Suara Kasih: Aktif Melakukan Daur Ulang

 

Judul Asli:

Aktif Melakukan Daur Ulang

Aktif melakukan kebajikan
Menyucikan batin manusia dan menyelaraskan empat unsur alam
Dunia ini bagaikan rumah yang terbakar, janganlah terus terjerumus
Menjadi Nüwa sang penambal langit

 

Cuaca sangat panas dan sangatlah tidak normal. Saat ini, teknologi berkembang dengan pesat. Akan tetapi, meski teknologi berkembang pesat, manusia tetap tidak bisa mengungguli alam. Karena itu, janganlah kita terlalu mengandalkan teknologi, juga jangan bersikap angkuh meski manusia  memiliki kebijaksanaan untuk mengembangkan teknologi. Sesungguhnya, kebijaksanaan pada dasarnya dimiliki oleh setiap orang. Hanya saja manusia mengubah kebijaksanaan itu menjadi sebatas pengetahuan dan kepandaian.

Di tengah kepandaian dan pengetahuan, manusia terus menciptakan banyak teknologi. Akibat pesatnya perkembangan teknologi ini, manusia terus menciptakan kerusakan bagi bumi dan terus menambah polusi. Dalam KTT Uni Eropa beberapa waktu lalu, umat manusia terus diimbau umat manusia terus diimbau untuk segera mengurangi emisi karbon dan segera mengurangi gas buang yang dihasilkan oleh kendaraan. Jika setiap orang bisa segera melakukannya, kita akan bisa meredam pemanasan global. Akan tetapi, jika manusia tidak segara sadar, maka bencana yang terjadi akan semakin parah dan semakin sering. Ini adalah bencana yang terjadi akibat ulah manusia. Jadi, janganlah kita berkata, “Dalam mengurangi emisi gas buang, peran saya seorang tidak ada artinya. Lihatlah, ada begitu banyak cerobong asap, apa bedanya jika kurang saya seorang?”Jika setiap orang memiliki pemikiran demikian, maka kita akan terus menciptakan karma buruk. Saat sepeda motor dijalankan, bukankah mengeluarkan gas buang? Kurang satu orang yang memakai sepeda motor, berarti emisi gas buang juga sedikit berkurang. Jumlah gabungan dari emisi gas buang yang dihasilkan dari banyak sepeda motor sama dengan jumlah yang dihasilkan oleh cerobong asap pabrik. Jadi, janganlah kita beranggapan bahwa tidak apa jika kurang kita seorang. Sungguh, manusia harus segera sadar.

Kali ini, saat saya berada di Kaohsiung, di antara lebih dari 2.000 relawan daur ulang, ada seorang yang sudah berusia 70-an tahun. Dia merupakan seorang pensiunan professor yang mengajarkan imunologi di Universitas Nasional Taiwan. Setelah pensiun, dia merasa bahwa kehidupan di Taipei sangatlah konsumtif. Karena itu, dia pun kembali ke Kaoshiung. Saat menjalani kehidupan di Kaoshiung, dia pun menemukan program Da Ai TV. Dia merasa bahwa filosofi pelestarian lingkungan yang saya bagikan sangatlah memiliki dasar ilmiah. Lagi pula, dia juga beranggapan bahwa manusia, alam, dan iklim sungguh memiliki hubungan yang sangat erat. Karena itu, dia pun mulai mencari posko daur ulang dan melakukan kegiatan daur ulang.

Setiap hari dia selalu mengayuh sepeda. Awalnya dia berjalan kaki. Akan tetapi, karena terpikir ucapan saya bahwa waktu sangatlah berharga, dia pun mulai mengayuh sepeda. Dia melakukan daur ulang sekitar 12 jam setiap harinya. Selain melakukan daur ulang pada siang hari, setelah pulang ke rumah, dia masih terus melakukan daur ulang pada malam hari. Mendengar dia berbagi dengan semua orang dengan begitu ilmiah, saya sungguh merasa tersentuh. Alangkah baik jika setiap orang bisa seperti profesor senior ini. Dia memiliki kebijaksanaan dan mendedikasikan seluruh hidupnya bagi umat manusia. Setelah pensiun, dia tetap memanfaatkan waktu dengan baik untuk melakukan kegiatan daur ulang. Jadi, setiap orang harus berpikir bahwa dalam berbuat baik dirinya tak boleh ketinggalan. Jika setiap orang seperti ini, bukankah dunia kita akan menjadi suci?

Dengan menyucikan batin manusia dan menyucikan kondisi iklim, bukankah empat unsur alam juga akan selaras? Jadi, janganlah kita berkata,“Tak ada bedanya kurang saya seorang.” Jika ada banyak orang bersama-sama melakukan kejahatan, bukankah berarti setiap orang di masyarakat tengah menciptakan karma buruk kolektif? Jadi, setiap orang memiliki peranan penting. Dalam berbuat baik, kita tak boleh ketinggalan. Jika setiap orang berpikir seperti ini, maka kondisi umat manusia akan lebih baik.

Tadi kita telah melihat tayangan tentang bumi bagian utara yang kondisinya sangat panas. Jadi, satu-satunya cara adalah kita harus benar-benar menyucikan batin manusia lewat pendidikan pelestarian lingkungan. Dengan demikian, barulah dapat menurunkan suhu bumi yang tengah demam. Di satu bagian, bumi tengah demam, sedangkan bagian lain mengalami suhu dingin ekstrem. Kondisi cuaca sungguh tidak selaras. Bodhisatwa sekalian, kita hendaknya mengetahui bahwa semuanya terjadi akibat ulah manusia. Gelombang panas yang terjadi Gelombang panas yang terjadi di bumi bagian utara sangatlah luar biasa.

Bukankah ini seperti yang dikatakan dalam Sutra Bunga Teratai tentang rumah yang tengah terbakar? Dalam Sutra Bunga Teratai dikisahkan Buddha berkata bahwa dunia ini bagaikan rumah yang tengah terbakar. Di sana diumpamakan ada sekelompok anak bodoh. Meski api kobaran api sudah menyebar, namun anak-anak di dalam rumah itu malah menganggapnya mengasyikkan. Karena itu, mereka tidak segera menyelamatkan diri dan tidak mengerti cara memadamkan api. Bukankah manusia masa kini sama dengan anak-anak dalam cerita ini? Mereka terus bermain api. Mengandalkan kepandaian dan pengetahuan, manusia terus mengembangkan produk baru untuk memenuhi nafsu keinginan sehingga menciptakan kerusakan bagi bumi.

Lihat, inilah ketidaktahuan manusia. Lapisan ozon telah berlubang, di manakah Nüwa sang penambal langit berada? Kita harus menjadi orang yang bisa menambal lubang tersebut. Asalkan kekuatan setiap orang terhimpun, setiap orang bisa menjadi Nüwa. Setiap orang bisa menambal lubang tersebut. Singkat kata, setiap orang harus segera sadar dan segera bertobat. Dalam era sekarang, diperlukan pemahaman atas benar dan salah. Dalam masa penuh bencana, diperlukan pembinaan welas asih agung. Jadi, harap setiap orang dapat lebih bersungguh hati. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou)

 
 
Keindahan sifat manusia terletak pada ketulusan hatinya; kemuliaan sifat manusia terletak pada kejujurannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -