Menyadari Ketidakkekalan dan Segera Menciptakan Berkah

Hingga hari ini ledakan pipa gas di Kaohsiung sudah memasuki hari kedelapan. Selama delapan hari ini, tanpa membedakan siang dan malam, insan Tzu Chi berkunjung ke setiap tempat baik ke rumah sakit, ke rumah duka, maupun ke rumah setiap warga di komunitas. Selama melakukan kunjungan, mereka melihat ada beberapa lansia dan orang yang berketerbatasan gerak yang ketakutan akibat ledakan tersebut.

Kini insan Tzu Chi telah berkunjung dari rumah ke rumah untuk berbincang dengan para warga, menghibur mereka, serta mencari tahu bantuan apa yang bisa kita berikan. Dengan adanya penghiburan dari relawan Tzu Chi, para warga bisa tahu bahwa pada saat mengalami penderitaan seperti ini, mereka tidak sendirian. Selain memberi dukungan semangat, relawan Tzu Chi juga memberi mereka sedikit cendera mata dan sebuah buku Kata Renungan Jing Si. Dengan menenangkan hati untuk menjalani hidup ini, maka masa-masa sulit mereka akan lebih cepat berlalu.

“’Sepasang tangan kita bisa memikul tanggung jawab atas dunia. Senantiasalah bersungguh hati dalam setiap langkah’ Buku ini membuat hati saya terasa lebih tenang. Saya akan mengintrospeksi diri dan menghadapi masalah. Yang terpenting dan yang paling sulit dilakukan adalah melepas,” ucap seorang warga.

Relawan Tzu Chi juga memberi mereka sepucuk surat dari saya dan membacakannya untuk mereka bagai saya tengah berbicara dengan mereka. Sungguh penuh kehangatan. Selama beberapa hari ini, mereka mengonsumsi nasi instan setiap hari. Para warga sulit memercayai bahwa hanya dengan menggunakan air mineral, nasi instan sudah bisa dikonsumsi. Karena itu, mereka ingin mencobanya sendiri. Setelah menyeduh nasi instan dengan menggunakan air mineral dan menunggu selama 40 menit, nasi itu sudah bisa dikonsumsi.
Mereka ingin mencoba sendiri apakah benar penyajian nasi instan itu begitu mudah atau tidak. Kita hanya perlu menuangkan nasi ke dalam mangkuk, menuangkan air ke dalamnya, menutup kembali tutup mangkuk, lalu mendiamkannya. Setelah 30 menit atau 40 menit kemudian, nasi itu sudah siap untuk dikonsumsi. Para warga merasa ini sangat penuh kehangatan dan sangat ajaib.

Kita juga menyiapkan tempat tidur lipat di tempat pengungsian agar para pengungsi tak perlu tidur di lantai. Dengan adanya tempat tidur lipat itu, para pengungsi bisa tidur dengan nyenyak dan merasa dihormati. Meski dilanda bencana, tetapi mereka menerima perhatian penuh hormat dan cinta kasih dari banyak Bodhisatwa dunia.

Demikianlah para Bodhisatwa selalu menjangkau semua makhluk yang menderita dengan cara memberi barang bantuan dan menenangkan hati mereka. Kemarin, hampir 2.000 relawan bergerak untuk membantu penyaluran bantuan. Sekitar 500 hingga 600 relawan membantu menyiapkan paket bantuan, menyiapkan makanan, dan terus mengantar makanan bagi para warga. Meski kemarin turun hujan, insan Tzu Chi tetap berkunjung dari rumah ke rumah untuk berbincang dengan para warga, menghibur hati mereka sekaligus melihat apakah rumah mereka mengalami kerusakan atau tidak.

Kali ini, hampir 30.000 keluarga yang terkena dampak ledakan. Perjalanan kita masih sangat panjang. Saya juga berharap insan Tzu Chi di seluruh Taiwan bisa pergi secara bergiliran untuk membantu. Bencana yang melanda Taiwan kali ini sudah berlansung lebih dari setengah bulan. Sejak jatuhnya pesawat di Penghu hingga ledakan pipa pas di Kaohsiung, lebih dari setengah bulan sudah berlalu. Setiap orang sangat bekerja keras karena mereka berpacu dengan waktu. Kita bisa melihat banyaknya bencana yang terjadi di seluruh dunia.

Di Sudan, hujan lebat yang turun berkepanjangan juga telah mendatangkan bencana yang menghancurkan ribuan unit rumah. Inilah ketidakselarasan unsur air. Bencana itu mengakibatkan penderitaan warga kurang mampu semakin bertambah. Kita juga melihat kebakaran hutan di Amerika Serikat. Kobaran api melahap lahan yang luas. Para warga di sekitar sana sudah diimbau untuk mengevakuasi diri. Sungguh, unsur alam di dunia  sangat tidak selaras.

Kita juga melihat dua badai tropis yang semakin bergerak mendekati Hawaii. Warga setempat sangat khawatir dan sudah mulai melakukan antisipasi. Yang terbaik adalah setiap orang harus mawas diri dan berhati tulus. Kita harus selalu melakukan antisipasi. Jika kita bisa mengambil langkah antisipasi dengan baik, maka kerugian yang tercipta akan lebih ringan. Karena itu, dalam keseharian, kita harus selalu mawas diri dan berhati tulus.

Kita juga melihat bencana banjir di Paraguay. Lihatlah insan Tzu Chi yang sangat bekerja keras dan penuh kehangatan. Sejak bulan Juni hingga kini, insan Tzu Chi dari Argentina, Brasil, dan Paraguay yang meski berjumlah tidak banyak, tetapi mereka bekerja sama untuk membagi bantuan dan menempuh perjalanan yang sangat sulit dilalui. Kita bisa melihat para penerima bantuan sangat berterima kasih kepada Taiwan. Setiap kali mereka dilanda bencana, insan Tzu Chi selalu memberi bantuan dan memperhatikan mereka. Karena itu, setiap kali bertemu dengan insan Tzu Chi, para warga setempat selalu sangat bersyukur. Mereka selalu berucap, “Terima kasih Taiwan, terima kasih Tzu Chi.”

Dengan penuh kekuatan cinta kasih, insan Tzu Chi berusaha untuk memberikan bantuan yang diperlukan warga. Belakangan ini, insan Tzu Chi di berbagai negara di dunia, tak peduli di mana pun terjadi bencana, mereka selalu bergerak untuk mencurahkan cinta kasih.  Insan Tzu Chi di setiap negara bersumbangsih dengan penuh kesungguhan hati dan cinta kasih. Selain insan Tzu Chi, para anggota TIMA setempat juga bergerak untuk membantu dan memberikan layanan pengobatan. Sungguh, di sini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada kalian.

Kehidupan manusia tidak kekal dan bumi pun rentan. Sungguh, ketidakkekalan bisa datang dalam sekejap. Saat terjadi bencana dan adanya penderitaan, Bodhisatwa selalu menjangkau semua makhluk yang menderita. Bodhisatwa yang sesungguhnya selalu menjangkau orang-orang yang mengalami penderitaan dan di saat mereka paling membutuhkan bantuan. Saat mengalami penderitaan dan trauma, orang-orang sangat membutuhkan seseorang untuk menjangkau dan merangkul mereka serta meminjamkan pundak untuk menjadi tempat bersandar bagi mereka. Inilah Bodhisatwa dunia yang sesungguhnya.

Relawan Tzu Chi melakukan kunjungan dari rumah ke rumah di komunitas
Menjangkau semua makhluk yang menderita dan memberi ketenangan
Kata Renungan Jing Si menenangkan orang yang menderita
Menyadari ketidakkekalan dan segera menciptakan berkah

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Rita
Hingga hari ini ledakan pipa gas di Kaohsiung sudah memasuki hari kedelapan. Selama delapan hari ini, tanpa membedakan siang dan malam, insan Tzu Chi berkunjung ke setiap tempat baik ke rumah sakit, ke rumah duka, maupun ke rumah setiap warga di komunitas. Selama melakukan kunjungan, mereka melihat ada beberapa lansia dan orang yang berketerbatasan gerak yang ketakutan akibat ledakan tersebut. 
 
Kini insan Tzu Chi telah berkunjung dari rumah ke rumah untuk berbincang dengan para warga, menghibur mereka, serta mencari tahu bantuan apa yang bisa kita berikan. Dengan adanya penghiburan dari relawan Tzu Chi, para warga bisa tahu bahwa pada saat mengalami penderitaan seperti ini, mereka tidak sendirian. Selain memberi dukungan semangat, relawan Tzu Chi juga memberi mereka sedikit cendera mata dan sebuah buku Kata Renungan Jing Si. Dengan menenangkan hati untuk menjalani hidup ini, maka masa-masa sulit mereka akan lebih cepat berlalu.
 
“’Sepasang tangan kita bisa memikul tanggung jawab atas dunia. Senantiasalah bersungguh hati dalam setiap langkah’ Buku ini membuat hati saya terasa lebih tenang. Saya akan mengintrospeksi diri dan menghadapi masalah. Yang terpenting dan yang paling sulit dilakukan adalah melepas,” ucap seorang warga. 
 
Relawan Tzu Chi juga memberi mereka sepucuk surat dari saya dan membacakannya untuk mereka bagai saya tengah berbicara dengan mereka. Sungguh penuh kehangatan. Selama beberapa hari ini, mereka mengonsumsi nasi instan setiap hari. Para warga sulit memercayai bahwa hanya dengan menggunakan air mineral, nasi instan sudah bisa dikonsumsi. Karena itu, mereka ingin mencobanya sendiri. Setelah menyeduh nasi instan dengan menggunakan air mineral dan menunggu selama 40 menit, nasi itu sudah bisa dikonsumsi. 
 
Mereka ingin mencoba sendiri apakah benar penyajian nasi instan itu begitu mudah atau tidak. Kita hanya perlu menuangkan nasi ke dalam mangkuk, menuangkan air ke dalamnya, menutup kembali tutup mangkuk, lalu mendiamkannya. Setelah 30 menit atau 40 menit kemudian, nasi itu sudah siap untuk dikonsumsi. Para warga merasa ini sangat penuh kehangatan dan sangat ajaib. 
 
Kita juga menyiapkan tempat tidur lipat di tempat pengungsian agar para pengungsi tak perlu tidur di lantai. Dengan adanya tempat tidur lipat itu, para pengungsi bisa tidur dengan nyenyak dan merasa dihormati. Meski dilanda bencana, tetapi mereka menerima perhatian penuh hormat dan cinta kasih dari banyak Bodhisatwa dunia.
 
Demikianlah para Bodhisatwa selalu menjangkau semua makhluk yang menderita dengan cara memberi barang bantuan dan menenangkan hati mereka. Kemarin, hampir 2.000 relawan bergerak untuk membantu penyaluran bantuan. Sekitar 500 hingga 600 relawan membantu menyiapkan paket bantuan, menyiapkan makanan, dan terus mengantar makanan bagi para warga. Meski kemarin turun hujan, insan Tzu Chi tetap berkunjung dari rumah ke rumah untuk berbincang dengan para warga, menghibur hati mereka sekaligus melihat apakah rumah mereka mengalami kerusakan atau tidak. 
 
Kali ini, hampir 30.000 keluarga yang terkena dampak ledakan. Perjalanan kita masih sangat panjang. Saya juga berharap insan Tzu Chi di seluruh Taiwan bisa pergi secara bergiliran untuk membantu. Bencana yang melanda Taiwan kali ini sudah berlansung lebih dari setengah bulan. Sejak jatuhnya pesawat di Penghu hingga ledakan pipa pas di Kaohsiung, lebih dari setengah bulan sudah berlalu. Setiap orang sangat bekerja keras karena mereka berpacu dengan waktu. Kita bisa melihat banyaknya bencana yang terjadi di seluruh dunia. 
 
Di Sudan, hujan lebat yang turun berkepanjangan juga telah mendatangkan bencana yang menghancurkan ribuan unit rumah. Inilah ketidakselarasan unsur air. Bencana itu mengakibatkan penderitaan warga kurang mampu semakin bertambah. Kita juga melihat kebakaran hutan di Amerika Serikat. Kobaran api melahap lahan yang luas. Para warga di sekitar sana sudah diimbau untuk mengevakuasi diri. Sungguh, unsur alam di dunia  sangat tidak selaras. 
 
Kita juga melihat dua badai tropis yang semakin bergerak mendekati Hawaii. Warga setempat sangat khawatir dan sudah mulai melakukan antisipasi. Yang terbaik adalah setiap orang harus mawas diri dan berhati tulus. Kita harus selalu melakukan antisipasi. Jika kita bisa mengambil langkah antisipasi dengan baik, maka kerugian yang tercipta akan lebih ringan. Karena itu, dalam keseharian, kita harus selalu mawas diri dan berhati tulus. 
 
Kita juga melihat bencana banjir di Paraguay. Lihatlah insan Tzu Chi yang sangat bekerja keras dan penuh kehangatan. Sejak bulan Juni hingga kini, insan Tzu Chi dari Argentina, Brasil, dan Paraguay yang meski berjumlah tidak banyak, tetapi mereka bekerja sama untuk membagi bantuan dan menempuh perjalanan yang sangat sulit dilalui. Kita bisa melihat para penerima bantuan sangat berterima kasih kepada Taiwan. Setiap kali mereka dilanda bencana, insan Tzu Chi selalu memberi bantuan dan memperhatikan mereka. Karena itu, setiap kali bertemu dengan insan Tzu Chi, para warga setempat selalu sangat bersyukur. Mereka selalu berucap, “Terima kasih Taiwan, terima kasih Tzu Chi.” 
 
Dengan penuh kekuatan cinta kasih, insan Tzu Chi berusaha untuk memberikan bantuan yang diperlukan warga. Belakangan ini, insan Tzu Chi di berbagai negara di dunia, tak peduli di mana pun terjadi bencana, mereka selalu bergerak untuk mencurahkan cinta kasih.  Insan Tzu Chi di setiap negara bersumbangsih dengan penuh kesungguhan hati dan cinta kasih. Selain insan Tzu Chi, para anggota TIMA setempat juga bergerak untuk membantu dan memberikan layanan pengobatan. Sungguh, di sini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada kalian. 
 
Kehidupan manusia tidak kekal dan bumi pun rentan. Sungguh, ketidakkekalan bisa datang dalam sekejap. Saat terjadi bencana dan adanya penderitaan, Bodhisatwa selalu menjangkau semua makhluk yang menderita. Bodhisatwa yang sesungguhnya selalu menjangkau orang-orang yang mengalami penderitaan dan di saat mereka paling membutuhkan bantuan. Saat mengalami penderitaan dan trauma, orang-orang sangat membutuhkan seseorang untuk menjangkau dan merangkul mereka serta meminjamkan pundak untuk menjadi tempat bersandar bagi mereka. Inilah Bodhisatwa dunia yang sesungguhnya.
 

Relawan Tzu Chi melakukan kunjungan dari rumah ke rumah di komunitas

Menjangkau semua makhluk yang menderita dan memberi ketenangan

Kata Renungan Jing Si menenangkan orang yang menderita

Menyadari ketidakkekalan dan segera menciptakan berkah

 

 

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Rita

Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -