Menghargai Setiap Tetes Air dan Menjaga Keselarasan Alam

Lihatlah dunia ini. Pemanasan global telah memicu perubahan iklim. Ada tempat yang kelebihan curah hujan sehingga dilanda banjir besar. Ada pula tempat yang tekanan udara dan faktor pendukung lainnya belum terpenuhi sehingga mengalami kekeringan. Jadi, ketidakselarasan unsur air saja sudah bisa menimbulkan penderitaan yang tidak terbatas di dunia ini. Sesungguhnya, apa yang menyebabkan curah hujan tidak merata dan iklim tidak bersahabat? Kita bukan hanya harus mengetahui penyebabnya, tetapi juga harus mencari solusinya. Jadi, kita harus mencari tahu penyebabnya dan berusaha menyelesaikan masalah ini.

Bagaimana cara kita menyelesaikannya? Kita harus bisa mendisiplinkan diri sendiri untuk mengendalikan nafsu keinginan dan menghargai sumber daya alam. Kita harus menghemat sumber daya alam. Jangan terlalu boros. Dengan demikian, secara alami kita tidak akan menghabiskan terlalu banyak sumber daya alam. Untuk memproduksi setiap barang, kita membutuhkan air. Jadi, dalam proses produksi barang apa pun, kita pasti membutuhkan air.

Kain dan pakaian yang kita pakai juga membutuhkan air. Semua proses pengolahan mulai dari bahan dasar membutuhkan air. Bahan dasar sebelum dipintal menjadi benang membutuhkan air. Proses penenunan, pewarnaan, dan lain-lain juga membutuhkan air. “Manajemen air bukan semata-mata berkaitan dengan penggunaan atau pengolahan air limbah. Sesungguhnya, ini bertujuan untuk menyebarkan pemahaman bahwa cara kita mengembangkan ekonomi selama ini hanya akan membuat kita kehabisan air. Ini akan membuat ratusan juta orang jatuh miskin, mengakibatkan kejatuhan ekonomi lokal, dan berdampak buruk bagi ketahanan pangan di masa depan,” ucap Direktur Eksekutif Program Lingkungan PBB

Menghadapi ancaman krisis air, kita harus semakin meningkatkan kewaspadaan. Bagaimana cara kita melindungi bumi? Kita harus berusaha mengurangi polusi. Saat hujan turun, selain masuk ke waduk, air hujan juga akan diserap oleh tanah dan menjadi air tanah. Saat waduk kering, mungkin kita bisa terbantu dengan adanya air tanah. Namun, jika seluruh tanah di bumi sudah tercemar sehingga air tanah tidak bersih, maka semua makhluk akan sulit untuk bertahan hidup.

Kita juga melihat laporan berita dari Filipina tentang sampah Kanada yang dikirimkan ke Filipina sekitar 2 tahun yang lalu. Lima puluh peti kemas berisi sampah yang dikirimkan ke Filipina kini telah membusuk. Terhadap lima puluh peti kemas berisi sampah ini, entah apa yang harus dilakukan. Sampah itu telah dibiarkan selama hampir 2 tahun.

Kita bisa melihat relawan daur ulang di Taiwan melakukan daur ulang di komunitas masing-masing. Sekelompok relawan lansia ini melakukannya dengan sangat gembira dan penuh sukacita. Mereka berkumpul bersama di posko daur ulang dan saling mendampingi dengan bahagia.

“Di rumah saya hanya berhadapan dengan televisi. Master sangat baik. Saya mendengar ceramah Master setiap pagi. Saya ingin selalu melakukan daur ulang di sini. Demi kelestarian lingkungan, kita harus melakukan daur ulang. Kini kami sudah lanjut usia, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Saya melakukan daur ulang di sini untuk menyelamatkan bumi. Ini juga bisa didaur ulang menjadi selimut. Saat negara lain dilanda bencana, kita bisa membantu mereka. Bukankah itu hal yang sangat baik?” ucap seorang relawan daur ulang.

Melakukan daur ulang tidak mudah. Namun, kita harus berpikir bahwa bumi hanya ada satu. Dahulu, kita sama sekali tidak memilah barang untuk didaur ulang. Semuanya kita buang begitu saja. Kita bahkan tidak tahu berapa banyak sampah yang telah kita ciptakan. Jadi, kita seharusnya mengerahkan tenaga untuk bersumbangsih dan memperbaiki kondisi lingkungan.

Sekelompok relawan lansia ini telah mengembangkan potensi kebajikan mereka. Dengan penuh sukacita, mereka mengasihi dan melindungi bumi dengan mendaur ulang sumber daya alam agar bisa dimanfaatkan kembali. Sungguh boros jika kita tidak mendaur ulang sumber daya alam. Bukan hanya boros, tetapi juga merusak tanah. Di mana kita harus mengubur sampah-sampah itu? Kita bisa melihat negara maju mengirimkan sampah mereka ke negara berkembang. Akan tetapi, bukankah sampah itu tetap berada di bumi dan tetap mencemari alam?

Sesungguhnya, berapa lama lagi kita sanggup menghadapi polusi dan kekeruhan yang membuat kondisi iklim tidak bersahabat? Berapa luas lahan yang bumi ini miliki untuk menampung sampah-sampah yang dibuang oleh begitu banyak orang? Berapa luas lahan yang kita miliki untuk mengubur sampah? Tidak tahu. Alangkah baiknya jika kita bisa menyebarkan hingga ke luar negeri bahwa di Taiwan, sumbangsih para relawan lansia yang begitu mengasihi dan melindungi bumi telah membuahkan hasil. Jika setiap Negara bisa mengadopsi cara yang kita jalankan, barulah kita bisa mengurangi masalah sampah di bumi dan menghemat sumber daya alam sehingga sumber daya alam tidak cepat habis.

Ini semua harus kita renungkan dengan cermat. Setiap orang harus bersungguh hati. Sesungguhnya, berapa lama lagi alam sanggup bertahan? Bagaimana bisa dunia ini menahan luka akibat kegelapan batin manusia? Dunia ini tidak sanggup menahannya. Jadi, setiap orang harus bersungguh hati. Saya sangat berterima kasih kepada orang-orang yang memiliki keyakinan yang teguh untuk terus menjaga kelestarian lingkungan. Semoga tindakan mereka yang penuh cinta kasih dapat dilihat oleh lebih banyak orang. Kita juga berdoa dengan tulus semoga krisis air di Taiwan tidak berkembang menjadi kekeringan dan memengaruhi kehidupan para warga. Untuk itu, saya mengimbau setiap orang untuk berdoa dengan tulus semoga unsur air bisa selaras.

Menghargai setiap tetes air melebihi berlian

Menghargai sumber daya alam dengan melakukan daur ulang

Menggunakan kembali barang yang didaur ulang untuk mengurangi pemborosan

Berdoa dengan tulus dan menyelaraskan unsur alam dengan kebajikan

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 22 Maret 2015

Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -