Pameran Foto dalam Rangka Satu Tahun Berlalunya Topan Haiyan

Lebih dari setahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 8 November, sebuah topan yang berkekuatan dahsyat telah menghancurkan seluruh wilayah ini. Di saat seperti itu, kita membutuhkan Bodhisatwa dunia untuk segera bergerak menyalurkan bantuan. Semua itu bergantung pada sebersit niat. Kita bisa melihat seorang lurah yang memiliki peternakan ayam dan babi yang sangat besar. Setiap hari, dia menjual hewan ternak untuk dibunuh. Setelah mengenal insan Tzu Chi dan mendengar tentang hukum karma, dia mulai mengubah pola pikirnya dan berkontribusi sebagai Bodhisatwa dunia. Dia juga telah bervegetaris.

Lurah tersebut bergabung dengan Tzu Chi dan mengajak para warganya untuk ikut serta. Dia terus mengajak para warga untuk mengikuti kelas pelatihan Tzu Chi. Dia selalu sangat antusias mengajak para warga. Dia mulai bergabung dalam kegiatan Tzu Chi dan menjadi relawan Tzu Chi. Seluruh anggota keluarganya juga telah membangun ikrar luhur. Jadi, dia telah menutup semua usaha peternakan babi dan ayamnya. Namun, niat baiknya tidaklah sia-sia. Setelah dia menutup peternakannya, sebuah lembaga kemanusiaan dari luar negeri menyewa seluruh tanah dan fasilitas yang dimilikinya. Karena itu, dia mengatakan bahwa kini dia memiliki banyak waktu luang. Dia dapat bergabung dalam kegiatan Tzu Chi dan mengikuti pelatihan relawan. Dia telah membangun ikrar luhur.

Ada pula seorang pengusaha setempat yang mengatakan bahwa tanpa bantuan Tzu Chi, perekonomian setempat mungkin tidak dapat pulih. Karena itu, dia juga bersedia bergabung dalam kegiatan Tzu Chi dan mengemban misi Tzu Chi di sana. ”Saya melihat insan Tzu Chi masuk ke wilayah Tacloban dan bersumbangsih dengan segenap kemampuan. Saya merasa sangat malu karena tidak keluar untuk membantu padahal saya adalah warga lokal. Tidak masalah bagi saya untuk mengajak orang lain bergabung. Karena itu, saya mulai mengajak teman saya untuk bergabung dengan Tzu Chi,” ucap seorang pengusaha.

Mereka berinisiatif untuk mendaftarkan diri. Perlahan-lahan orang yang mendaftarkan diri sudah berjumlah 100 orang. Ini karena orang-orang di sana telah mengubah pola pikir. Dahulu mereka hanya mementingkan diri sendiri. Dahulu mereka hanya berusaha keras untuk mencari keuntungan sendiri. Mereka banyak perhitungan terhadap antarsesama. Saya masih ingat pada saat kita memberikan upah sebesar 500 peso per hari, banyak pengusaha yang menentang hal ini. Mereka berkata, “Kalian memberikan upah yang begitu tinggi, kelak bagaimana kami mengupahi mereka?” Namun, mereka tidak menyadari bahwa jika Tzu Chi tidak memberikan upah yang tinggi, maka seluruh kota akan hancur. Jika demikian, apakah masih ada kelak?

”Upah harian pekerja di sini adalah 260 peso, sedangkan kalian memberi upah sebesar 500 peso per hari. Kami tidak mengerti mengapa kalian berbuat demikian. Setelah kalian menjelaskan kepada kami bahwa itu bukan upah, melainkan bantuan dana bagi para warga, kami baru perlahan-lahan memahaminya. Yang paling penting adalah kedatangan kalian kali ini telah berhasil mendongkrak perekonomian di sini sehingga para pengusaha yang bangkrut dapat kembali mengembangkan usaha mereka. Ini membawa pengaruh yang sangat besar. Dahulu, kami selalu bekerja keras demi kepentingan masing-masing. Namun, Tzu Chi selalu mengutamakan kepentingan orang lain dan mengesampingkan kepentingan pribadi. Semangat seperti ini sungguh mulia,” ucap pengusaha lainnya. Berkat kekuatan cinta kasih para insan Tzu Chi, kehidupan para warga di sana perlahan-lahan mulai stabil. Kini, para warga setempat sudah tahu untuk saling membantu. Para warga setempat saling mendukung untuk mengemban misi Tzu Chi.

Dalam rangka peringatan satu tahun berlalunya Topan Haiyan, mereka mengadakan sebuah pameran foto. Dalam pameran foto itu, kita bisa melihat orang yang ada di dalam foto berbagi kisahnya dengan orang lain. Suatu hari, seorang perempuan yang datang ke pameran itu tiba-tiba menangis tersedu-sedu. Dia berkata bahwa saat itu, genangan air terus meninggi dan dia berusaha untuk menyelamatkan tiga orang anaknya. Melihat sebuah kulkas yang mengapung, dia lalu meletakkan tiga orang anaknya ke dalam kulkas. Karena itu, anak-anaknya dapat mengapung bersama kulkas tersebut. Dia berharap anaknya dapat terselamatkan. Tidak disangka, tiba-tiba muncul seorang perempuan yang berusaha berpegangan pada kulkas tersebut. Karena itu, kulkas itu kehilangan keseimbangan dan terbalik. Ibu dari ketiga anak itu melihat ketiga anaknya tenggelam tanpa bisa berbuat apa-apa.

Selama setahun ini, mungkin setiap hari sang ibu hidup dalam ingatan yang menyedihkan itu. Namun, kini insan Tzu Chi telah menjangkaunya. Saya yakin mereka dapat membimbingnya selangkah demi selangkah hingga dia bisa mengembangkan cinta kasihnya menjadi cinta kasih universal. Mungkin dia akan menyadari bahwa selain ketiga anaknya, masih ada banyak orang yang membutuhkan cinta kasih darinya. Intinya, kehidupan ini penuh dengan penderitaan.

Satu tahun pascatopan, kondisi di Filipina telah pulih kembali. Mulai sekarang, kita akan membimbing warga setempat ke arah yang lebih baik dengan meningkatkan pendidikan anak-anak. Karena itu, kita memberikan buku Kata Renungan Jing Si. Saya sangat berterima kasih kepada orang-orang yang mendonasikan buku. Saya juga berterima kasih kepada beberapa guru dari Asosiasi Guru Tzu Chi di Malaysia yang pergi ke Filipina untuk berbagi metode pengajaran Kata Renungan Jing Si.

Kata Renungan Jing Si yang pertama kita ajarkan adalah berbuat baik dan berbakti adalah dua hal yang tidak bisa ditunda. Mereka juga mengadakan kegiatan  membasuh kaki orang tua agar anak-anak dapat merasakan betapa kasarnya telapak kaki orang tua mereka. Anak-anak juga menggenggam tangan orang tua mereka untuk merasakan kerja keras orang tua. Lihatlah orang tua dan anak yang berpelukan. Ini semua membutuhkan pendidikan. Kini kita telah menjalankan dua hal ini secara bersamaan. Kita berusaha menyemangati orang dewasa untuk berbuat baik setiap hari. Karena itu, banyak warga di Tacloban dan Ormoc yang telah membangkitkan cinta kasih. Membantu orang lain adalah hal yang terpenting. Seperti yang dikatakan oleh relawan tadi, kita semua adalah saudara dan bagian dari dunia ini. Jadi, kita hendaknya saling membantu.

Dalam pameran foto kali ini, banyak warga yang menuangkan celengan bambu. Koin yang terkumpul sangatlah banyak. Setelah dihitung selama berhari-hari, jumlahnya lebih dari 1 juta peso. Lihatlah, inilah kekuatan cinta kasih. Kita telah menyaksikan bagaimana topan berkekuatan dahsyat menerjang Filipina pada tanggal 8 November 2013 lalu serta bagaimana kota-kota yang semula akan ditinggalkan pulih kembali. Kita telah menulis sejarah bagi umat manusia dan menjadi saksi dari zaman ini. Ini juga akan menjadi sejarah Tzu Chi. Intinya, kita harus membangkitkan cinta kasih dan jangan meremehkan setiap sumbangsih yang kecil.

 

Seorang warga Filipina menutup usaha peternakan dan bergabung dalam barisan Tzu Chi

Mengubah kehidupan dan giat menanam benih di ladang berkah

Mengenang masa lalu yang menyedihkan lewat pameran foto

Mengubah penderitaan menjadi kegembiraan untuk menuju kecemerlangan

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 27 November 2014

 

Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -