Suara Kasih: Bersemangat Menyebarkan Benih Cinta Kasih

 

 

 

Judul Asli:

Tekun dan Bersemangat untuk Menyebarkan Benih Cinta Kasih

Banyak warga Suriah kehilangan tempat tinggalakibat perang saudara
Insan Tzu Chi Yordania tidak tega meninggalkanpara pengungsi asal Suriah
Tekun dan bersemangat untuk menyebarkanbenih cinta kasih
Membabarkan Dharma ke negara tetangga

Para pengungsi Suriah sungguh menderita akibat perang saudara di negara mereka. Saya sering teringat pada sekelompok besar pengungsi itu. Negara mereka telah rusak parah. Pikiran segelintir orang yang tidak selaras telah mendatangkan penderitaan bagi banyak orang. Banyak warga yang terluka, menderita, sakit, dan mungkin terpisah dari orang yang mereka kasihi selamanya. Pengungsi yang beruntung berhasil mengungsikan diri ke Yordania. Jumlah pengungsi yang bisa menerima bantuan dan perhatian dari insan Tzu Chi termasuk sedikit. Bulan lalu, Ji Hui kembali ke Taiwan dan memberi tahu saya bahwa ada sebuah organisasi amal setempat yang terus membantu para pengungsi Suriah. Akan tetapi, akibat keterbatasan dana, bantuan mereka telah berhenti selama hampir 4 bulan. Sebuah klinik setempat juga telah berhenti menyediakan makanan bergizi bagi pengungsi yang sakit.

Karenanya, insan Tzu Chi membeli bantuan susu bubuk sesuai dengan kebutuhan pengungsi. Susu bubuk untuk lansia, orang sakit, dan anak-anak adalah berbeda. Insan Tzu Chi di Yordania membeli barang bantuan untuk membantu memperbaiki gizi sekelompok pengungsi. Lihatlah seorang bayi yang baru terlahir ke dunia sudah harus menghadapi kondisi negara yang rusak parah. Begitu terlahir ke dunia, dia sudah harus menjadi pengungsi. Insan Tzu Chi Yordania sungguh mengemban tanggung jawab yang berat. Saya sungguh berterima kasihke pada Ji Hui dan keluarganya yang terus berada di Yordania. Mereka tidak tega meninggalkan Yordania. Mereka bertekad untuk terus berada di sana guna membantu orang yang menderita. Mereka sungguh adalah Bodhisatwa dunia. Mereka bisa saja memilih untuk kembali ke Taiwan, namun mereka merasa tidak tega. Mereka juga menginspirasi warga setempat untuk menumbuhkan hati penuh welas asih. Kini, perlahan-lahan, banyak warga setempat yang mulai terinspirasi untuk menapaki jalan Bodhi dan terjun ke tengah masyarakat untuk membantu. Ini semua membutuhkan bimbingan.

Kemarin, saat rapat tahunan, saya mendengar laporan dari insan Tzu Chi Afrika Selatan. Kita dapat melihat para relawan suku Zuludi, Afrika Selatan. Mereka adalah Bodhisatwa berkulit hitam yang penuh dengan cinta kasih. Sesungguhnya, kehidupan mereka sendiri juga sangat kekurangan, tetapi cinta kasih mereka sungguh sangat berlimpah. Selain sangat mengasihi diri sendiri, mereka juga memiliki cinta kasih yang sangat berlimpah untuk mengasihi orang lain. Kita semua harus mengasihi diri sendiri. Orang yang bisa mengasihi diri sendiri barulah memiliki cinta kasih yang berlimpah untuk mengasihi semua orang di dunia.

Mereka mengetahui bahwa membantu orang lain adalah hal yang sangat membahagiakan. Karena itu, mereka ingin berbahagia setiap hari. Mereka tidak ingin kondisi hidup yang serba kekurangan membatasi langkah mereka. Selain mengasihi diri sendiri, mereka juga memiliki cinta kasih yang berlimpah untuk memperhatikan semua orang di dunia. Mereka merasa sangat bahagia karena bisa membantu orang lain. Inilah yang dilakukan oleh insan Tzu Chi di Afrika Selatan.

Berikutnya adalah Lesotho. Meijuan mengemban misi Tzu Chi di Lesotho. Dia juga sangat bersungguh hati dalam membimbing para warga setempat. Kini, dia telah berhasil menginspirasi sekelompok besar Bodhisatwa dunia yang sangat penuh cinta kasih. Salah satu di antaranya adalah seorang kepala sekolah TK. Setelah mendalami Tzu Chi, dia mulai mengajar dengan menggunakan Kata Perenungan Jing Si. Dia sangat mengasihi anak-anak. Dia menerima siswa dari keluarga tidak mampu serta menyediakan makanan bergizi kepada mereka. Bagaimana cara dia menjalankan sekolah itu? Dia meneladani prinsip hidup kemandirian di Griya Jing Si. Dia membuat kerajinan tangan. Lihatlah sepatu bayinya begitu cantik. Dia menjual kerajinan tangan untuk mendukung biaya kebutuhan sekolah. Meski tidak tega melihatnya, namun saya juga merasa sangat gembira. Dia bekerja keras demi memberikan pendidikan kepada anak-anak. Meski harus bekerja keras, namun jiwa kebijaksanaannya telah bertumbuh dan dia telah membuka sebuah Jalan Bodhisatwa.

Ada pula laporan dari insan Tzu Chi Mozambik. Jalinan jodoh Dai-lin sangatlah istimewa. Dia adalah wanita Taiwan yang menikah dengan pria Mozambik. Dia menggunakan semangat Tzu Chi dan Kata Perenungan Jing Si untuk membimbing warga setempat. Di sebuah desa di sana, ada seorang wanita yang memiliki kepribadian yang buruk. Seluruh warga desa mengucilkannya. Bahkan orang tua dan saudara-saudaranya juga meninggalkannya. Akan tetapi, kini wanita itu sudah berubah. Kini dia telah menjadi Bodhisatwa di desa itu.

Dia juga telah pulang ke rumah untuk meminta maaf pada keluarganya, sekaligus mengajak saudaranya untuk bergabung dengan Tzu Chi. Insan Tzu Chi juga terus bekerja keras untuk membantu warga di Swaziland. Insan Tzu Chi Afrika Selatan terus berangkat ke Swaziland untuk membimbing warga setempat. Hanya saja, mereka belum menemukan benih Tzu Chi yang bisa mengemban tanggung jawab. Meski demikian, mereka masih terus berusaha untuk mencari benih tersebut.

Kita juga mendengar laporan dari insan Tzu Chi Zimbabwe. Relawan Zhu pernah mendapati beberapa anak di sana mati karena kelaparan. Kehidupan warga di sana sungguh sulit. Karena itu, dia bertekad untuk menyediakan makan siang bagi siswa setempat. Inilah semangat Bodhisatwa dunia. Bodhisatwa tidak tega melihat penderitaan makhluk hidup lain. Kita sungguh bisa melihat sekelompok besar Bodhisatwa di Afrika Selatan terjun ke tempat yang penuh penderitaan untuk memberikan bantuan. Bukankah tekad luhur mereka ini sama seperti tekad Bodhisatwa Ksitigarbha? Kita juga mendengar laporan dari insan Tzu Chi Kanada dan Australia. Mereka memperoleh banyak kesan dari sumbangsih mereka. Selain itu, insan Tzu Chi di Kanada memperoleh banyak penghargaan dari pemerintah setempat. Ini menunjukkan bahwa insan Tzu Chi di Kanada sangat diakui dan dipercayai. Ini semua tercapai berkat praktik nyata.

Bodhisatwa sekalian, kita harus mengasihi diri sendiri. Mengasihi orang lain memberikan kita kebahagiaan terbesar, juga mendatangkan kedamaian terbesar bagi kita. Kekuatan cinta kasih sangatlah besar. Jadi, dalam mempraktikkan mazhab Tzu Chi, kita harus giat mempelajari Dharma yang tak terhingga. Ini karena saat berada di tengah masyarakat, kita bisa mempelajari berbagai metode Dharma. Bagaimana caranya? Lebih seringlah menonton Da Ai TV dan lebih banyak mendengar kisah insan Tzu Chi. Mereka semua adalah metode Dharma yang mengajarkan kita bagaimana cara membimbing orang berada untuk mendalami Dharma dan bagaimana cara menginspirasi orang kurang mampu untuk bersumbangsih. Meski ada orang berkata bahwa sulit bagi orang kurang mampu untuk bersumbangsih, tetapi kita telah melihat banyak orang kurang mampu ataupun Bodhisatwa berkulit hitam yang juga menyisihkan koin ke celengan bambu untuk membantu orang yang membutuhkan. Singkat kata, asalkan ada niat, tiada hal di dunia yang bisa merintangi dan menghalangi cinta kasih kita. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 
Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -