Menghimpun Tabungan Kebajikan dalam Hidup

Kemarin pagi, sebuah musibah tiba-tiba terjadi. Sebuah kebakaran terjadi di Yonghe, berdampak pada 28 keluarga, mengakibatkan satu orang meninggal dan 26 orang luka-luka. Sebagian unit rumah susun di sana disewakan kepada pelajar. Mereka pun diminta mengosongkan semua unit. Insan Tzu Chi tiba di lokasi musibah dengan cepat dan segera menyiapkan barang-barang kebutuhan bagi anak-anak itu. 

Anak-anak itu juga menelepon keluarga mereka untuk mengabarkan tentang kejadian ini. Orang tua mereka sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi. Dengan kekuatan cinta kasih, insan Tzu Chi segera bergerak untuk bersumbangsih. Ini adalah sebuah keindahan di dunia. Ketidakkekalan sulit dihindari. Karena itu, kita harus selalu waspada. Akan tetapi, begitu ketidakkekalan datang, dibutuhkan Bodhisatwa dari daerah sekitar untuk segera memberi perhatian.

 

Kita juga telah melihat manusia yang dilahirkan di tengah kesulitan. Contohnya, kemarin kita telah melihat kondisi di Mozambik. Di sana banyak orang yang hidup menderita. Mereka selalu hidup di tengah kemiskinan. Namun, sekitar tiga tahun belakangan ini, berkat pendampingan para relawan dari Afrika Selatan, benih cinta kasih pun mulai tersebar ke Mozambik. Para warga dibimbing untuk memiliki batin yang kaya dan penuh cinta kasih. Para relawan membimbing mereka mulai dari pola hidup sehari-hari. Mereka diajarkan cara memperlakukan sesama. Para relawan juga membimbing warga untuk membangkitkan cinta kasih dan saling menolong. 

Para warga sangat polos dan mulai belajar untuk memiliki kekayaan batin. Mereka bukan mengejar kekayaan materi, melainkan kekayaan cinta kasih di dalam hati. Mereka mengubah keluh kesah menjadi sumbangsih penuh rasa puas dan syukur. Lihatlah, mereka begitu tertib. Dalam kegiatan pembagian beras, mereka membuka acara dengan sapaan “Amitabha”. Mereka juga berbagi tentang hukum sebab akibat kepada para hadirin untuk memotivasi semua orang untuk membangkitkan cinta kasih. 

Seorang relawan lokal melempar pertanyaan, “Mengapa kita sangat kekurangan? Karena di masa lampau, kita tidak menabung kebajikan dan cinta kasih. Karena itu, tabungan kita pada kehidupan ini kosong. Akibatnya, kita hidup kekurangan.” Kemudian ia melanjutkan, “Kini saya sangat gembira. Saya bersumbangsih dengan sukacita untuk menghimpun tabungan cinta kasih bagi kehidupan saya. Semoga kelak saya dapat hidup lebih baik.”

 

Selain para relawan yang melakukan ini, mereka juga membimbing warga untuk turut membantu membersihkan rumah orang yang sakit dan kekurangan. Lihatlah, lingkungan rumah pasien itu menjadi bersih. Warga yang turut serta adalah mantan penerima bantuan Tzu Chi. Dalam membantu orang yang kekurangan, mereka bukan hanya membersihkan rumahnya. Berhubung pasien ini memiliki keterbatasan gerak, para relawan membantunya membersihkan diri dan memijatnya. Mereka juga berbagi kepadanya tentang pentingnya tabungan cinta kasih. Relawan juga menceritakan tentang Tzu Chi yang dimulai dari uang 50 sen. Pasien itu pun bersedia untuk berdonasi. Relawan pun menerimanya dengan rasa hormat. Relawan ini juga mencatat setiap dana yang masuk dan keluar setiap bulan dengan sangat jelas karena dia memahami hukum karma. 

Inilah yang ada di Mozambik. Kita telah melihat semangat Tzu Chi mulai berkembang di sana. Para relawan juga membimbing orang yang mampu. Relawan kita, Denise, juga mengunjungi satu demi satu pengusaha dan mengundang mereka untuk lebih memahami kontribusi Tzu Chi. Para pengusaha ini terus mengamati para relawan. Setelah mengamati, mereka merasa tersentuh melihat orang yang kurang mampu juga dapat bersumbangsih. Mereka merasa, “Saya cukup berada, mengapa tidak rela bersumbangsih?” Jadi, insan Tzu Chi juga membimbing mereka untuk menjadi orang yang rela bersumbangsih. Para pengusaha ini juga bersumbangsih dengan senang hati. Mereka baru merasakan kebahagiaan dari bersumbangsih lebih besar daripada kebahagiaan saat memperoleh materi. 

Ini yang disebut mendidik yang mampu untuk membantu yang kurang mampu dan mendidik yang kurang mampu untuk memiliki batin yang kaya. Setelah membantu orang yang kurang mampu, kita juga membimbing mereka agar bisa memiliki batin yang kaya. Inilah yang dilakukan insan Tzu chi di Mozambik yang sudah kita lihat. 

Baru-baru ini, dalam rangka bulan penuh berkah, insan Tzu Chi di Mozambik mengadakan kegiatan untuk membimbing semua orang agar tahu pentingnya berbakti dan berbuat kebajikan. Bagaimana caranya? Mereka mengajari warga untuk menyuguhkan teh kepada orang tua dengan berlutut. Para relawan membimbing warga untuk dapat menghormati orang tua lewat kegiatan mencuci kaki orang tua. Kegiatan ini diadakan dalam setiap acara pembagian bantuan dengan harapan generasi muda dapat mengerti pentingnya berbakti dan berbuat baik. Ini adalah pendidikan hidup. Jika warga di suatu daerah belum mengenal nilai-nilai kebajikan ini, maka kita harus menyebarkannya ke sana.

 

Kita juga melihat Mahathir Bin Ismail, seorang anak yang terlahir dengan cacat pada wajahnya. Keluarganya sangat kekurangan. Saat dia berusia empat tahun, kondisinya dilaporkan dalam siaran berita. Saat itu banyak orang tergerak untuk membantunya berobat ke Australia. Namun, sekali pembedahan tidak cukup. Jadi, dia terlebih dahulu menjalani pembedahan pertama. Setelah kembali ke Malaysia, keluarganya tidak mampu untuk membiayai operasi lanjutan. Sepuluh tahun pun berlalu. Pada tahun 2010, saat dia berusia 14 tahun, rumah sakit tempatnya dioperasi di Australia menawarkan pembedahan gratis, tetapi dia harus menanggung sendiri biaya perjalanan dan biaya hidup di sana. Meski ditawari operasi gratis, keluarganya tetap tak bisa memenuhi biaya lainnya. 

Kemudian, ada orang melaporkan ini kepada Tzu Chi. Tzu Chi Malaysia menerima kasus ini, membantu biaya perjalanannya ke Australia, dan menghubungi Tzu Chi Australia untuk membantu memperhatikan kasus ini. Ini yang terjadi empat tahun lalu. Kini, empat tahun kemudian, dia harus menjalani operasi ketiga. Kali ini, dia harus tinggal selama 10 bulan di Australia. Insan Tzu Chi Malaysia kembali membantu biaya perjalanannya ke sana. Insan Tzu Chi Australia pun menjemput setibanya dia di Australia. Mereka menyambutnya bagai anggota keluarga yang bertemu kembali setelah empat tahun. Akhir kata, penderitaan tidaklah menakutkan. Asalkan ada jalinan jodoh baik, orang yang menderita pasti bertemu penyelamat dalam hidupnya.

  

Bencana kebakaran disebabkan oleh api kebencian dalam hati

Insan Tzu Chi segera membantu dan menenangkan korban musibah

Menghimpun tabungan kebajikan dalam hidup

Estafet cinta kasih lintas Negara menolong pasien cacat wajah

 

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 15 September 2014.

Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -