Saling Membantu, Menciptakan Berkah, dan Melestarikan Alam

Di dunia ini, ketidakselarasan unsur air dan unsur angin merupakan salah satu penyebab bencana. Kita ambil unsur air sebagai contoh. Kita sering mendengar bencana kekurangan air. Saat ketinggian air di waduk-waduk menurun, pembatasan penggunaan air pun diberlakukan. Namun, ini masih lebih baik daripada tidak ada air. Jadi, kini ada sebuah organisasi di Seattle, AS yang mendanai pembuatan mesin purifikasi air. Dalam waktu lima menit, alat ini dapat memproses air kotor menjadi air bersih yang bisa diminum. menjadi air bersih yang bisa diminum. Saat melihat mereka mencoba meminumnya, saya berpikir, "Beginikah kondisi manusia saat ini?" Kini manusia mulai meminum air yang diproses dari sisa pembuangan. Inikah yang harus dilakukan oleh manusia? Bukankah ini banyak dilakukan oleh hewan-hewan? Kini, manusia juga melakukan hal yang sama. Jadi, perlukah kita menyombongkan diri? Inilah yang terjadi di dunia saat ini.

Melihat krisis yang dialami bumi ini, yang sangat dikhawatirkan adalah kurangnya air dan tidak selarasnya empat unsur yang salah satunya adalah unsur air. Manusia telah memboroskan air di bumi ini. Selain itu, akibat tingginya populasi, pembangunan gedung juga semakin banyak. Akibatnya, air tidak dapat meresap ke dalam tanah. Dahulu, saat saya masih muda, jika melihat sungai, pasti ada air di dalamnya. Begitu pula dengan kali. Di sungai, kali, ataupun kolam selalu ada air. Namun, kini kita melihat banyak sungai yang kering, bahkan dasarnya pun dapat kita lihat. Namun, begitu hujan deras turun, banjir akan cepat terjadi dan menyapu tanah sehingga terjadi longsor. Akibatnya, jembatan dan jalan terputus. Air tidak meresap ke dalam tanah  dan langsung mengalir ke laut. Setelah hujan reda dan banjir surut, yang kita lihat adalah jembatan yang rusak, jalan yang terputus, dan sungai yang kering. Lingkungan terlihat porak-poranda. Inilah akibat dari ketidakselarasan unsur air.

Apakah ketidakselarasan ini terjadi secara alami? Ia dibuat oleh manusia. Jadi, jika alam selaras, barulah manusia akan tenteram. Begitu bencana terjadi, sebanyak apa pun uang yang dimiliki, tak akan dapat mengganti kehilangan yang dialami. Saat alam mengalami kerusakan dan keluarga tercerai-berai, sebanyak apa pun uang yang dimiliki, tak akan bisa menggantikan kehilangan ini. Jadi, kita semua harus menggunakan cinta kasih untuk memberikan pendidikan yang dapat menyucikan hati manusia dan membangkitkan cinta kasih semua orang. Inilah kuncinya.

Kini semua orang dapat memahami pentingnya pelestarian lingkungan. Pelestarian lingkungan memang penting. Namun, jika tidak dijalankan bersama-sama, maka tidak dapat menolong bumi. Meski insan Tzu Chi di seluruh Taiwan sangat berdedikasi dalam pelestarian lingkungan, baik para Bodhisatwa lanjut usia yang tidak kenal lelah, para cendekiawan, maupun orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat, tetapi Taiwan hanyalah bagian kecil dari dunia ini. Tentu, kita berharap kesadaran lingkungan ini dapat tersebar lebih luas dan dipahami oleh lebih banyak orang.

Kita telah melihat insan Tzu Chi bangun pagi-pagi untuk mendengar Dharma. Setelah itu, mereka melakukan daur ulang. Mereka mengorbankan waktu tidur untuk menghirup keharuman Dharma. Ini adalah cara menumbuhkan kebijaksanaan. Selain itu, dengan melakukan daur ulang, mereka melindungi bumi dan menciptakan berkah. Jadi, mereka mengembangkan berkah dan kebijaksanaan secara bersamaan.

Kita juga melihat sebuah keluarga di Malaysia. Mulanya, sepasang suami istri ini sangat risau terhadap anak mereka dan berharap anak yang pembangkang ini bisa kembali ke jalan yang benar Mereka akhirnya menggunakan ajaran Buddha untuk mengatasi kerisauan batin itu. Setiap hari mereka menyaksikan Da Ai TV. Lama-kelamaan, mereka dapat membuka pintu hati dan berubah. Melihat orang tuanya berubah, sang anak juga mulai menyaksikan Da Ai TV. Anak ini pada dasarnya juga bijaksana, Akhirnya, dia pun berubah. Kini, keluarga mereka sangat rukun. Inilah kebijaksanaan yang diperoleh berkat mendengarkan Dharma. Kini mereka sekeluarga bergabung dengan Tzu Chi.Inilah bagaimana kekuatan cinta kasih dan kebijaksanaan ajaran Buddha mengubah kondisi batin mereka. Jadi, untuk menyucikan hati manusia dan dunia ini, kita memerlukan Dharma.

Kita juga telah melihat bencana banjir di Malaysia kali ini. Air telah surut dan kegiatan pembersihan telah dijalankan. Orang-orang dari berbagai agama bekerja sama dengan harmonis dan saling berterima kasih. Mulanya mereka tidak percaya bahwa setelah membersihkan lingkungan sendiri, mereka juga mendapatkan upah. Mereka sedikit ragu, terlebih lagi Tzu Chi adalah organisasi Buddhis. Nyatanya, ajaran Buddha adalah ajaran yang penuh toleransi. “Meski saya Melayu dan kalian Tionghoa, kita harus saling menolong. Apabila seorang dari kita ada yang sakit, hendaknya kita anggap sebagai sakit bersama,” ucap Ismail Awang, pengurus masjid.

Seperti itulah. Buddha terus mengingatkan kita untuk memiliki hati yang seluas jagat raya dan mampu merangkul segala sesuatu. Kita harus bisa seperti ini, baru bisa menyucikan dunia ini. Jika hati manusia suci, barulah dunia ini bisa menjadi murni dan setiap orang dapat hidup tenteram. Melihat para warga di Malaysia sudah mulai kembali pada kehidupan normal. saya sungguh merasa terhibur. Melihat mereka dapat membuang kerisauan dan dapat kembali tersenyum, juga membuat saya turut gembira.

Baiklah, singkat kata, tiada yang tidak bisa dilakukan di dunia ini. Lihatlah, air buangan saja dapat diproses hingga kembali menjadi air bersih, terlebih lagi hati kita. Apakah sulit untuk membuatnya menjadi suci? Tentu tidak. Hati kita dapat kembali pada hakikat sejati yang murni. Jika air kotor dapat kembali menjadi air bersih, maka demikian pula dengan hati kita yang pada awalnya juga murni. Asalkan dapat membuang kotoran batin, kita pasti dapat kembali pada hakikat yang murni. Kita harus yakin akan hal ini.

 

Bencana di dunia berawal dari ulah manusia

Menghargai sumber daya alam dan melestarikan lingkungan

Membangun teladan budaya humanis dan menyebarkan Dharma

Menyucikan hati manusia demi memurnikan dunia

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 09 Januari 2015

Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -