Saling Membantu dan Menghilangkan Diskriminasi

Lihatlah bencana banjir yang melanda Malaysia kali ini. Delapan negara bagian di wilayah barat Malaysia tergenang banjir. Namun, saya sangat bersyukur karena di Penang, Selangor, dan Kuala Lumpur yang terdapat banyak insan Tzu Chi dapat selamat dari bencana tersebut. Jadi, tempat di mana banyak orang menciptakan berkah akan lebih terberkahi dan aman. Orang yang kehidupannya aman dan tenteram juga harus mencurahkan perhatian bagi orang yang tengah dilanda penderitaan.

Sungguh, saya mendengar bahwa bencana besar seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, yang membuat saya sangat tersentuh adalah insan Tzu Chi dari Penang yang segera menumpang pesawat ke lokasi bencana. Contohnya Ji Yuan yang berada di lokasi bencana selama hampir 10 hari. Dia tidak mandi sama sekali. Dia terus membimbing relawan lain mengarungi genangan air  untuk menyurvei lokasi bencana dan lain-lain. Setiap hari, mereka sangat bekerja keras. Mereka melihat penderitaan para korban yang harus hidup tanpa air dan listrik.

Setiap kali mendengar laporan mereka, saya merasa tidak sampai hati. Meski tidak bisa menahan bencana alam, tetapi pascabencana, kita harus segera membantu para korban. Namun, yang paling menakutkan adalah pertentangan antarsesama manusia. Saya mendengar bahwa di Malaysia terdapat 3 suku besar, yakni suku Melayu, keturunan India, dan keturunan Tionghoa. Tiga suku besar ini saling berprasangka buruk dan saling bertentangan.

Ci Lu juga berkata bahwa saat sopir buldoser yang mereka sewa menjalankan buldoser hingga ke depan sebuah gedung sekolah Melayu, dia menghentikan buldoser itu. Mengapa demikian? Karena itu adalah sebuah sekolah Melayu. Dia berkata bahwa dari dahulu hingga kini, mereka tidak pernah saling membantu ataupun saling berinteraksi. Dia mengeluh tentang orang Melayu. Lalu, relawan kita berkata, “Apakah kalian pernah melakukan sesuatu untuk warga Melayu?” Jawabannya tidak. Relawan kita berkata, “Jadi, orang Melayu tak pernah membantu kalian. Namun, apakah kalian pernah membantu orang Melayu? “Jika kalian juga tidak pernah menunjukkan kasih sayang kepada mereka, bagaimana mereka dapat menunjukkan kasih sayang kepada kalian?”

Intinya, diskriminasi antarsuku seperti ini sudah terjadi sejak dahulu. Jadi, tanpa sebab yang jelas, timbul diskriminasi suku di antara mereka. Ini adalah hal yang paling menakutkan. Saya masih ingat dengan tsunami yang terjadi di Asia Tenggara. Saat kita membangun Perumahan Cinta Kasih bagi para korban bencana di Aceh, beberapa gerilyawan GAM juga mendapat tempat. Bapak Sugianto Kusuma bertanya, “Master, apa yang harus kita lakukan? Pemerintah tidak ingin Perumahan Cinta Kasih yang kita bangun ditempati oleh para gerilyawan GAM.” Saya berkata, “Jelaskanlah kepada Pemerintah bahwa kita tidak ikut campur dalam urusan politik. Kita hanya ingin membantu korban bencana.” Akhirnya, pemerintah setempat memahami bahwa cinta kasih Tzu Chi tidak bisa dihalangi. Karena itu, hal ini pun diserahkan kepada Tzu Chi.

Dalam rangka 5 tahun berlalunya tsunami, staf Da Ai TV kembali mengunjungi Aceh untuk melihat bagaimana kehidupan para warga setelah 5 tahun. Kita mendapati bahwa para eks gerilyawan itu hidup dengan sangat gembira. Mereka melepaskan senjata dan beralih mengangkat cangkul untuk melindungi desa mereka. Desa yang warganya terdiri atas eks gerilyawan dan korban bencana lainnya itu menjadi desa yang kehidupannya sangat baik.Selain itu, ketertiban dan keamanannya juga sangat terjaga.

Pada bulan Januari tahun lalu, Indonesia kembali dilanda bencana besar. Pihak militer menggunakan pesawat mereka untuk mengantarkan insan Tzu Chi ke lokasi bencana yang berjarak lebih dari 2.000 km dari Jakarta. Setelah tiba di lokasi bencana, kita juga menjalankan program bantuan lewat pemberian upah. Kita mengumpulkan para warga terlebih dahulu untuk menjelaskan kepada mereka tentang semangat Tzu Chi yang berasal dari Taiwan. Para warga sangat tersentuh mendengarnya.

Setelah itu, kita juga mengajak mereka untuk bersama-sama membersihkan lingkungan. Mereka juga merasa bahwa itu adalah ide bagus. Jadi, tanpa membeda-bedakan itu rumahmu atau rumahku, setiap orang membersihkan lingkungan bersama. Selama berhari-hari, setelah selesai membersihkan lingkungan, insan Tzu Chi selalu melakukan satu hal. Usai membagikan upah kepada para warga, kita meminta mereka berdiri saling berhadapan dan saling berterima kasih.

Warga setempat berkata bahwa hubungan antara warga desa di bagian timur dan barat sedikit tegang. Warga desa bagian barat tidak boleh melewati desa bagian timur, demikian juga sebaliknya. Sering timbul suasana yang tegang di antara mereka. Sesungguhnya, terdapat dendam apa di antara leluhur kedua belah pihak? Mereka juga tidak tahu. Namun, suasana tegang selalu ada di antara mereka. Seorang warga desa berkata, “Selama beberapa hari ini, kami sama sekali tidak membeda-bedakan. Mereka membantu membersihkan jalan kami, kami juga membantu membersihkan jalan mereka. Kami saling berterima kasih. Untuk apa kami meneruskan dendam seperti ini kepada anak cucu kami dan membuat mereka hidup dalam ketegangan dan dendam? Itu adalah hal yang tidak perlu.”

Hadiah yang terbaik untuk berterima kasih dan membalas budi Tzu Chi adalah berdamai dengan yang lain. Karena itu, kedua desa tersebut pun berdamai. Kali ini, kita juga melihat kerja keras para Bodhisatwa di Malaysia. Inilah saatnya bagi mereka untuk menyatukan hati setiap warga Malaysia dan membentangkan jalan dengan cinta kasih tanpa membeda-bedakan suku. Dengan menghimpun kekuatan cinta kasih untuk bersumbangsih, baru kita bisa memulihkan kehidupan warga dengan cepat saat terjadi bencana. Demikian juga dengan kali ini. Kita harus menggunakan kasih sayang yang paling tulus untuk menghilangkan diskriminasi suku di antara para warga. Dengan demikian, kehidupan manusia dan dunia akan menjadi damai.

Kedamaian hendaknya tidak menjadi slogan semata. Kedamaian hanya akan tercapai jika setiap orang bersumbangsih dengan tulus dari lubuk hati. Kali ini, setiap orang bersumbangsih dengan sepenuh hati. Mungkin ini adalah pertanda dari kedamaian. Dalam banjir besar kali ini, saya berharap dengan cinta kasih dan kasih sayang yang tulus, kita dapat membawa kedamaian bagi para warga. Saya juga berharap setiap insan Tzu Chi dapat menjangkau semua makhluk yang menderita. Saya berharap di dunia ini jangan terjadi lagi pertikaian antarsesama yang menimbulkan bencana akibat diskriminasi. Inilah yang harus kita usahakan.

Saya juga sangat berterima kasih kepada para pengusaha setempat yang juga bergerak untuk membantu. Saya rasa kali ini banyak orang yang masuk ke lokasi bencana untuk membantu. Saya berharap mereka dapat berbagi dengan orang lain tentang ketidakkekalan di dunia ini yang telah mereka lihat. Saat terjadi bencana, tidak ada orang yang mampu mengamankan harta kekayaan mereka. Kita harus berdoa semoga dunia ini terbebas dari bencana.

Selain itu, jangan ada diskriminasi antarsesama. Dengan demikian, baru kita bisa hidup aman dan tenteram. Jadi, menghabiskan uang demi kedamaian dunia adalah hal yang sangat bermakna. Meski demikian, uang saja belum cukup. Kita juga membutuhkan sumbangsih yang penuh kasih sayang dari setiap orang. Saya yakin setiap orang bisa melakukannya dengan baik.

 

Mengimbau warga saling membantu dan menghilangkan diskriminasi

Setiap suku hendaknya hidup dengan damai dan tidak membeda-bedakan

Menyatukan hati setiap warga Malaysia dan membentangkan jalan dengan cinta kasih

Saling berterima kasih dan melihat kasih sayang yang tulus

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 17 Januari 2015

Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -