Menghargai Kehidupan dan Meringankan Penderitaan

 

Ketidakkekalan yang terjadi dalam sekejap selalu menimbulkan penyesalan yang terdalam dalam kehidupan manusia. Sungguh, ketidakkekalan bisa datang dalam sekejap. Saat kita keluar rumah dengan gembira dan berada di tempat yang aman, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada detik berikutnya. Pada detik ini, kita mungkin masih penuh harapan dan memiliki rencana-rencana yang indah untuk masa depan kita. Namun, dalam sekejap, ketidakkekalan bisa saja merenggut kehidupan kita. Ini menunjukkan kebenaran tentang ketidakkekalan.

Biasanya, kita mungkin hanya sekadar mendengar Dharma saja. Penderitaan yang kita dengar seakan-akan berada sangat jauh dari kita karena kita berada di tengah kebahagiaan. Ketidakkekalan juga seakan-akan tidak berhubungan dengan kita karena kita masih merencanakan masa depan yang tak terbatas. Semua prinsip kebenaran itu seakan-akan tidak berhubungan dengan kita. Akan tetapi, kita tidak tahu kapan ketidakkekalan akan menghampiri kita. Jadi, kita harus menyerap prinsip kebenaran ke dalam hati.

Kita juga harus senantiasa mawas diri dan menghadapi semua orang dan segala hal dengan tulus. Jika kita bisa menggunakan hati yang tulus untuk berinteraksi dengan orang dan menangani masalah, maka kehidupan kita akan jauh lebih tenang. Kita harus mawas diri dan tulus dalam kehidupan sehari-hari. Janganlah kita melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan. Kita harus berhati tulus, menghargai kehidupan kita, dan memiliki tujuan hidup yang pasti. Jika bisa demikian, maka hidup kitaakan lebih aman dan tenteram.

Namun, belakangan ini, di berbagai rumah sakit ada banyak orang yang tengah berjuang di ambang kematian. Hampir 500 orang menderita luka bakar ringan, sedang, dan berat. Orang yang menderita luka bakar ringan sangat menderita. Orang yang menderita luka bakar sedang juga mengalami penderitaan yang tak terkira. Terlebih lagi, orang yang menderita luka parah. Perjalanan hidup mereka masih sangat panjang. Para korban sungguh menderita. Semua korban luka-luka adalah anak muda. Melihat mereka begitu menderita, sungguh membuat orang merasa tidak sampai hati. Tenaga medis di berbagai rumah sakit mengerahkan segenap hati dan tenaga untuk menyelamatkan para korban. Namun, kelak, baik untuk penggantian obat maupun untuk menjalani transplantasi kulit, mereka masih membutuhkan waktu yang sangat panjang.

Selain itu, fisioterapi yang harus mereka jalani bukan hanya sebulan atau dua bulan, tetapi membutuhkan waktu yang sangat panjang. Penderitaan mereka sungguh tak terkira. Ketidakkekalan bisa terjadi dalam sekejap. Di dalam Sutra, semua ajaran ini telah diulas dengan sangat jelas. Contohnya pesawat TransAsia Airways yang jatuh di Penghu pada bulan Juli lalu. Lalu, diikuti dengan insiden ledakan pipa gas di Kaohsiung. Pada saat insiden di Kaohsiung dan Penghu terjadi, cuaca sangatlah panas. Relawan Tzu Chi tetap memberikan pendampingan tanpa memedulikan guyuran hujan ataupun teriknya sinar matahari. Kemudian, pada awal tahun ini, sebuah pesawat TransAsia Airways kembali jatuh di Sungai Keelung. Meski saat itu cuaca sangat dingin, relawan Tzu Chi tetap berada di lokasi jatuhnya pesawat selama beberapa hari untuk mendampingi tim penyelamat yang berusaha mencari jenazah penumpang pesawat. Cuaca saat itu sangatlah dingin.

Dalam jangka waktu kurang dari setahun, di Taiwan telah terjadi empat bencana besar yang membuat hati orang terguncang. Jadi, kita harus mawas diri dan tulus. Setiap orang di masyarakat harus menyelaraskan pikiran, membangun kepercayaan, membangun cinta kasih, dan menginspirasi semua orang untuk saling mengasihi. Jika bisa demikian, barulah masyarakat kita bisa aman dan tenteram.

Dalam ledakan di Taiwan kali ini, saya sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi yang segera memberikan penghiburan. Di beberapa rumah sakit yang memberi izin, relawan kita berkesempatan untuk menghibur orang tua korban yang tengah merasakan kepiluan. Sejak hari pertama terjadinya ledakan, relawan Tzu Chi di seluruh Taiwan sudah mulai melantunkan Sutra, berdoa, dan melakukan pelimpahan jasa. Semoga himpunan niat baik dan ketulusan setiap orang dapat menjangkau para Buddha,  Bodhisatwa, dan Makhluk Pelindung Dharma. Semoga Taiwan bisa lebih aman dan tenteram.

Kita juga bisa melihat sebuah kasus di Chiayi. Rumah ini dihuni oleh tujuh orang. Entah sudah berapa lama sampah-sampah itu tertumpuk di rumah mereka. Bagaimana mereka bisa bertahan di tempat seperti itu? Karena tidak sampai hati melihat kondisi mereka, enam puluh relawan Tzu Chi bergerak untuk membantu membersihkan rumah mereka. Relawan Tzu Chi bersumbangsih demi keluarga itu. Inilah relawan Tzu Chi. Inilah Bodhisatwa. Karena memiliki hati Bodhisatwa, insan Tzu Chi tidak tega melihat semua makhluk menderita. Lihatlah, setelah dibersihkan, rumah itu menjadi sangat terang.

Segala hal bisa kita lakukan asalkan kita bersedia mengembangkan cinta kasih. Jika setiap orang mengasihi diri sendiri, maka tidak akan ada tempat tinggal seperti itu. Kita telah membersihkan rumah mereka serta mengganti kloset duduk dan ranjang mereka. Kita berharap mereka bisa menjalani hidup layaknya orang-orang pada umumnya.

Saudara sekalian, sumbangsih relawan Tzu Chi bagi masyarakat bermula dari sebersit niat. Inilah wujud cinta kasih. Insan Tzu Chi tidak sampai hati melihat orang lain menjalani hidup di lingkungan seperti itu. Inilah kekuatan cinta kasih. Jadi, saya berharap setiap orang dapat mengasihi diri sendiri. Kita harus terlebih dahulu mengasihi diri sendiri. Dengan demikian, seiring berlalunya waktu, kita akan tahu untuk mengasihi orang lain. Inilah lingkaran kebajikan yang seharusnya ada di dunia. Singkat kata, segala sesuatu di dunia dapat tercapai seiring akumulasi waktu. Jadi, setiap orang harus lebih bersungguh hati.

 

Ketidakkekalan bisa datang dalam sekejap dan tidak bisa diprediksi

Menghargai kehidupan dan senantiasa mawas diri

Relawan Tzu Chi membantu penerima bantuan membersihkan rumah tanpa takut kotor

Tenaga medis di Taiwan menyatukan kekuatan untuk meringankan penderitaan korban luka-luka

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 2 Juli 2015

Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -