Menyambut Tahun Baru Imlek dengan Menciptakan Berkah

Bodhisatwa sekalian, selamat Tahun Baru Imlek. Saat Tahun Baru Imlek, orang-orang berinteraksi satu sama lain. Tahun Baru Imlek menandakan bahwa empat musim, yakni musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin telah berlalu. Kita akan kembali menyambut kedatangan musim semi. Semua orang sangat berharap dapat memulai segala hal baru dari musim semi agar hidup mereka seperti cuaca musim semi yang begitu bersahabat dan tumbuhan musim semi yang tumbuh subur. Mereka berharap segalanya berjalan sesuai keinginan. Inilah harapan setiap orang.

Sungguh, kita harus berpikiran seperti ini. Dengan datangnya Tahun Baru Imlek, kita juga harus membangkitkan harapan baru, bagaikan menggarap sawah pada musim semi sebagai persiapan sebelum mulai menabur benih. Meski dahulu kita pernah menyia-nyiakan waktu atau batin kita dipenuhi oleh noda dan kegelapan batin, tetapi itu telah berlalu. Kini kita harus kembali pada hakikat yang murni. Lenyapkanlah noda dan kegelapan batin masa lalu. Ketidakdisiplinan dan kemalasan di masa lalu juga harus kita tinggalkan. Segala sesuatu harus dimulai dari sekarang. Kita harus memanfaatkan setiap waktu dan setiap musim dengan baik. Janganlah kita terlena oleh masa lalu.

Kini kita harus menggenggam masa depan kita dengan baik bagaikan petani yang menggarap sawah di musim semi. Petani harus memanfaatkan cuaca di musim semi untuk menggarap sawah dengan tekun dan sepenuh hati. Bukankah ladang batin manusia juga demikian? Kita telah mengenal ajaran Buddha dan mulai menciptakan berkah bagi dunia serta membina kebijaksanaan kita pada saat ini. Banyak orang yang mendengar ceramah pagi. Jika tidak menyerap Dharma ke dalam hati, maka saat berbuat baik di tengah masyarakat dan kita melihat orang lain melakukannya dengan lebih baik atau melebihi kita, kita akan merasa tidak nyaman. Jika demikian, meski kita tengah menciptakan berkah, itu juga akan menjadi berkah yang mengandung noda dan kegelapan batin.

Menciptakan berkah tanpa kebijaksanaan juga akan menimbulkan noda batin. Karena itu, kita harus menciptakan berkah sekaligus membina kebijaksanaan. Saat melihat orang lain berbuat baik, kita juga harus turut bersukacita. Selain harus berbuat baik bersama orang lain, kita juga harus membimbing lebih banyak orang untuk bersama-sama berbuat baik agar tercipta masyarakat yang harmonis, aman, dan tenteram. Ini merupakan semangat Mahayana. Untuk membimbing semua makhluk, Bodhisatwa harus menjadi teladan yang menuju arah yang benar dan melakukan hal yang benar. Saya berharap orang-orang dari segala penjuru dunia dapat bersumbangsih bersama. Inilah yang disebut menapaki Jalan Bodhisatwa.

Untuk menapaki Jalan Bodhisatwa, kita harus menggenggam setiap kesempatan. Sesungguhnya, merayakan Tahun Baru Imlek tidak begitu penting. Yang lebih penting adalah memanfaatkan setiap detik dalam kehidupan kita. Suasana musim semi harus selamanya terukir di dalam hati kita. Kita harus selalu menggarap ladang batin dan ladang berkah kita sendiri. Ladang berkah tidak perlu diperbandingkan atau diperebutkan, tetapi harus kita garap sendiri. Inilah ladang batin kita yang akan selamanya dipenuhi suasana musim semi. Kita harus memanfaatkan musim semi dengan baik. Berhubung waktu berlalu dengan sangat cepat, maka kita harus memanfaatkannya dengan baik. Janganlah kita membiarkan waktu berlalu begitu saja. Kita harus memanfaatkan waktu untuk mencapai buah pelatihan diri.

Lihatlah, pada 19 tahun yang lalu, kepala misi kesehatan kita masih sangat muda. Saat itu, Kepala RS Tseng dan wakil kepala RS Tzu Chi Hualien mendampingi saya membagikan angpau ke setiap kamar pasien. Kepada pasien yang bisa turun dari ranjang dan berada di lobi, saya juga berbincang-bincang dan membagikan angpau. Bagi pasien di ICU yang sulit berkomunikasi, saya tidak tahu apakah mereka mengerti perkataan saya atau tidak, tetapi saya tetap menyemangati mereka. Inilah kekuatan cinta kasih. Setiap malam Tahun Baru Imlek, saya pasti pergi ke RS Tzu Chi Hualien. Akan tetapi, beberapa tahun terakhir ini, saya tidak bisa berkunjung ke sana karena saya tidak memiliki cukup waktu. Hal yang harus saya lakukan sangat banyak.

Tadi malam, kita juga bisa melihat acara malam Tahun Baru Imlek yang penuh budaya humanis. Ada keluarga Huang yang menampilkan pertunjukan musik. Orang tua menggunakan alat musik tradisional Tiongkok, sedangkan putra dan putri mereka menggunakan alat musik Barat. sedangkan putra dan putri mereka menggunakan alat musik Barat. Meski alat musik yang digunakan berbeda, tetapi mereka dapat tampil secara bersamaan.

Ada juga satu keluarga yang kembali dari AS dan menyanyikan sebuah lagu. Rasa rindu mereka terhadap saya dapat saya rasakan melalui lagu yang mereka nyanyikan. Anak-anak yang merantau akhirnya kembali ke rumah. Lihatlah betapa dekatnya mereka dengan saya. Mereka telah kembali. Inilah perasaan murid-murid saya yang berada di luar negeri. Selain itu, guru dan murid Sekolah Menengah Tzu Chi juga menampilkan seni bela diri. Penampilan mereka penuh kekuatan dan sangat memukau.  Setiap orang terlihat sangat berwibawa. Kemarin, Hsu Ya-fen juga berbagi ajaran Buddha lewat opera. Ini juga membuat orang-orang sangat gembira. Dia telah menambah warna dalam acara tadi malam.

Ada pula pertunjukan dari relawan rumah sakit. Meski hanya perempuan biasa, tetapi mereka dapat mengulurkan tangan dan bergandengan satu sama lain. Inilah keindahan yang digambarkan dalam lagu yang mereka bawakan. Mereka mendedikasikan diri di rumah sakit untuk mendampingi para pasien dan para staf medis yang tidak bisa pulang ke rumah. Ini adalah kekuatan cinta kasih para relawan yang selalu bergandengan tangan. Saya yakin bukan hanya di RS Tzu Chi Hualien, tetapi di RS Tzu Chi Taipei, Taichung, dan Dalin juga demikian.

 

Menyambut Tahun Baru Imlek dengan menciptakan berkah

Tekun menanam benih kebajikan untuk memperoleh sukacita yang berlimpah

Turut bersukacita melihat kebaikan orang lain

Bergandengan tangan dan saling mendukung untuk menyambut masa depan

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 19 Februari 2015

 

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -