Suara Kasih: Bulan yang Penuh Kehangatan

 

Judul Asli:

 

Bulan Mei yang Penuh Kehangatan dan Cinta Kasih

 

Bulan Mei penuh dengan kehangatan dan cinta kasih
Membersihkan kaki orang tua dan menyuguhkan teh bagi mereka
Menyelami makna kebajikan dan berbakti
Menyumbangkan rambut untuk menolong orang lain tanpa  penyesalan

Puluhan ribu orang memandikan Buddha Rupang demi menghimpun berkah. Kita bisa melihat insan Tzu Chi di seluruh dunia sangat bersungguh hati. Mereka mensosialisasikan makna dari upacara Waisak dan Hari Ibu di setiap komunitas  sebelum upacara dilangsungkan. Kita dapat melihat insan Tzu Chi di Malaysia terjun ke lingkungan sekolah untuk berbagi kisah tentang kerja keras orang tua.

Insan Tzu Chi menunjukkan banyak tayangan video agar anak-anak dapat melihat masih ada banyak anak yang hidup kekurangan dan menjalani kehidupan yang penuh kesulitan. Ini semua bertujuan agar anak-anak bisa memahami bahwa ada orang yang tumbuh dewasa  di tengah kondisi yang sulit. Dengan demikian, anak-anak akan bisa berterima kasih kepada orang tua dan membalas budi luhur mereka.

Cara untuk membalas budi luhur orang tua  adalah dengan berbakti. Rasa bakti harus diwujudkan melalui tindakan nyata. Selain mengimbau lewat kata-kata, para relawan juga mengadakan sebuah kegiatan agar anak-anak bisa merasakannya sendiri. Inilah yang dilakukan oleh insan Tzu Chi di luar negeri. Insan Tzu Chi di Taiwan juga demikian. Selama beberapa tahun ini,  para insan Tzu Chi di Taiwan sering terjun ke sekolah-sekolah. Para guru menggunakan kebijaksanaannya agar memiliki etika dalam kehidupan sehari-hari untuk membimbing anak-anak. Ini adalah pendidikan yang penuh harapan. Terutama pada saat seperti ini setiap tahunnya, para insan Tzu Chi akan memanfaatkan momen ini untuk menggalakkan pendidikan moral ini.

Lihatlah, meski anak-anak masih kecil, mereka dapat mematuhi etika,  peraturan, dan tata krama, serta memahami cara untuk berbakti dengan menyuguhkan teh bagi orang tua mereka. Ini bukan hanya sebuah upacara. Sesungguhnya, kita tengah membimbing anak-anak agar di rumah mereka tidak terus mengharapkan orang tua yang menyediakan minuman bagi mereka. Anak-anak harus memahami apakah ayah mereka haus atau tidak. Mereka harus menyuguhkan teh bagi sang ayah serta tahu cara membalas budi luhur orang tua dalam kehidupan sehari-hari. Singkat kata, anak-anak masa kini adakalanya terlalu dimanja. Saking manjanya, anak-anak menganggap segala sesuatu yang diberikan oleh orang tua adalah sudah sepatutnya. Ini tidak benar.

Saat anak-anak telah bersekolah, kita harus membimbing mereka untuk memahami etika dalam keluarga dan mengungkapkan rasa terima kasih terhadap orang tua. ”Ibu, saya sayang Ibu,” kata seorang anak pada ibunya. ”Ibu juga sayang kamu,” jawab sang ibu. ”Nenek, saya sayang Nenek,” kata seorang anak kecil. Inilah yang terus kita sosialisasikan hingga saat ini agar anak-anak dapat turut merasakan bahwa sejak mereka lahir.

 

Orang tua telah menyokong kehidupan mereka, mulai dari mengganti popok, memandikan, memberi makan, dan lain-lain. Orang tua kita memberi tahu anak-anak  bagaimana membesarkan mereka dari kecil hingga dewasa. Kini giliran anak-anak yang harus segera memeluk  serta mencuci kaki ayah dan ibu mereka. Selain mencuci, anak-anak juga membantu  orang tuanya mengenakan kaus kaki. “Saya merasa kehidupan saya sangat beruntung. Saya sungguh tersentuh. Saya berterima kasih  kepada sekolah yang mengadakan acara ini sehingga anak-anak dapat merasakan perasaan orang tua dan bisa belajar untuk bersyukur,” kata seorang ibu.

Sebagai orang tua, kita juga harus membalas budi orang tua kita. Lihat, inilah pendidikan yang sangat indah. Insan Tzu Chi membimbing anak-anak. Kini, banyak pihak menyatakan bahwa ilmu pengetahuan membutuhkan praktikum. Pendidikan moral juga membutuhkan praktikum agar anak-anak dapat memahami  kerja keras orang tua mereka. Selain itu, kita juga harus membangkitkan cinta kasih anak-anak dan membimbing mereka menghargai sumber daya.

Insan Tzu Chi terjun ke sekolah-sekolah untuk berbagi konsep pelestarian lingkungan agar anak-anak dapat memahami bahwa setiap benda materi tidak datang dengan mudah. untuk menghemat energi Kita harus membimbing mereka dan mengurangi emisi karbon. Selain itu, kita juga harus berbagi  Ini bertujuan agar anak-anak memahami kebenaran bahwa kelangsungan bumi berkaitan erat dengan kehidupan manusia. Kita harus senantiasa bersyukur. Kita harus mengetahui bahwa pemahaman tentang kebenaran ini datang dari ajaran yang dibabarkan oleh Buddha.

Kita harus mulai memperkenalkan kepada anak-anak  bahwa di dunia ini ada banyak orang suci yang datang membabarkan kebenaran, apa pun agamanya. Agama Katolik dan Kristen Protestan setiap tahun pasti akan merayakan Natal. Tentu saja, dalam agama Buddha, setiap tahun kita juga merayakan Waisak. Kita berbagi agar anak-anak memahami bahwa  pada bulan Mei ini, ada momen yang luar biasa.

Insan Tzu Chi sangat bersungguh hati mendedikasikan waktu dan tenaga untuk turun ke berbagai tempat guna mengadakan sosialisasi tentang upacara Waisak. Karenanya, kini banyak orang yang tahu bahwa hari Minggu kedua di bulan Mei adalah Hari Tzu Chi Sedunia. Demi berterima kasih kepada insan Tzu Chi, mereka bersedia mengikuti upacara Waisak.

Kita dapat melihat sebuah SMA. Kepala sekolah dan para guru sangat berharap upacara Waisak dapat digelar di sekolah. Karena itu, mereka juga mengimbau para murid untuk berpartisipasi  dalam upacara pemandian Buddha Rupang. Kita dapat melihat para murid menjalani latihan dengan penuh ketulusan berulang kali hingga barisan menjadi sangat rapi dan batin mereka dapat tenang. Tak hanya batin satu orang yang harus tenang, tetapi batin setiap orang haruslah tenang. Selain tenang, mereka juga harus saling memerhatikan agar gerakan mereka dapat serempak. Inilah arah misi pendidikan Tzu Chi.

Kita juga melihat seorang anak kecil yang montok dan sangat cantik. Dia memiliki hati yang penuh cinta kasih dan tidak melekat. Saat melihat anak kecil yang menderita kanker dan rambutnya rontok setelah menjalani kemoterapi, dia pun bertekad untuk menyumbangkan rambutnya yang panjang. “Apa yang kamu lakukan setelah mengguntingnya?” tanya relawan Tzu Chi. “Saya ingin menyumbangkannya,” jawab anak tersebut. “Buat siapa?” “Untuk anak kecil yang sakit. Saya berharap mereka senang dan bisa bermain di luar seperti yang saya lakukan,” jawab anak kecil itu. Inilah hati anak-anak yang murni dan polos, memahami prinsip kebenaran dan rela bersumbangsih dengan penuh cinta kasih. Ada banyak kisah yang menyentuh.

Kita juga dapat melihat  siaran berita di Da Ai TV.  Pada 6 Mei lalu, cuaca di Taipei sangat panas.  Akan tetapi, banyak orang mulai menjalani latihan demi menampilkan nilai kebenaran, kebajikan,  dan keindahan ajaran Buddha. Dalam memperingati Hari Ibu, kita harus berdoa dengan hati yang paling tulus untuk kesejahteraan orang tua kita. Pada tanggal 13 Mei nanti, kita juga akan memperingati Hari Kelahiran Buddha, dan Ulang Tahun ke-46 Tzu Chi. Ini merupakan sebuah hari yang sakral. Jadi, kita harus berdoa dengan hati yang tulus. Semoga di hari itu cuaca bersahabat. Pada hari itu, insan Tzu Chi di seluruh dunia akan berterima kasih atas budi luhur orang tua, budi luhur Buddha, dan budi luhur semua makhluk. Pada saat ini setiap tahunnya, para insan Tzu Chi di banyak negara sedang menyebarkan kebajikan, cinta kasih, dan rasa bakti. Ini sungguh membuat orang tersentuh. Diterjemahkan oleh: Lourencia Lou.

 
 
This page
is safe
Bitdefender Internet Security 2012
Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -