Saling Mendukung untuk Menyalurkan Bantuan Bencana

Ini adalah kali kedua saya melakukan perjalanan di tahun ini dalam rangka Pemberkahan Akhir Tahun. Dalam perjalanan sebelumnya,saya menghabiskan waktu selama 20 hari lebih untuk melantik langsung para anggota komite, Tzu Cheng, dan komisaris kehormatan Tzu Chi dari wilayah tengah hingga selatan Taiwan.

Dalam perjalanan kali ini, tempat tujuan saya yang pertama adalah Yilan. Meski kantor kita di Yilan sangat kecil, tetapi begitu masuk ke dalam, saya melihat banyak relawan daur ulang. Para relawan daur ulang sangat mengagumkan. Di sana ada lebih dari 600 relawan daur ulang. Saat pembawa acara berkata, “Relawan yang sudah berusia 70-an,80-an, dan 90-an tahun, tolong angkat tangan,” saya melihat relawan yang mengangkat tangan tidaklah sedikit. Sungguh, kita memiliki banyak relawan lansia yang berusia 70-an, 80-an, hingga 90-an tahun.

Tadi kita juga melihat salah seorang relawan di atas panggung yang berusia lebih dari 70 tahun. Dia adalah istri seorang jenderal dan ibu dari dua dokter. Pokoknya,semua orang yang hidup di bumi ini memiliki tanggung jawab untuk melindungi bumi. Demi ketenteraman diri sendiri dan lingkungan tempat tinggal anak cucu kita. Setiap orang memiliki kewajiban untuk melindungi bumi. Meski saya berkata bahwa itu adalah kewajiban, tetapi saya juga sangat bersyukur. Berapa banyak orang yang bersedia bersumbangsih seperti itu? Tidak banyak. Namun, di Tzu Chi, kita bisa melihat banyak relawan yang bersedia bersumbangsih.

Di Tzu Chi, setiap orang memiliki kesatuan tekad untuk mengasihi dan melindungi bumi dengan cara melakukan daur ulang. Kini, pelestarian lingkungan telah menjadi isu yang sangat penting di dunia. Akibat pemanasan global, kini kondisi iklim menjadi sangat ekstrem sehingga sering terjadi bencana besar.

Pada November 2013,terjangan Topan Haiyan mengakibatkan Provinsi Leyte di Filipina,termasuk kota Tacloban, Ormoc, dan kota lainnya hampir menjadi kota mati. Untungnya, insan Tzu Chi di seluruh dunia segera bergerak untuk menggalang dana dan menghimpun kekuatan cinta kasih dari banyak orang.

Sementara itu, insan Tzu Chi di Filipina sangat sepenuh hati menyalurkan bantuan,menghibur korban bencana, dan lain-lain. Dari sini terlihat saat ada orang mengalami penderitaan,yang dibutuhkan adalah himpunan cinta kasih dari seluruh dunia. Kita membutuhkan orang yang benar-benar memiliki hati Bodhisatwa untuk membentangkan kedua tangannya guna merangkul dan menghibur makhluk yang menderita.

Insan Tzu Chi di seluruh Taiwan juga bergerak untuk mempersiapkan bahan material rumah rakitan sementara. Asalkan ada orang yang bersedia menyediakan lahan,kita bisa membangun rumah rakitan sementara di sana yang tahan selama 5 hingga 10 tahun. Setelah rumah sementara itu dibongkar, lahan tersebut masih tetap bersih dan bisa digunakan kembali.

Sama seperti rumah sementara yang kita bangun pascagempa tanggal 21 September 1999. Pascagempa itu, kita membangun banyak rumah sementara di Nantou. Kita berharap para korban gempa memiliki waktu selama 3 tahun untuk menstabilkan kembali kehidupan mereka. Setelah bekerja keras selama 3 tahun dan setelah kehidupan mereka pulih, material dari rumah sementara itu bisa kita gunakan lagi di tempat lain. Sebagian besar posko daur ulang juga dibangun dengan menggunakan bahan material dari rumah sementara tersebut. Inilah pengalaman kita pada saat itu.

Kali ini, walikota Ormoc menyediakan lahan pribadinya seluas 50 hektare kepada Tzu Chi. Di atas lahan seluas 50 hektare itu, kita bisa merakit 2.000 unit rumah sementara bagi warga setempat.

Dalam bencana banjir yang melanda Malaysia sekarang, hingga kini kita masih menyalurkan bantuan. Kini relawan kita mengatakan bahwa mungkin Malaysia  membutuhkan rumah rakitan sementara. Saya berpikir, “Untuk menyiapkan rumah rakitan sementara, kita membutuhkan waktu selama beberapa bulan. Kita harus memulai semuanya dari awal dan para anggota Tzu Cheng dan komite kita akan kembali sibuk.”

Lalu, saya menemukan satu cara. Kita sudah menyiapkan lebih dari 2.000 unit rumah rakitan sementara untuk  Filipina. Berhubung lahannya belum diratakan semua, perakitan rumah sementara dilakukan secara berangsur-angsur. Di sana masih ada lebih dari 1.000 unit rumah yang belum dirakit. Karena itu, saya meminta relawan kita berkomunikasi dengan pemerintah Filipina untuk meminjam rumah rakitan sementara. Berhubung Malaysia sangat membutuhkan rumah rakitan sementara,kita akan meminjamnya dari Filipina.

Namun, saya berharap kita tidak dikenakan pajak kustom. Kita hanya meminjamnya,kelak kita akan mengembalikannya. Kemarin, saya menerima kabar bahwa pemerintah Filipina telah menyetujuinya karena mereka tahu Tzu Chi ingin menyalurkan bantuan. Dengan membebaskan pajak kita, sesunggunya mereka juga melakukan kebaikan. Ya, ini juga merupakan hal yang baik. Jadi, kelak saat ingin mengembalikan rumah rakitan sementara ke Filipina,kita tidak akan dikenakan pajak. Tentu saja, saya juga sangat berterima kasih kepada pemerintah Malaysia.Saat kita mengirimkan barang bantuan bencana ke Malaysia, mereka membebaskan pajak kustom kita. Saya juga berterima kasih kepada Malaysia Airlines yang membantu kita mengirimkan barang bantuan secara gratis dan China Airlines yang hanya mengenakan kita setengah biaya pengiriman.

Dalam waktu dekat ini, kita akan mengirimkan kasur lipat ke sana karena banyak rumah yang lantainya basah akibat tergenang banjir. Kondisi para warga juga sungguh memprihatinkan. Intinya, ceritanya sangat panjang. Berkat kekuatan cinta kasih, kita bisa mengirimkan barang bantuan dari Taiwan ke sana. Tentu saja, insan Tzu Chi di Malaysia juga mengerahkan seluruh kekuatan mereka. Para warga di delapan negara bagian tersebut sungguh sangat menderita.Saya juga berterima kasih kepada pemerintah Filipina yang bersedia bersumbangsih dan memberi kelonggaran kepada Tzu Chi.

Bumi ini bagaikan sebuah desa cinta kasih yang setiap warganya saling membantu. Ini semua membutuhkan Bodhisatwa dunia. Setiap tahun, anggota keluarga besar Tzu Chi selalu bertambah. Saat kalian dilantik, itu berarti anggota keluarga Tzu Chi bertambah lagi. Di depan dada kalian tersemat tulisan “Hati Buddha dan Tekad Guru”. Kalian harus senantiasa ingat bahwa hati Buddha adalah hati yang penuh cinta kasih dan welas  asih. Kalian juga harus memiliki tekad Guru. Tekad saya adalah membimbing setiap orang untuk menjadi Bodhisatwa. Saya berharap setiap orang memiliki hati Bodhisatwa dan tekad Guru di dalam hati serta senantiasa melangkah maju dengan tekun dan bersemangat.

Meski membutuhkan waktu yang panjang untuk mencapai kebuddhaan, tetapi kita harus memanfaatkan setiap waktu untuk melatih diri. Di mana pun berada, kita harus membantu sesama tanpa membeda-bedakan. Saya berharap kita yang berada di Taiwan bisa menjadi teladan untuk menjalin kasih sayang yang tulus guna membawa keharmonisan bagi dunia.

Jika insan Tzu Chi di seluruh dunia dapat bersumbangsih dengan hati yang tulus, saya yakin tak hanya di Taiwan,insan Tzu Chi juga akan ada di seluruh dunia. Jika di setiap tempat ada relawan Tzu Chi, maka saat terjadi sesuatu, orang-orang yang membutuhkan bantuan akan cepat memperoleh bantuan.

Sementara itu, di tempat yang tidak ada insan Tzu Chi, saat ingin menjangkau para korban, kita membutuhkan banyak waktu baru bisa membantu mereka. Singkat kata, saya berharap di seluruh dunia ini ada insan Tzu Chi yang senantiasa menyebarkan cinta kasih.

 

Melakukan daur ulang untuk melindungi bumi 

Saling mendukung dan bekerja sama untuk menyalurkan bantuan bencana

Ketulusan jalinan kasih sayang membawa keharmonisan bagi masyarakat

Menyebarkan cinta kasih ke seluruh dunia

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 14 Januari 2015

Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -