Menghargai Sumber Daya Alam dan Mempraktikkan Catur-samgraha-vastu

Unsur air sungguh tidak selaras. Pakistan sudah berhari-hari tergenang banjir. Namun, di California, Amerika Serikat, para warga malah mengalami kekeringan yang terparah dalam sejarah. Selama bertahun-tahun ini, California terus dilanda krisis air. Pemerintah juga mengimbau para warga untuk menghemat air dan menyatakan bahwa akan mengenakan denda bagi orang yang memboroskan air. Pemerintah setempat telah menyadari parahnya krisis air yang tengah mereka alami. Mereka berharap para warga bisa menghemat penggunaan air. 

Bukankah kita juga selalu mengingatkan setiap orang untuk menghemat air? Insan Tzu Chi selalu menghemat air. Selain menghemat air sendiri, mereka juga sering berbagi dengan orang-orang bagaimana mereka menggunakan satu air yang sama untuk beberapa kepentingan yang berbeda. Semua itu sudah kita praktikkan secara nyata. Selama bertahun-tahun ini, tidak peduli kekurangan air atau tidak, kita telah membina kebiasaan menghemat air dalam kehidupan sehari-hari. Kita hendaknya menghargai air bagaikan menghargai emas karena air adalah sumber kehidupan kita dan sumber kehidupan bagi bumi. Jika bumi kekurangan air, maka tanaman pangan tidak bisa bertumbuh dan kita pun akan kekurangan bahan pangan.

 

Lihatlah betapa banyak orang yang selalu menampung air hujan. Lin Jin-guo, seorang relawan Tzu Chi menceritakan, “Kami menampung air hujan di dalam tangki itu. Jumlah keseluruhan air di sana adalah 4 ton. Tanda berwarna merah pada selang itu adalah level air sekarang. Kami telah menampung 20 ton air hujan di sini. Mari ke sebelah sini. Di bawah ini ada sebuah tempat penampungan air yang besar. Jika membutuhkan air, kami akan memompa air secara manual. Air ini kami gunakan untuk membilas kamar kecil. Berhubung tekanan airnya sangat tinggi, kami tidak perlu menggunakan pompa listrik. Inilah cara kami menghemat air dan listrik.” 

Tindakan menghemat air untuk bersiaga menghadapi kekeringan ini sungguh sangat mengagumkan. Para relawan ini selalu melakukan segala sesuatu dengan semangat pelestarian lingkungan. Pagar yang membatasi bagian dalam dan luar posko daur ulang ini adalah hasil daur ulang pegas yang ada di dalam matras. Barang-barang hasil daur ulang ini terlihat sangat unik. Hasil karya mereka dari barang daur ulang sungguh terlihat baru dan berbeda. Adakalanya, saat berkunjung ke posko daur ulang, saya dapat melihat kebijaksanaan para relawan dalam menghargai sumber daya alam, air, dll. Kita harus belajar menghargai sumber daya alam dalam kehidupan sehari-hari.

 

Kita juga melihat lima guru dari Asosiasi Guru Tzu Chi di Malaysia yang pergi ke Ormoc, Filipina, untuk berbagi metode pengajaran Kata Renungan Jing Si. Selain itu, mereka juga berbagi 20.000 buku Kata Renungan Jing Si. Di sana, mereka membimbing guru setempat bagaimana cara mengajarkan Kata Renungan Jing Si. Mereka berharap para guru bisa mengajarkan Kata Renungan Jing Si di sekolah untuk membina cinta kasih para siswa. Mereka berbagi dengan para guru setempat bagaimana membimbing para siswa agar memiliki kepribadian yang baik. 

Mereka juga pergi melihat bagaimana cara para warga menyusun rangka bambu sebelum menuang semen untuk mencetak batako. Mereka memahami bahwa dengan cara seperti itulah, Tzu Chi menjalankan program bantuan untuk membantu para warga yang hidup kurang mampu dan yang masih belum mempunyai pekerjaan. Kita juga mengajari para warga tentang konsep daur ulang dan bagaimana cara melindungi bumi. Semua itu kita wariskan satu per satu. 

Bukankah semua ini adalah ajaran di dalam Sutra? Karena itu, kita membimbing mereka untuk melakukan praktik nyata. Setelah melenyapkan penderitaan orang, kita harus membabarkan Dharma untuknya. Saya sungguh berterima kasih kepada seluruh insan Tzu Chi yang merupakan Bodhisatwa dunia. Mereka semua sangat mengagumkan.

 

Kita juga melihat peringatan ulang tahun yang ke-2 Klinik Tzu Chi di Suzhou. Kita bekerja sama dengan sebuah RS di Jiangsu untuk mengadakan sebuah seminar untuk mendiskusikan perawatan kesehatan bagi lansia di Taiwan dan Tiongkok. Lebih dari 300 orang dari dunia kedokteran yang hadir. Suasananya sangat ramai. Selain itu, dalam peringatan ulang tahun, para dokter mengungkapkan rasa terima kasih kepada para relawan yang terus mendampingi mereka 365 hari dalam setahun. Para dokter mempersembahkan teh dengan tangan sendiri untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada para relawan. Insan Tzu Chi telah membawa semangat budaya humanis ke Suzhou di Tiongkok. 

Kita juga melihat para staf RS Tzu chi Taipei mengadakan kamp untuk menyambut staf baru demi menghimpun rasa kebersamaan. Kamp ini diadakan di Kompleks Tzu Chi di Banqiao. Para relawan kita di Banqiao juga menunjukkan ketulusan dan kasih sayang. Staf dari empat badan misi Tzu Chi bersatu untuk menyambut kepulangan anggota keluarga. Mereka menunjukkan ketulusan sebagai tuan rumah. Saya juga sangat berterima kasih kepada kepala RS dan wakil kepala RS serta para kepala departemen RS yang terus mendampingi para staf baru kita bagai mendampingi anggota keluarga untuk membantu mereka agar lebih memahami budaya humanis Tzu Chi. Setiap orang merasa sangat gembira. Lihatlah, semua orang bagaikan satu keluarga, alangkah indahnya. 

Ini dapat terwujud jika kita bisa mempraktikkan dana, tindakan bermanfaat, tutur kata penuh cinta kasih, dan menghimpun kebersamaan. Kita harus memiliki rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih. Pada keesokan harinya, kita mengajak mereka melakukan kunjungan kasih untuk memahami kondisi penerima bantuan kita. Selain itu, para staf baru juga bertindak secara nyata untuk membantu para penerima bantuan Tzu Chi membersihkan rumah. Mereka bagai sedang membersihkan rumah sendiri. Mereka melakukannya dengan cinta kasih yang tulus dari dalam hati. 

Ini sungguh sangat menyentuh. Namun, kita harus maju selangkah demi selangkah. Kita jangan hanya membersihkan debu yang ada di sekitar kita, tetapi juga harus memahami ajaran Buddha kepada kita bahwa Dharma bagaikan air. Selain membasahi ladang batin diri sendiri, kita juga harus membasahi ladang batin orang lain. Selain bisa membersihkan noda batin sendiri, kita juga bisa membasahi gurun pasir agar ia berubah menjadi oasis. Ini bukan hal yang tidak mungkin. Asalkan semakin banyak orang yang melakukannya, maka kita pasti bisa menyucikan hati manusia dan menyelaraskan unsur alam. Intinya, kita semua memiliki tanggung jawab.

 

Menghargai sumber daya alam dengan melakukan daur ulang
Mempraktikkan dan mewariskan metode pengajaran yang baik
Mempraktikkan Catur-samgraha-vastu dengan ketulusan dan kasih sayang
Mengubah batin yang gersang menjadi oasis
 

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 17 September 2014.

Tanamkan rasa syukur pada anak-anak sejak kecil, setelah dewasa ia akan tahu bersumbangsih bagi masyarakat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -