Suara Kasih: Berkerja Sama dengan Harmonis

 

Judul Asli:

Bekerja Sama dengan Harmonis untuk Meneruskan Cinta Kasih

Dunia ini penuh dengan bencana
Belajar rendah hati serta menghormati langit dan bumi
Menghemat energi, mengurangi emisi karbon, dan tidak bersikap konsumtif
Bekerja sama dengan harmonis untuk meneruskan cinta kasih

 

Kondisi sekolah ini sungguh sulit dibayangkan. Bagian kanan belakang adalah ruang kelas mereka. Ruang kelas itu terlihat hanya memiliki 4 buah tiang besi dan bagian atas sebagai atapnya ialah sebuah kain yang sudah bolong, hanya bisa melindungi mereka dari sinar matahari. “Jika hujan turun, kami harus membatalkan kelas dan memulangkan para murid sebelum waktunya. Saat cuaca dingin, anak-anak menggigil kedinginan dan tak bisa belajar dengan baik. Mereka menggigil kedinginan dan berkata, ’Bu guru, tangan kami mati rasa, tidak bisa menulis.’  Jika matahari terik, mereka mencoba berlindung di bawah bayangan, tetapi tidak ada gunanya. Beberapa murid bahkan mengeluh sakit kepala karena terjemur matahari.”

Ini adalah pertama kalinya insan Tzu Chi Taiwan berangkat ke luar negeri untuk mengantarkan rumah rakitan. Saya berharap rumah rakitan yang telah melalui penelitian bertahun-tahun dapat bermanfaat di luar negeri. Saat ini, saya ingin berterima kasih kepada insan Tzu Chi di seluruh dunia yang menapaki Jalan Bodhisattva. Saya sungguh berterima kasih dan menghormati mereka dari lubuk hati terdalam. Para Bodhisattva dunia di seluruh dunia senantiasa bersumbangsih tanpa mempertimbangkan kesulitan.

Kita lihat di Zimbabwe. Awalnya, para petani di Zimbabwe sangatlah giat bercocok tanam. Akan tetapi, karena kebijakan pemerintah yang berubah, lahan para warga pun dijadikan tanah milik negara. Akan tetapi, pemerintah sendiri tidak memiliki perencanaan dan tidak berpengalaman dalam bidang pertanian sehingga terjadilah penurunan produksi pangan. Ditambah lagi, beberapa tahun ini terjadi bencana kekeringan, dan saat hujan turun malah terjadi banjir. Akibatnya, dari 12 juta jiwa populasi, terdapat lebih dari 1,6 juta orang yang kelaparan dan kehabisan bahan pangan. Penderitaan mereka sungguh tidak terhingga.

Mereka juga minum air yang tidak bersih. Anak-anak setempat juga kesulitan mengenyam pendidikan. Akan tetapi, kita telah mulai menjalankan proyek pembangunan sekolah bagi mereka. Seorang guru berkata, “Kami berterima kasih kalian telah mendirikan sekolah bagi kami. Karena jika turun hujan, kami hanya bisa pulang ke rumah. Saya sangat berterima kasih kepada kalian karena telah melakukan kontribusi besar bagi anak-anak dan kami sehingga kami memiliki lingkungan mengajar yang lebih baik. Setidaknya, murid kami tidak ditertawakan oleh murid sekolah lainnya. Murid kami ditertawakan, diolok-olok, karena mereka bersekolah di ruang terbuka. Akan tetapi, kini ada ruang kelas baru. Mereka tidak akan ditertawakan lagi.”

Lihatlah, anak-anak di Afrika sungguh menderita. Setiap orang memiliki kemampuan untuk membantu orang lain dalam kehidupan ini. Saat ini, kita tengah mensosialisasikan pola makan cukup 80 persen kenyang. Kita harus menjalani kehidupan dengan sederhana dan hemat. Jika dalam kehidupan sehari-hari kita memiliki niat membantu orang lain, maka kita akan memiliki kekuatan yang dapat diwujudkan ke dalam tindakan nyata. Melihat tempat-tempat yang penuh penderitaan, kita harus menghimpun kekuatan cinta kasih untuk disalurkan ke sana. Anak muda hendaknya berhemat. Pola makan dimana cukup hanya 80 persen kenyang dan 20 persennya disisihkan untuk membantu sesama haruslah kita praktikkan.

Kita juga harus menghemat energi dan mengurangi emisi karbon. Di Xiamen, Tiongkok, terdapat sekelompok anak yang sangat mengagumkan. Saat ini adalah liburan musim panas, banyak anak yang bepergian untuk bermain dan bersenang-senang. Akan tetapi, anak-anak yang dekat dengan insan Tzu Chi pasti memiliki pola pikir yang benar dan bisa menghargai waktu dengan baik. “Suhu bumi sekarang terus meningkat. Demi bumi ini, sedikit bekerja keras tidak apa-apa. Kami sedang bekerja keras untuk bumi agar kondisi lingkungan sekitar, kualitas air, dan cahaya mentari, kelak menjadi semakin baik. Setelah mempelajari daur ulang hari ini, saya akan mengimbau teman dan keluarga saya agar tidak membuang sampah sembarangan,” ujar salah seorang relawan Tzu Ching.

Kita harus memilah dan mendaur ulang sampah. Jika tidak, bumi kita sungguh akan terluka parah. Sekelompok anak ini mengerahkan tenaga untuk bersumbangsih bagi bumi. Mereka sungguh memiliki arah yang benar. Mereka adalah anak-anak yang penuh berkah. Kita harus membimbing mereka agar berjalan ke arah yang benar sehingga mereka bisa turut membantu orang yang menderita.

Sungguh, dunia ini penuh dengan bencana. Kita tidak pernah tahu kapan bencana akan terjadi. Kita juga melihat perkiraan cuaca yang melaporkan tentang Topan Saola yang berada di ujung selatan Taiwan kecepatannya kini mulai melambat, tetapi kekuatannnya terus bertambah dan cenderung mengarah ke Taiwan. Karena itu, kita harus benar-benar mawas diri dan berhati tulus. Kita juga melihat hujan lebat di Beijing beberapa hari lalu. Demi membantu korban bencana, insan Tzu Chi setempat harus menyurvei lokasi terlebih dahulu. Di sana, mereka dapat melihat banyak rumah yang ambruk. Kita harus mengumpulkan barang bantuan dari Sichuan. Insan Tzu Chi dari Suzhou, Kunshan, dan Shanghai juga bergerak untuk membantu.

Mereka mengumpulkan barang-barang kebutuhan. Mereka mengumpulkan barang-barang kebutuhan untuk dikirimkan ke Beijing dan dikemas menjadi paket bantuan. Beberapa hari ini, insan Tzu Chi di Tiongkok sungguh telah bekerja keras. Mereka memiliki satu pikiran, yaitu cinta kasih. Demikian pula dengan pengusaha Taiwan di Tiongkok. Ting Hsing International Group dan RT Mart, semuanya bersedia mengantarkan barang bantuan ke lokasi bencana. Ini sungguh menyentuh. Selain itu, beberapa perusahaan penerbangan juga membantu kita mengantarkan selimut, nasi instan, paket kebutuhan sehai-hari, dll dari Taiwan.

Dunia membutuhkan cinta kasih. Di mana pun bencana terjadi, jika setiap orang di seluruh dunia bisa terinspirasi untuk turut membantu, maka orang yang tertimpa bencana akan lebih cepat terbebas dari penderitaan dan memperoleh ketenangan fisik dan batin. Inilah yang harus kita syukuri. Jadi, saat ini, saya sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi di seluruh dunia. Setiap orang di berbagai negera bisa bersumbangsih bagi mereka yang membutuhkan. Baik negara makmur maupun lingkungan indah, saat dilanda bencana, mereka juga memerlukan insan Tzu Chi. Contohnya Irlandia. Pada banjir dahsyat akhir bulan Juni lalu, insan Tzu Chi juga pergi menyalurkan bantuan. Insan Tzu Chi ada di mana-mana. Saat ini, mereka masih terus mencurahkan perhatian. Mereka telah dua kali ke sana. Kali ini merupakan kali ketiga.

Singkat kata, dunia ini penuh dengan bencana. Kita harus mawas diri dan berhati tulus. Janganlah kita berfoya-foya dan konsumtif. Melihat bencana yang menggemparkan dunia, kita harus sadar dan mengambil pelajaran. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou)

 
 
Tanamkan rasa syukur pada anak-anak sejak kecil, setelah dewasa ia akan tahu bersumbangsih bagi masyarakat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -