Menghargai Sumber Daya Alam dan Menyerap Inti Sari Dharma

Jika pikiran manusia selaras, maka dunia ini akan aman dan tenteram. Namun, jika pikiran manusia tidak selaras, maka akan terjadi banyak bencana. Kapan penderitaan dan bencana yang melanda dunia ini dapat mereda? Kita bisa melihat Taiwan kini mengalami krisis air. Banyak waduk yang airnya sudah hampir habis. Banyak waduk yang hampir kering.

Di antara para relawan daur ulang lansia, ada sepasang suami istri yang sangat menghemat air dalam keseharian. Saat sang istri sedang mencuci baju, reporter kita bertanya, “Nek, serahkan tugas mencuci kepada mesin cuci saja. Untuk apa Nenek duduk di sana?”

“Saya ingin  mengumpulkan airnya. Sayang kalau dibuang begitu saja. Air sangatlah berharga. Dahulu kami harus bersusah payah mengambil air. Kamu tidak tahu. Untuk mengambil dua ember air saja,  kami harus berjalan sangat jauh. Karena itulah, sekarang kami tidak rela memboroskan air,” jawab nenek.

Sepasang suami istri yang telah lanjut usia ini dahulu harus bersusah payah agar bisa mendapatkan air. Karena itu, kini mereka sangat menghargai air. Di Tainan, juga ada sepasang suami istri yang selama belasan tahun ini terus menyosialisasikan daur ulang agar orang-orang dapat menghargai berkah dan memiliki keyakinan benar yang sesungguhnya. Jika kita hanya memohon berkah tanpa menghargai berkah dalam keseharian, maka berkah tidak akan menghampiri kita. Agar memperoleh berkah, kita harus bisa menghargai berkah, bersumbangsih, dan menciptakan berkah.

Dengan melindungi bumi dan menyosialisasikan pelestarian lingkungan, mereka telah menciptakan berkah bagi masyarakat. Tanpa pelestarian lingkungan, kita akan hidup di tengah tumpukan sampah. Karena itu, setiap orang hendaknya mengasihi diri sendiri. Jika sungguh-sungguh ingin merayakan hari besar, lebih baik kita mengembangkan ketulusan hati. Kita bisa melihat para insan Tzu Chi bekerja sama pada Tahun Baru Imlek. Kegiatan yang mereka adakan di setiap tempat mengandung Dharma. Saat mendekorasi lokasi kegiatan pun, pikiran mereka dipenuhi Dharma.  

Begitu pula saat menyediakan makanan. Di dapur, kita bisa melihat sekelompok besar Bodhisatwa. Makanan dalam bentuk seperti apa pun semuanya mereka potong dalam ukuran yang sama. Sayur-sayuran mereka potong dengan ukuran pas sesuap. Kue keranjang juga mereka potong dalam bentuk persegi panjang dengan ukuran yang sama. Setiap hari, ada ribuan orang yang berkunjung ke Griya Jing Si. Para relawan harus menyediakan makanan agar para pengunjung tidak kelaparan dan dapat makan dengan kenyang. Selain itu, para relawan berusaha agar tidak ada sisa makanan. Makanan yang mereka sediakan setiap hari harus habis pada hari itu juga. Setiap orang yang memakannya juga merasa gembira dan penuh sukacita.

Di sepanjang Lorong Budaya juga terdapat Dharma. Baik tulisan dan gambar yang terlihat  maupun suara koin yang terdengar, semuanya mengandung Dharma. Dengan demikian, semua orang bagai memasuki pintu Dharma dan menapaki Jalan Bodhi. Semoga orang-orang ya g berkunjung ke sini pada Tahun Baru Imlek kali ini dapat memulai hidup baru dan membawa hati penuh cinta kasih yang murni pulang ke rumah. Semoga mereka dapat memahami ajaran Jing Si, mazhab Tzu Chi, dan perjalanan kita selama ini.

Tahun ini, kita bisa melihat lembu putih di lapangan rumput. Ini mengingatkan kita untuk bersemangat melatih diri bagai lembu yang bekerja keras. Ini juga dapat membangkitkan rasa syukur di dalam hati setiap orang. Para relawan dari Malaysia juga kembali ke Taiwan. Mereka mengunakan bubuk sereal untuk membuat makanan kecil yang lezat. Selain lezat, kue-kue itu juga bagus dilihat. Mereka membuatnya secara langsung dengan menggunakan bubuk sereal. Ada pula relawan yang menyajikan teh. Menyeduh teh merupakan seni yang indah. Selain itu, teh yang diminum juga mengandung Dharma.

Dengan memasuki Griya Jing Si dan berjalan mengelilinginya, kita bagaikan menyelami mazhab Tzu Chi dan mempraktikkan Dharma serta menyerapnya ke dalam hati. Dharma dapat dipraktikkan dalam keseharian kita. Kita juga melindungi kesehatan pengunjung dan memberikan penyuluhan kesehatan. Sekelompok dokter TIMA dari wilayah tengah, selatan, dan utara Taiwan kembali ke Griya Jing Si. Beberapa hari ini, mereka melindungi kesehatan pengunjung dengan sangat baik. Ini membuat saya merasa tenang dan bersyukur. Inilah kekuatan cinta kasih mereka.

Para relawan yang berada di tempat yang jauh dan tidak dapat kembali ke Taiwan juga berkumpul bersama untuk mendengar ceramah pagi dan menyerap Dharma ke dalam hati. Dari negara masing-masing, mereka mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek dengan mempraktikkan Dharma. Dengan adanya Dharma dalam keseharian, mereka merasa sangat gembira. Jika kehidupan setiap orang seperti mereka, maka selain dapat membabarkan ajaran Buddha, juga dapat membentangkan jalan dengan cinta kasih. Kita menghampiri orang-orang untuk membimbing mereka ke jalan yang telah kita tapaki. Membentangkan jalan dengan cinta kasih, bukankah ini kehidupan yang paling sempurna? Bodhisatwa dunia terjun ke tengah masyarakat untuk menciptakan berkah sekaligus menumbuhkan kebijaksanaan. Dengan demikian, bukankah kita dapat memasuki Tanah Suci Buddha?

Singkat kata, setiap orang bersukacita pada Tahun Baru Imlek. Namun, kita harus tetap tulus dan saling menyemangati setiap hari. Setelah Tahun Baru Imlek berlalu, setiap orang mulai kembali pada kewajiban masing-masing. Kemarin, saya sungguh berterima kasih kepada ratusan relawan kita yang telah membantu dan bersumbangsih di Griya Jing Si. Tanpa mereka, saya tidak tahu bagaimana melayani puluhan ribu orang yang berkunjung ke sini. Dapat membuat semua orang bersukacita dan pulang dengan hati penuh Dharma, saya sungguh sangat bersyukur.

Mengumpulkan dan mendaur ulang air

Daripada meminta berkah, lebih baik menciptakan lebih banyak berkah

Insan Tzu Chi menjaga hati yang penuh sukacita setiap saat

Para pengunjung Griya Jing Si pulang dengan membawa inti sari Dharma

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 24 Februari 2015

 

Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -