Pikiran Manusia Mempengaruhi Keselarasan Alam

Di dunia ini, kondisi iklim yang ekstrem sungguh menimbulkan penderitaan bagi banyak orang. sungguh menimbulkan penderitaan bagi banyak orang. Selain bencana alam akibat kondisi iklim yang ekstrem, penderitaan juga disebabkan oleh pola hidup manusia yang tidak benar. Inilah yang memicu terjadinya pemanasan global sehingga menimbulkan bencana alam. Ini sungguh membuat orang merasa khawatir dan tidak sampai hati. Namun, kita juga merasa tidak berdaya karena dalam kehidupan sehari-hari, manusia memiliki banyak nafsu keinginan.

Yang paling sulit dikendalikan adalah nafsu makan. Banyak orang berkata, “Saya adalah orang baik.” Orang baik memang sangat banyak. Namun, mereka sulit menekan nafsu makan. Saya bertanya kepada mereka, “Bisakah kalian bervegetaris?” Mereka menjawab, “Ini agak sulit bagi kami. Kami tidak bisa makan tanpa daging. Kami bisa berbuat baik, tetapi sangat sulit bagi kami untuk bervegetaris.” Jadi, meski merupakan orang baik, tetapi mereka sulit untuk menekan nafsu makan.

Kini, banyak unggas di Taiwan yang terjangkit virus flu burung. Selama satu hingga dua bulan ini, virus flu burung terus merebak dari wilayah selatan ke wilayah utara Taiwan. Hingga kini, virus ini telah menjangkau wilayah timur Taiwan. Sekitar 2 juta ekor unggas telah dimusnahkan. Di antaranya ada ayam, itik, dan angsa. Mereka tidak tahu mengapa mereka terlahir untuk dikonsumsi manusia dan mengapa mereka dimusnahkan begitu saja.

Hewan juga memiliki perasaan. Saat akan dipukul, mereka akan menghindar dengan cepat. Mereka akan melindungi diri secara naluriah. Saat dipukul, mereka akan menjerit kesakitan. Saat dibunuh, mereka akan berdarah. Mereka juga memiliki nyawa. Namun, begitu virus flu burung merebak, mereka tidak tahu mengapa menusia memusnahkan mereka. Pasti akan timbul rasa benci dan dendam di dalam hati mereka. Yang mengkhawatirkan adalah mereka akan membalas semua ini. Setelah terlahir kembali ke dunia ini, apa yang akan mereka lakukan terhadap manusia? Kita tidak tahu.

Buddha mengajari kita untuk tidak membunuh. Dengan tidak membunuh, kita dapat melindungi diri sendiri. Agar tidak menimbulkan rasa benci dan dendam makhluk lain terhadap kita, kita tidak boleh membunuh. Bukan hanya tidak membunuh, kita juga harus melindungi kehidupan. Kita harus melindungi semua makhluk hidup dan mengembangkan cinta kasih kita. Ini semua demi menciptakan berkah bagi dunia dan membangkitkan kebijaksanaan kita. Ini membuat tubuh dan pikiran kita tersucikan. Kita harus mengembangkan kekuatan cinta kasih dalam kehidupan ini untuk membimbing diri sendiri dan orang lain. Jika kita tidak membimbing diri kita pada kehidupan ini, lalu kapan kita akan melakukannya?

Kita tidak tahu pada kehidupan berikutnya kita akan terlahir sebagai ayam, itik, angsa, kuda, sapi, babi, atau kambing. Kita tidak tahu. Jadi, kita harus sungguh-sungguh memanfaatkan tubuh manusia yang dimiliki saat ini untuk melatih diri. Kita harus memanfaatkan tubuh ini untuk melatih diri dan membimbing semua makhluk. Jangan menunda sampai kita membawa karma buruk ke kehidupan berikutnya dan tidak tahu terlahir sebagai apa. Jika kita tidak bisa membimbing diri sendiri, bagaimana bisa membimbing orang lain? Karena itu, kita harus sungguh-sungguh menjaga pikiran dan menekan nafsu makan kita. Ini baik untuk kesehatan kita. Jadi, kita harus menekan nafsu makan.

Lihatlah Bodhisatwa cilik kita. Saat dia masih ada di dalam kandungan, ibunya sudah bervegetaris. Setelah lahir, dia tidak pernah mengonsumsi susu bubuk yang berasal dari hewan. Selain air susu ibu, dia juga mengonsumsi bubuk sereal Jing Si. Dia tumbuh dengan sangat sehat. Tinggi badan dan tenaganya tidak kalah dengan anak lain. Selain itu, dia juga sangat bijaksana.

Kita berkata padanya, “Kamu selalu bervegetaris. Nenekmu khawatir kamu akan kekurangan gizi. Jika nenekmu berkata padamu bahwa makan daging sangat bergizi dan makan ikan akan membuat lebih pintar, apa yang akan kamu lakukan?” Ia menjawab, “Saya sudah lebih pintar dari ikan, mengapa harus makan ikan untuk membuat saya lebih pintar? Saya berharap Ayah dan Nenek juga dapat bervegetaris. Dengan demikian, kami sekeluarga dapat bervegetaris bersama.”

Lihatlah, anak yang begitu kecil pun dapat bersiteguh untuk menekan nafsu makan. Meski menghadapi berbagai godaan, dia tetap teguh pada keyakinannya. Prestasi belajarnya tidak kalah dari anak lain. Tenaganya juga tidak kalah dari anak lain. Jadi, kita sungguh harus menekan nafsu makan agar dapat berpikiran jernih dan tidak tergoda oleh kondisi luar. Lihatlah, anak yang masih begitu kecil saja juga bisa memiliki tekad pelatihan yang teguh dan memahami bahwa setiap makhluk memiliki kehidupan.

“Kakek Guru berkata bahwa semua makhluk di dunia ini memiliki kesadaran. Semua hewan adalah teman kita. Segala sesuatu di dunia ini adalah teman kita. Karena itu, kita tidak boleh makan daging. Saat duduk di TK, saya mengimbau teman-teman untuk bervegetaris karena bumi ini sedang sakit. Jadi, kita harus mengasihi hewan, jangan makan daging,” cerita Chen Xuan-he.

Ketika ditanya, “Saat mencium wangi ayam goreng yang dimakan temanmu, apa yang akan kamu lakukan?”, ia menjawab, “Saya akan berkata padanya bahwa tidak boleh memakan daging ayam. Ini berarti membunuh seekor ayam. Ayam itu juga akan kesakitan. Anak-anak ayam juga akan kehilangan induknya.” Anak yang begitu kecil saja memiliki hati penuh welas asih.

Bagaimana dengan kita yang sudah dewasa? Melihat virus flu burung yang terus merebak dan begitu banyak unggas yang dimusnahkan, saya sungguh merasa khawatir. Kita juga bisa mendengar berita bahwa di Taiwan, dalam setahun, jumlah ayam yang dibunuh mencapai lebih dari 300 juta ekor. Populasi warga Taiwan hanya sekitar 20 juta orang. Dalam setahun atau 365 hari, begitu banyak ayam yang dibunuh. Jangankan 300 juta ekor, jika kita anggap lebih dari 200 juta ekor saja, maka rata-rata berapa ekor ayam yang dikonsumsi setiap orang? Ini hanya ayam, belum termasuk itik dan angsa.

Mulut manusia bagaikan lubang tak berdasar yang tidak pernah penuh meski sudah diisi selama puluhan tahun. Sesungguhnya, berapa banyak hewan yang telah kita makan? Jika kita tidak dapat menekan nafsu makan, maka perut kita akan menjadi kuburan hewan-hewan yang telah  kita makan. Singkat kata, kita harus sungguh-sungguh menggunakan hati dan kebijaksanaan untuk merasakan penderitaan semua makhluk. Kita sebagai manusia tidak ingin dilukai. Kalau begitu, saat hewan-hewan dibunuh, apakah mereka tidak menderita dan tidak dendam? Jadi, kita juga harus berpikir di posisi mereka.

Kondisi iklim yang ekstrem membawa penderitaan

Tidak membunuh dan melindungi semua makhluk agar tidak menimbulkan rasa benci

Anak kecil mampu bervegetaris dan mengendalikan nafsu makan

Berpikir di posisi makhluk lain dan memiliki tekad pelatihan yang teguh

 

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 04 Februari 2015

Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -