Menjaga Kebajikan

Setiap kali melihat kebakaran hutan, saya merasa tidak sampai hati. Jika “paru-paru” bumi mengalami kerusakan, maka polusi udara pasti akan semakin parah. Ini menimbulkan kerusakan dari dalam dan luar. Kita juga melihat penyakit virus Ebola yang sangat mengkhawatirkan. Akibat mewabahnya penyakit virus Ebola, kini ada tiga negara di Afrika Barat yang mengalami krisis bahan pangan. Akibat terserang virus penyakit, kini pasokan bahan pangan menjadi sulit masuk ke tiga wilayah itu.

Terlebih lagi kondisi selama beberapa hari ini. Makanan yang dijual sangat mahal dan jumlahnya sangat sedikit. Selain mengalami kenaikan harga, persediaan barang kebutuhan juga sedikit. Selain terserang wabah penyakit, para warga di sana juga mengalami kelaparan. Hal ini membuat penderitaan para warga semakin bertambah. Sungguh menderita. Kehidupan mereka sungguh menderita.

Menurut perkiraan Program Pangan Dunia, dari populasi manusia di seluruh dunia, yang mengalami kelaparan. Dari delapan orang, ada satu orang yang tidur dalam kondisi lapar. Namun, kita juga bisa melihat jumlah makanan yang diboroskan dalam setahun oleh negara yang makmur. Dalam waktu setahun, jumlah makanan yang diboroskan cukup untuk mengenyangkan 200 juta orang.

Lihatlah kesenjangan sosial yang demikian besar. Ada orang yang hidup begitu menderita. Meski telah bekerja keras, mereka tetap kelaparan. Ada pula orang yang selain sudah menderita karena penyakit, mereka masih kekurangan bahan pangan karena tidak ada orang yang bisa mengirimkan makanan ke sana. Apa yang harus kita lakukan? Orang yang hidup seperti ini banyak atau tidak? Menderita atau tidak?

Setiap hari saya mengulas tentang penderitaan. Namun, kita bisa melihat Dewan Pertanian Taiwan yang selama beberapa tahun ini terus mengirimkan beras yang berlebih kepada negara-negara yang membutuhkan. Tahun ini, mereka memberikan 7.300 ton beras bagi Tzu Chi untuk dibagikan ke sembilan negara. Di setiap karung beras itu tertulis,“cinta kasih dari Taiwan”. Inilah tulisan yang ada di atas karung beras.

Di berbagai negara, warga setempat juga membantu insan Tzu Chi melakukan pembagian bantuan beras. Ini merupakan kekuatan dan benih cinta kasih. Mereka juga berterima kasih kepada Taiwan dan berterima kasih kepada Tzu Chi. Beras dan barang bantuan lainnya di sini, semuanya berasal dari Taiwan. Mereka membawa beras ini ke sini dengan hati penuh cinta kasih. Karena itu, kita semua hendaknya belajar bersumbangsih, bukan hanya menerima bantuan.

Saya sering mengatakan bahwa Taiwan tidak memiliki harta berharga selain kebajikan dan cinta kasih. Semoga nama dan citra Taiwan yang baik dapat menyucikan hati manusia dan dapat mengembangkan cinta kasih universal untuk menjangkau semua orang di dunia. Selama puluhan tahun ini, tepatnya sejak tahun 1991, Tzu Chi menyalurkan bantuan internasional. Hingga kini, sudah ada 87 negara yang menerima bantuan dari Tzu Chi Taiwan. Semuanya ada 87 negara.

Kita juga bisa melihat sebuah negara di Eropa, yakni Bosnia yang dilanda bencana besar. Bulan Mei lalu, Bosnia dilanda bencana banjir. Saat dilanda banjir, banyak warga yang terkena dampak bencana. Karena itu, insan Tzu Chi di Eropa segera berkumpul dan memberdayakan sumber daya setempat untuk menyalurkan bantuan bencana. Saat presiden Bosnia mengetahui hal ini, beliau sangat berterima kasih. Beliau mengundang insan Tzu Chi untuk bertemu di istana kepresidenan.

Presiden Bosnia sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi yang telah memberikan bantuan secara langsung  ke tangan para korban bencana. Insan Tzu Chi menghibur, memperhatikan, dan merangkul para warga dengan sepenuh hati. Karena itu, beliau merasa sangat tersentuh. Insan Tzu Chi di Eropa juga berjanji dengan beliau bahwa pada saat memasuki musim dingin, mereka akan kembali pergi ke sana.

Kali ini, selain insan Tzu Chi dari beberapa negara di Eropa, ada pula insan Tzu Chi Malaysia yang kebetulan berada di Eropa. Saat mendengar hal ini, mereka juga ingin pergi bersama. Staf Da Ai TV dari Taiwan juga pergi ke sana. Jadi, insan Tzu Chi dari delapan negara yang berjumlah lebih dari 50 orang bersama-sama berangkat ke sana. Mereka harus melewati berbagai Negara dan menempuh perjalanan lebih dari 800 km untuk tiba di Bosnia. Mereka berangkat dari Jerman ke Austria, lalu menuju ke Slovenia dan Kroasia, barulah akhirnya tiba di Bosnia. Mereka harus menempuh perjalanan dengan bus selama 12 jam dan melewati begitu banyak negara. Cinta kasih insan Tzu Chi selalu ada di setiap tempat. Inilah kekuatan cinta kasih di dunia.

Singkat kata, dengan penuh cinta kasih, insan Tzu Chi menjangkau tempat yang paling menderita. Saya setiap hari mengulas tentang penderitaan bukan tanpa alasan. Empat unsur alam sungguh telah tidak selaras. Selain itu, ada orang yang tidak tahu mengapa dirinya terlahir di tempat yang penuh penderitaan. ada orang yang bisa bertemu sang penyelamat, ada pula orang yang sama sekali  tidak berkesempatan untuk mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan. Contohnya negara yang terjangkit virus Ebola. Meski ingin membantu para warga di sana, tetapi kita juga tidak berdaya karena tidak ada akses  untuk masuk ke wilayah itu. Kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan sekarang. Kita hanya bisa merasa tidak tega, tetapi tidak tahu cara membantu mereka. Karena itu, kita harus bermawas diri dan tulus.

Pertama, dalam kehidupan sehari-hari, kita harus meningkatkan kewaspadaan terhadap kebersihan lingkungan dan penyakit demam berdarah. Inilah yang harus kita waspadai.Kedua, kita harus berdoa dengan tulus. Semoga insan Tzu Chi di seluruh dunia dapat membimbing setiap warga di komunitas untuk berdoa dengan tulus agar gema doa kita dapat terdengar oleh para Buddha, Bodhisatwa, dan Delapan Kelompok Makhluk Pelindung Dharma. Ini dapat dilakukan oleh setiap orang asalkan kita memiliki niat.

Tiga Bencana Besar dan Tiga Bencana Kecil mendatangkan penderitaan

Insan Tzu Chi dari berbagai negara bersatu hati menyalurkan bantuan

Menyebarkan cinta kasih dan menjadikan kebajikan sebagi pusaka

Menciptakan nama baik bagi Taiwan dan menjalin jodoh baik

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -