Suara Kasih: Bertobat dan Berhenti Menciptakan Karma Membunuh

 

 

Judul Asli:

Bertobat dan Berhenti Menciptakan Karma Membunuh

Kegelapan batin memicu terjadinya bencana
Seorang anak kecil meninggal dunia akibat terjangkit flu burung
Bertobat dan berhenti menciptakan karma membunuh
Welas asih adalah obat mujarab untuk menyelamatkan dunia

Banyak hal terjadi akibat akumulasi dalam jangka waktu yang panjang. Pikiran manusia yang terus bergejolak mendatangkan banyak bencana bagi dunia. Karena itu, setiap orang hendaknya menjaga hati dan berintrospeksi diri. Kehidupan manusia sangat singkat, hanya puluhan tahun lamanya. Selain itu, kita juga tidak tahu kapan ketidakkekalan akan terjadi. Ditambah lagi, karma kolektif manusia memicu terjadinya bencana akibat ulah manusia dan bencana alam. Semua bencana itu mendatangkan kerusakan yang parah sehingga kehidupan manusia yang singkat ini menjadi semakin tidak kekal dan semakin menderita. Ini semua akibat kegelapan batin manusia. Kegelapan batin bersumber dari ketamakan. Semua itu bermula dari ketamakan. Saat ketamakan terbangkitkan, ia akan menjadi nafsu keinginan yang kuat sehingga mendorong manusia untuk mengejar segala hal yang mereka inginkan, seperti reputasi, kedudukan, kekuasaan, dan kekuatan untuk menaklukkan dunia. Nafsu keinginan yang sangat kuat ini menjadi sumber terjadinya berbagai peperangan dan konflik. Ini sungguh mengkhawatirkan. Ada orang yang tak hanya melakukan perbuatan buruk sendiri, namun juga mengajak orang lain untuk melakukannya bersama-sama. Ada pula orang yang turut bergembira saat melihat orang lain melakukan perbuatan buruk.

Kemarin, saya melihat sebuah laporan berita tentang seorang nenek di Vietnam yang menyembelih ayam. Seorang anak berusia 4 tahun yang berdiri di belakang sang nenek melihat nenek menyembelih ayam, merasa sangat gembira hingga bertepuk tangan. Entah kenapa, pada keesokan harinya, anak itu mulai tidak enak badan dan jatuh sakit. Saat berobat ke dokter, ternyata anak itu terjangkit flu burung H5N1. Akibatnya, anak itu meninggal dunia. Inilah sikap turut bergembira saat melihat orang melakukan perbuatan buruk. Orang-orang masa kini tidak hanya sekadar melakukan perbuatan buruk sendiri, namun juga mengajak orang lain ikut serta.

Ada pula orang yang mengikuti orang lain melakukan perbuatan buruk, alih-alih memikirkan cara untuk menghentikan mereka. Ini semua menyebabkan terciptanya banyak karma buruk. Singkat kata, banyak orang tak bisa membedakan yang benar dan salah. Dalam era sekarang, kita harus bisa membedakan yang benar dan salah. Dalam masa penuh bencana, setiap orang sungguh harus membina welas asih agung.

Dalam era penuh kegelapan batin dan pergolakan ini, kita harus lebih membangkitkan kebijaksanaan. Di tengah masa penuh kegelapan batin ini, jika setiap orang kehilangan kebijaksanaan, maka ketertiban dalam masyarakat akan tidak terkontrol. Jika ketertiban masyarakat menjadi kacau, konsekuensinya sungguh tak terbayangkan. Karena itu, dalam era penuh kekacauan, sungguh diperlukan pertobatan besar. Jika manusia masih tidak tahu bertobat, akibatnya sungguh mengkhawatirkan. Pada kehidupan di masa sekarang ini, setiap orang di negara mana pun berada sungguh harus membina cinta kasih dan welas asih agung. Kini, bumi dan pikiran manusia telah terjangkit penyakit. Penyakit ini adalah penyakit yang serius. Bagaimana cara kita mengobati penyakit yang sangat serius ini? Dengan hati penuh welas asih. Hanya obat mujarab inilah yang bisa menstabilkan pikiran manusia dan kondisi di dunia. Kita juga melihat di Malaysia, sekelompok pengungsi asal Myanmar bersama-sama membuat celengan bambu demi membantu para korban Badai Sandy di Pesisir Timur Amerika Serikat.

Anggota Tzu Ching Malaysia mengajak mereka untuk membangkitkan cinta kasih. Biasanya, insan Tzu Chi selalu mencurahkan cinta kasih bagi mereka yang mengungsi ke Malaysia karena konflik. Kita juga melihat para anggota Tzu Ching yang sangat mengagumkan di Malaysia. Demi mempersiapkan pementasan adaptasi Sutra Bakti Seorang Anak yang akan digelar pada bulan Oktober, kini mereka mulai mengadakan pertemuan untuk mengajak orang berpartisipasi. Seorang pemilik toko rotiyang sangat mendukung Tzu Ching membuat kue kering demi menjalin jodoh baik dengan banyak orang. Kami sungguh berterima kasih. Setelah mengetahui ini adalah acara Tzu Chi, Bapak You sangat mendukung kami.

Dia bahkan memberikan kami 100 kue kering secara gratis. Kita juga melihat insan Tzu Chi Amerika Serikat yang juga sangat mengagumkan. Pada tanggal 16 April nanti, mereka akan mementaskan semangat Mahabhiksu Jian Zhen dengan membentuk formasi perahu Dharma. Lihatlah, mereka telah mulai berlatih dengan giat. Demi berbagi dengan banyak orang bahwa berbuat baik dan berbakti adalah dua hal yang tak bisa ditunda, demi menyebarkan kebajikan dan semangat Dharma, mereka semua sangat bersungguh hati.

Kerja sama yang harmonis di antara mereka sungguh menampilkan keindahan. Mereka sungguh berlatih dengan giat demi mewujudkan pementasan yang indah. Semoga setiap orang bisa membangkitkan kebajikan dalam dirinya. Belakangan ini, seiring meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea dan ditambah dengan mewabahnya flu burung H7N9, kita semua harus meningkatkan kewaspadaan. Akibat wabah flu burung, banyak unggas yang dimusnahkan. Suatu saat nanti, kita akan menerima konsekuensinya. Jika kita tidak mengasihi bumi pertiwi, suatu saat ia juga akan berbalik menyerang kita. Kehidupan manusia sangat singkat dan penuh penderitaan. Ditambah lagi, unsur kesengajaan manusia dalam menciptakan bencana membuat bumi ini semakin rentan dan rapuh. Kita semua harus kembali pada prinsip dasar sebagai manusia. Kita harus meningkatkan nilai-nilai moralitas. Kondisi alam dan pikiran manusia masa kini sudah tidak selaras, hanya hati penuh welas asih yang bisa mengobatinya. Singkat kata, setiap orang hendaknya saling membimbing dan berinisiatif untuk menunaikan kewajiban masing-masing agar bisa menciptakan kedamaian bagi dunia. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 
Cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, malah sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -