua juga hendaknya berinteraksi dengan baik dan indah. RS Tzu Chi Taipei juga demikian. Lihatlah Dokter Shen yang memimpin staf medis kita menuju Kaohsiung untuk mengambil jantung seorang donor. Di Taipei, Dokter Tsai juga bersiaga untuk mempersiapkan transplantasi jantung. 

Setiap orang berpacu dengan waktu dan bekerja sama untuk menyembuhkan pasien. Setiap orang merasa sangat tegang. Walaupun prosesnya sangat menegangkan, tetapi dapat menyelamatkan nyawa pasien adalah hal yang paling menggembirakan. RS Tzu Chi Dalin dan RS Tzu Chi Taichung juga membentuk tim pelayanan jantung. Semua staf medis bekerja sama dengan satu hati untuk menyayangi pasien seperti keluarga sendiri. 

Namun, itu belum cukup. Mereka juga memandang pasien bagai diri sendiri. Mereka turut merasakan rasa sakit dan penderitaan pasien. Walaupun yang sakit adalah si pasien, tetapi para staf medis bisa turut berempati. Semua orang hendaknya bekerja sama dengan erat dan berkontribusi dengan cinta kasih bagi sesama. 

Singkat kata, sulit terlahir sebagai manusia, maka kita hendaknya mengembangkan nilai hidup kita dan menyayangi diri sendiri. Menyayangi diri sendiri berarti tidak melakukan kesalahan. Dalam hidup ini, kita hendaknya menjaga kehidupan kita dengan kebajikan dan cinta kasih. Dengan demikian, kita baru bisa memiliki kekuatan untuk menjadi penyelamat dalam hidup orang lain. Inilah tujuan kita hidup di dunia ini. Inilah nilai kehidupan yang sesungguhnya.

 

Harapan perdamaian terbuka antara Israel dan Palestina

Dupa persembahan yang terbaik adalah ketulusan hati

Mengobati pasien dengan cinta kasih, welas asih, dan kelembutan

Menyelamatkan pasien dan membawa manfaat bagi banyak orang

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 29 Agustus 2014.

Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -