Menghimpun Kekuatan Setiap Orang untuk Menolong Semua Makhluk

Mendengar laporan dari insan Tzu Chi Indonesia, saya sungguh merasa kagum. Insan Tzu Chi Taiwan telah mengemban Empat Misi Tzu Chi selama hampir 50 tahun. Hanya dalam jangka waktu belasan tahun, mereka telah menyerap semua inti sari misi kita selama hampir 50 tahun ini. Mereka berhasil mewujudkan Empat Misi Tzu Chi hanya dalam waktu belasan tahun. Sebidang lahan yang sangat berharga seluas 10 hektare disumbangkan oleh dua relawan kita. Saat itu, mereka berkata kepada saya bahwa mereka ingin membangun Aula Jing Si di atas lahan tersebut.

Sesungguhnya, saya sedikit ragu. Membangun Aula Jing Si membutuhkan banyak uang. Terlebih lagi, posisi lahan tersebut tidak terlalu jauh dari laut. Pascatsunami di Asia Tenggara, wilayah di dekat pantai selalu membuat saya agak khawatir. Namun, mereka berkata bahwa daerah itu juga membutuhkan Tzu Chi. Dengan adanya Tzu Chi, barulah daerah itu bisa benar-benar teratur, penuh budaya humanis, tenteram, dan penuh kebaikan. Karena masih sedikit ragu, saya pun berkata, “Apakah kalian tahu bahwa membangun Aula Jing Si yang kalian rencanakan itu akan menghabiskan banyak uang?”

Sesungguhnya, saya tahu bahwa mereka tidak membutuhkan bantuan dana dari Taiwan. Saya tahu jelas akan hal itu. Namun, saya sengaja berkata kepada mereka bahwa pembangunan itu membutuhkan banyak uang. Lalu, beberapa dari mereka berdiri secara bersamaan dan berkata, “Master, kami hanya membutuhkan persetujuan dan restu dari Master.” Saya berkata, “Baiklah. Jika kalian sudah menyiapkan dana, saya juga tidak bisa berkata apa-apa lagi. Namun, jika ingin membangunnya, kalian harus membuat rancangan terlebih dahulu.” Mereka berkata, “Master, kami sudah membuat rancangannya.” Mereka lalu menunjukkan rancangan mereka kepada saya. Akan tetapi saya berkata, “Terhadap rancangan kalian, saya tidak begitu puas.” Mereka berkata, “Tidak apa-apa. Rancangan seperti apa yang Master inginkan?” Setelah itu, mereka mulai meniru rancangan Aula Jing Si di Taiwan.

Selain itu, belasan tahun yang lalu, setelah mereka membantu membersihkan Kali Angke dan membangun Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, saya meminta mereka untuk berusaha mendapatkan izin stasiun televisi dari pemerintah setempat agar DAAI TV dapat mengudara di sana. Mereka menjawab, “Tidak masalah.” Begitu Bapak Sugianto Kusuma kembali ke Indonesia dan menyatakan kepada pihak pemerintah bahwa Tzu Chi membutuhkan izin pendirian stasiun televisi, pemerintah langsung menyetujuinya. Namun, dengan izin di satu kota saja, siaran DAAI TV tidak dapat menyebar ke seluruh Indonesia karena Indonesia terdiri atas banyak pulau. Jadi, kita mendapat izin di dua kota. Kita hanya meminta satu, tetapi malah mendapat dua. Jadi, kita memiliki izin di dua kota.

Saat relawan kita merencanakan pembangunan Aula Jing Si, saya menyarankan kepada mereka agar kantor operasional DAAI TV dibangun di atas lahan yang sama. Jadi, selain Aula Jing Si, kantor DAAI TV juga dibangun di sana. Setelah itu, mereka kembali ke Taiwan lagi untuk bertemu dengan saya. Setelah pembangunan Aula Jing Si dan kantor DAAI TV hampir rampung, mereka kembali dan berkata kepada saya, “Master, kami ingin membangun gedung sekolah dasar dan sekolah menengah.” Saya berkata, “Kini menjalankan sekolah sangatlah sulit.” Mereka berkata, “Kami yakin pasti bisa membuat Master puas dengan kerja keras kami.” Lalu, mereka pun mendirikan taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Setelah pembangunannya rampung, mereka benar-benar menjalankannya dengan baik.

Dua tahun yang lalu, mereka kembali lagi dan berkata,“Master, setelah sekolah dasar, jenjang berikutnya adalah sekolah menengah.” “Apakah kami boleh melengkapi sekolah kami dengan mendirikan sekolah menengah?” Saya berkata, “Tahap pertama sudah rampung, apakah tahap berikutnya masih perlu ditanyakan?” Setiap kali akan membangun, mereka harus membawa rancangannya ke Taiwan dan terus mengubahnya. Mereka pun selalu menerimanya dengan gembira.

Selanjutnya, mereka akan mulai membangun rumah sakit. Kita bisa melihat rancangan gedung rumah sakit di dalam kompleks seluas 10 hektare tersebut. Mereka merencanakan peletakan batu pertama pada Hari Waisak di bulan Mei nanti. Ini adalah wujud kerja sama yang harmonis para insan Tzu Chi Indonesia. Meski sangat berada, mereka tetap diliputi kerendahan hati.

Kerja sama yang harmonis di antara mereka sungguh mengagumkan. Karena itu, di negara mereka, baik pihak militer maupun pemerintah setempat, semuanya sangat memercayai dan mendukung misi amal Tzu Chi. Saat terjadi bencana besar, pihak militer selalu berkoordinasi dengan Tzu Chi. Kedua belah pihak juga secara resmi menandatangani perjanjian kerja sama. Setiap kali, di mana pun bencana terjadi, pihak militer akan mengerahkan pesawat terbang atau kendaraan lain untuk mengantarkan barang bantuan dan insan Tzu Chi ke lokasi bencana. Ini sungguh tidak mudah.

Kita juga bisa melihat kerja keras insan Tzu Chi Malaysia untuk merekrut sejuta Bodhisatwa. Sejak dua tahun yang lalu, saya meminta mereka untuk bersatu hati menyebarkan cinta kasih. Ini karena saya berharap mereka dapat bersatu hati. Dengan bersatu hati, kekuatan yang terhimpun juga akan semakin besar. Untungnya, tahun lalu, saya meminta mereka untuk terus merekrut Bodhisatwa hingga mencapai dua juta Bodhisatwa. Berkat gerakan ini, dalam banjir besar yang melanda delapan negara bagian di Malaysia kali ini, orang yang membantu sangat banyak dan kekuatan yang terhimpun juga sangat besar.

Insan Tzu Chi wilayah selatan dan utara Malaysia bersatu hati untuk menyalurkan bantuan. Saya berkata kepada mereka, “Apakah kalian tahu mengapa dalam 2 tahun ini, saya terus meminta kalian untuk bersatu hati menyebarkan cinta kasih dan merekrut sejuta donatur, bahkan dua juta donatur? Ini karena dengan jumlah orang yang banyak, kekuatan yang terhimpun juga besar. Seandainya terjadi sesuatu, akan lebih mudah terselesaikan dengan himpunan kekuatan banyak orang.” Dalam bencana kali ini, mereka sudah bisa merasakannya.

Bodhisatwa sekalian, kekuatan cinta kasih sangatlah besar. Taiwan hanyalah sebuah pulau kecil. Saya berharap semua orang dapat benar-benar bersatu hati. Kita bisa melihat sumbangsih insan Tzu Chi Indonesia yang telah memperoleh kepercayaan di seluruh Indonesia. Selama puluhan tahun ini, mereka telah bersumbangsih dengan sepenuh hati. karena mereka memiliki kesatuan hati. Para pengusaha di Indonesia selalu bersatu hati. Karena itu, mereka tidak perlu mengkhawatirkan masalah dana. Para pengusaha ini menjadikan diri mereka sebagai teladan. Mereka menggunakan keuntungan yang diperoleh untuk membawa kebaikan bagi masyarakat. Mereka menunjukkan kepada orang-orang bahwa menciptakan berkah bagi dunia adalah hal yang penuh berkah.

Singkat kata, kekuatan cinta kasih sangat besar. Saya berharap insan Tzu Chi Taiwan dapat menjadikan mereka sebagai teladan. Ada banyak hal yang harus kita syukuri. Yang terpenting adalah memiliki kesatuan hati. Bagi kalian yang dilantik hari ini, kalian harus memiliki hati Buddha dan tekad Guru. Kalian harus menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri dan meneruskan tekad Guru untuk membimbing setiap orang menjadi Bodhisatwa dunia. Bodhisatwa dunia selalu menjangkau semua makhluk yang menderita. Di mana pun ada orang yang dilanda penderitaan, kita harus bergerak untuk membebaskan mereka dari penderitaan. Pelantikan ini merupakan langkah awal bagi kalian untuk bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia.

Misi amal Tzu Chi di Indonesia membina jalinan jodoh yang mendalam

Menjalankan Empat Misi Tzu Chi sekaligus

Memiliki hati Buddha dan tekad Guru serta merekrut lebih banyak Bodhisatwa

Menghimpun kekuatan setiap orang untuk menolong semua makhluk

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 21 Januari 2014

 

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -