Menyelaraskan Pikiran dan Mengobati Penyakit Fisik

Agar bisa hidup aman dan tenteram, setiap orang harus mawas diri dan tulus. Bencana fisik dan bencana batin yang menimbulkan penderitaan fisik dan penderitaan batin, semuanya bersumber dari kekuatan karma setiap orang yang terhimpun menjadi satu. Ini disebut karma kolektif dan akan membawa dampak bagi semua orang. Saat pikiran manusia tidak selaras, akan tercipta kekuatan karma yang tidak berwujud. Akibat benih karma yang kita tanam, kekuatan karma yang tercipta akan menimbulkan bencana. Inilah karma buruk kolektif semua makhluk. Hanya dengan menyucikan hati manusia, menyelaraskan pikiran manusia, dan membangkitkan kekuatan cinta kasih untuk membentangkan jalan yang rata, barulah dunia ini bisa aman dan tenteram. Ini merupakan satu-satunya cara.

Kita bisa melihat sebuah pabrik daur ulang di Tainan. Begitu terjadi kebakaran di sana, petugas pemadam kebakaran segera bergerak untuk memadamkan api. Melihat sumbangsih petugas pemadam kebakaran, insan Tzu Chi juga segera bergerak untuk mendukung mereka dengan menyiapkan makanan hangat guna mengenyangkan perut mereka. Inilah cinta kasih di dunia ini. Melihat kebakaran seperti itu, kita semakin menyadari bahwa kita harus sangat menghargai air. Dalam keseharian, kita juga harus menghargai air dengan sepenuh hati.

Di sebuah bengkel mobil juga terjadi kebakaran. Kebetulan, mobil salah satu anggota komite kita juga sedang diperbaiki di bengkel itu. Mobilnya juga terkena dampak akibat kebakaran ini. Akan tetapi, dia berkata, “Mobil tidak begitu penting. Yang terpenting adalah kalian semua selamat.” Lihatlah, dia begitu lapang dada dan pengertian. Kehilangan mobil juga tidak apa-apa. Yang penting semua orang selamat. Dia tidak meminta ganti rugi, malah menghibur mereka. Inilah yang bisa menciptakan masyarakat yang harmonis. Antarmanusia harus ada cinta kasih. Di berbagai sudut di masyarakat, kita selalu memberikan pendampingan jangka panjang.

Kita bisa melihat sebuah keluarga yang tidak sanggup membayar biaya listrik dan air. Anak mereka juga tidak dapat terus bersekolah. Mereka hidup serba kekurangan. Insan Tzu Chi terus mendampingi dan membantu mereka. Lihatlah, anak mereka belajar dengan sangat tekun. Kita berharap anak mereka memiliki masa depan yang cerah.

Kita juga bisa melihat pascaledakan pipa gas di Kaohsiung, insan Tzu Chi mencurahkan perhatian kepada para warga dari rumah ke rumah di wilayah yang luas. Di antaranya, ada seorang pemuda di sebuah keluarga yang sangat tersiksa akibat penyakit. Dia bertahan sangat lama. Dokter merasa bahwa seharusnya dia sudah meninggal dunia. Namun, ada sesuatu yang membuatnya tidak bisa pergi dengan tenang. Dia lalu menulis bahwa dia tidak bisa pergi karena belum berbakti kepada orang tuanya.

Setelah mengetahui kondisinya, insan Tzu Chi mulai mendampingi dan membimbingnya untuk membalas budi orang tua. Kita memapahnya untuk bersujud kepada orang tua serta meminta maaf dan bertobat di hadapan orang tua, kakak, dan kakak iparnya. Di bawah pendampingan insan Tzu Chi, dia juga bertekad untuk menyisihkan uang ke dalam celengan bambu setiap hari. Perlahan-lahan, batinnya semakin damai. Dia juga menyemangati orang tuanya untuk melakukan daur ulang. Lalu, dia akhirnya meninggalkan dunia ini di tengah kedamaian. Orang tuanya berkata bahwa hal-hal yang ingin dilakukan oleh anak mereka akan mereka teruskan.

Ini bergantung pada jalinan jodoh setiap orang. Saat masih sehat, dia belum memiliki jalinan jodoh dengan Tzu Chi. Menjelang kepergiannya, dia baru bertemu dengan Bodhisatwa dunia. Pendampingan selama beberapa bulan telah membuat pikirannya menjadi tenang dan dia dapat bertobat kepada orang tuanya. Dia masih sempat untuk bertobat dan menunjukkan bahwa dia sanggup bersumbangsih. Ini merupakan momen yang sangat berharga.

Kita juga bisa melihat seorang pemuda berusia 21 tahun dari Penang. Karena menderita penyakit ankilosing spondilitis, dia sangat sulit melakukan aktivitas dalam keseharian. Setelah dia datang ke Hualien, tim medis kita sangat bersungguh hati untuk meringankan penderitaannya. Kini dia dapat memulai hidup baru. Setelah menggunakan sendi buatan, dia bisa berjalan dengan leluasa. Fisioterapinya juga berjalan dengan lancar. Hari dia keluar dari rumah sakit bertepatan dengan hari ulang tahunnya. Kita bisa melihat suasana penuh kehangatan saat tim medis kita turut merayakan ulang tahun dan kehidupan barunya.

Melihat ini, saya sungguh sangat bersyukur. Saya selalu teringat tentang proses pembangunan rumah sakit yang penuh kesulitan. Demi pembangunan rumah sakit, banyak orang yang membangkitkan cinta kasih untuk menggalang dana dan bersumbangsih dengan segenap hati dan tenaga. Setelah RS Tzu Chi Hualien dibangun, lihatlah betapa banyaknya penerima bantuan dari luar negeri yang datang ke Taiwan untuk berobat dan kembali ke negara mereka dengan tubuh yang sehat.

Contohnya Xiaodong yang menderita penyakit ankilosing spondilitis. Dalam waktu beberapa bulan, dia sudah bisa meluruskan tubuhnya dan pulang ke Xiamen dengan berdiri tegak. Ada pula Chen Tuanzhi yang selama 26 tahun belum pernah menginjak tanah dengan kedua telapak kakinya. Kini dia bisa berdiri dengan tegak dan berjalan dengan kedua telapak kakinya. Selain itu, juga ada sepasang bayi kembar siam yang telah berhasil dipisahkan. Mereka bisa bergerak sendiri-sendiri tanpa terikat satu sama lain.

Ini bisa dilakukan berkat kerja sama dan kekuatan cinta kasih tim medis. Para Bodhisatwa dari Filipina juga terus mendampingi mereka selama beberapa bulan. Hal yang membuat orang tersentuh sangat banyak. Bukankah ini yang terus dilakukan insan Tzu Chi di masyarakat selama ini? Ya. Jadi, kita harus sungguh-sungguh mempelajari sejarah Tzu Chi. Kita harus lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan Tzu Chi setiap hari.

Kegelapan batin dan konflik membentuk karma buruk kolektif

Mendukung petugas pemadam kebakaran dan menghimpun jalinan jodoh baik

Melihat kehidupan yang serba kekurangan dan penderitaan akibat penyakit

Banyak orang yang berobat ke RS Tzu Chi dan dapat memulai hidup baru

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 31 April 2015

Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -