Menyebarkan Dharma kepada Setiap Orang

Untuk berbuat baik di Afrika, sungguh sangat sulit. Namun, asalkan ada niat, tidak ada kesulitan yang tidak bisa diatasi. Hampir 20 tahun yang lalu, Tzu Chi mulai ada di Afrika Selatan berkat sekelompok pengusaha Taiwan. Mereka sangat menuruti perkataan saya, yakni saat hidup di negara lain dan menggunakan sumber daya alam serta tenaga kerja setempat, kita seharusnya membalas budi masyarakat setempat. Mereka telah mengatasi berbagai kesulitan untuk menginspirasi lebih banyak relawan setempat. Begitu ada kesempatan, insan Tzu Chi segera memanfaatkan jalinan jodoh untuk bersumbangsih dan menenteramkan hati orang.

Selain itu, mereka juga membagikan barang bantuan serta memberi pendampingan dan penghiburan dengan hati yang tulus. Mereka terus mendampingi warga setempat dengan kasih sayang yang tulus. Di negara yang belum pernah mendengar ajaran Buddha ini, insan Tzu Chi dapat membuat warga setempat mengucapkan “Amitabha”. Orang yang kekurangan secara materi sekalipun dapat kita buka pintu hatinya sehingga menjadi orang yang kaya batin. Insan Tzu Chi selalu memberi penghiburan dengan segenap hati dan tenaga serta penuh cinta kasih.

Terhadap para pasien AIDS yang ditelantarkan, sekelompok Bodhisatwa dunia ini mengasihi, memperhatikan, merawat, dan membersihkan tubuh mereka. Insan Tzu Chi membentangkan jalan dengan cinta kasih. Benih cinta kasih tersebar di setiap wilayah dan dalam batin setiap orang. Mereka menjalankan yang sulit dijalankan. Perjalanan yang tersulit pun telah mereka lalui. Berkat interaksi dengan Relawan Pan, para relawan setempat tidak hanya menyerap Dharma ke dalam hati, tetapi juga mempraktikkannya lewat tindakan nyata. Meski mereka adalah umat Katolik dan Kristen Protestan, tetapi mereka berkata bahwa jika mereka tidak menuruti ajaran saya, Tuhan akan murka karena ajaran ini dapat menyelamatkan dunia. Karena itu, mereka sangat bersungguh hati untuk mempraktikkannya secara nyata. Tempat yang sangat sederhana pun bisa mereka gunakan sebagai tempat pelatihan.

Tidak peduli ke mana pun pergi, mereka dapat mengumpulkan orang-orang dan memanfaatkan setiap ruang yang ada. Adakalanya, mereka meminjam gedung gereja dan berbagi Dharma di dalamnya. Mereka bisa melakukannya. Mereka bukan hanya berbagi tentang kebenaran, tetapi juga mengajak orang-orang untuk mempraktikkannya. Mereka terlebih dahulu bersumbangsih dengan penuh cinta kasih agar warga setempat tersentuh. Lalu, mereka menebarkan benih cinta kasih dan dengan sepenuh hati membimbing setiap orang menuju Jalan Bodhisatwa. Meski kondisi ekonomi sekelompok Bodhisatwa ini juga tidak baik, tetapi mereka sangat bekerja keras dan menapaki Jalan Bodhisatwa dengan gembira.

Setiap kali, saya selalu melihat mereka bersumbangsih dengan gembira. terlebih lagi pada kali ini. Pada akhir bulan November lalu, mereka kembali berkunjung ke Botswana, negara yang baru dijangkau oleh Tzu Chi. Ini merupakan kunjungan lintas Negara yang kedua kalinya. Ci Lei yang telah berusia 78 tahun terserang flu di sana. Empat hari setelah kembali ke Durban, dia kembali melakukan perjalanan ke selatan. Relawan Pan tidak tega membiarkan dia yang masih belum sembuh total untuk ikut dalam perjalanan itu, tetapi dia bersiteguh untuk ikut dalam perjalanan itu bersama yang lainnya. Relawan Pan lalu membiarkannya pergi dengan syarat dia harus tetap berada di penginapan dan beristirahat di sana. Namun, pagi-pagi sekali, saat para relawan keluar, dia juga ikut bersama mereka.

Karena itu, setelah melihatnya dalam sebuah rekaman video, Relawan Pan berkata kepadanya, “Anda sudah lanjut usia, mengapa masih begitu keras kepala?” Dia berkata, “Saya tidak tua.” “Saya baru berusia 16 tahun.” Dalam melakukan segala sesuatu, dia selalu menggunakan semangat anak muda. Dia juga berkata bahwa justru karena sudah lanjut usia, maka waktu yang dia miliki sudah tidak banyak. Saat berbaring untuk beristirahat, dia teringat kepada saya yang meski telah lanjut usia dan kadang sakit, tetapi tetap melakukan segala sesuatu seperti biasa. Jadi, begitu teringat kepada saya, dia tidak mau lagi terus beristirahat. Dia tetap ingin bersumbangsih. Dia adalah murid saya yang hatinya sangat dekat dengan saya. Dia menyebarkan Dharma di setiap tempat kepada setiap orang.

Wilayah Afrika Selatan sangatlah luas. Kita sangat membutuhkan sumbangsih relawan dengan semangat seperti ini. Insan Tzu Chi menyebarkan Dharma ke mana pun mereka pergi dan membangkitkan kekayaan batin setiap orang. Jadi, jalan yang pernah mereka lalui telah menjadi jalan untuk menebarkan benih kebajikan dan menciptakan berkah bagi masyarakat. Ini sungguh menyentuh dan mengagumkan. Inilah Bodhisatwa. Selama beberapa hari ini, insan Tzu Chi Malaysia dan Filipina juga telah bekerja keras. Badai tropis yang menerjang Filipina beberapa hari yang lalu telah mendatangkan bencana yang sangat besar.

Kita bisa melihat insan Tzu Chi menyurvei lokasi bencana. Di sepanjang jalan terlihat tanah longsor. Tanah di pegunungan juga runtuh. Kini insan Tzu Chi Filipina tengah menyurvei lokasi bencana dan berusaha mencari cara untuk mengirimkan barang bantuan ke sana guna membantu para korban bencana. Sementara itu, Malaysia juga tengah dilanda banjir besar. Para insan Tzu Chi berdatangan dari tempat yang jauh untuk bersumbangsih di lokasi bencana yang sangat luas ini.

Beberapa hari ini, kita menjalankan program bantuan lewat pemberian upah. Tanpa membeda-bedakan agama, kita membantu membersihkan sebuah masjid. Kita juga membantu membersihkan empat atau lima gedung sekolah. Setelah dibersihkan, bangunan-bangunan itu menjadi bersih dan indah. Kita berharap warga setempat dapat bergabung dalam pembersihan lingkungan agar mereka juga dapat memperoleh upah. Inilah program bantuan lewat pemberian upah. Kita memberikan upah untuk tenaga mereka agar kesulitan mereka dapat segera teratasi. Setelah lingkungan mereka sepenuhnya bersih, baru kita bisa memberikan bantuan dana darurat kepada mereka untuk memulai hidup baru.

Singkat kata, dunia ini penuh dengan anomali dan ketidakkekalan. Jadi, kita sungguh harus menggenggam dan menghargai jalinan jodoh antarsesama dengan baik serta memanfaatkan setiap waktu untuk berbuat baik. Kita sungguh harus memanfaatkan setiap kesempatan dengan baik. Dengan begitu, barulah kehidupan kita bermakna.

 

Menyebarkan Dharma kepada setiap orang

Relawan Tzu Chi Afrika menghimpun lebih banyak relawan setempat

Menghargai setiap waktu untuk menjalankan misi Tzu Chi

Membantu sesama tanpa membeda-bedakan agama

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 4 Januari 2015

 

Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -