Suara Kasih: Cinta Kasih Universal di RS Tzu Chi Dalin

 

 

Judul Asli:

Cinta Kasih Universal di RS Tzu Chi Dalin

Menganggap pasien bagai guru kita dan senantiasa bersyukur kepada mereka
Seorang dokter India menempuh perjalanan jauh demi belajar dari dokter humanis
Bertekad menyelamatkan kehidupan dan membangun teladan
Para perawat RS Tzu Chi mengembangkan cinta kasih universal

Pementasan perahu Dharma oleh anak-anak telah membuat kita tersenyum. Setiap orang di sini sungguh memiliki kesatuan hati. Saya telah melihat kontribusi kalian semua yang penuh dengan cinta kasih. Pasca tulangnya masih mengalami dislokasi. Karena itu, kami harus kembali menjalankan operasi. Saya bertanya padanya, “Mengapa kamu masih mengizinkan kami menjalankan operasi untukmu?” Dia menjawab, “Ini adalah takdir saya.” “Tidak ada hubungan dengan operasi.” Saat mendengar jawabannya, saya berusaha keras menahan air mata. Dia sudah menderita rasa sakit yang luar biasa, tetapi hatinya masih begitu damai. Jika kasus ini terjadi di rumah sakit lain, mungkin pasien akan menggugat dokter. Ini mungkin akan menjadi mimpi buruk bagi pasien. Bagi saya, ini menjadi pukulan yang berat. Akan tetapi, saya dan pasien itu seperti teman baik atau seperti kakak adik yang saling memerhatikan.

Mendengar kisah dr. Hsieh, saya sungguh tersentuh oleh keberanian yang dia miliki. Lihatlah pasien yang terus tersiksa akibat penyakit. dr. Hsieh menjalankan operasi untuknya berkali-kali, tetapi sang pasien tidak menyalahkannya karena dia tahu bahwa yang bermasalah adalah kondisi tubuhnya sendiri. dr. Hsieh sangat bersungguh hati. Yang terpenting adalah dia memiliki cinta kasih.

Saya sering mengulas tentang “cinta kasih penuh kesadaran”. Pasien tersebut juga berhati lapang dan berpikiran murni. Dia memahami bahwa masalah muncul karena kondisi tubuhnya sendiri. Saya yakin dia menyaksikan Da Ai TV dan mendengar ceramah saya. Segala sesuatu berkaitan dengan jalinan jodoh. Karena itu, dia bisa menerimanya dengan lapang dada. Inilah sikap penuh pengertian dan toleransi. dr. Hsieh sendiri juga sangat bersyukur. Kita semua hendaknya memiliki sikap penuh pengertian, bertoleransi, bersyukur, dan tahu berpuas diri. Akan tetapi, kita jangan pernah merasa puas dengan keterampilan medis yang telah dimiliki.

Setiap orang hendaknya terus berusaha untuk mengembangkan keterampilan. Untuk itu, kita semua harus bersungguh hati. Sungguh, saya bisa melihat setiap staf mendedikasikan diri sepenuh hati demi Rumah Sakit Tzu Chi Dalin. Tadi, gubernur berkata bahwa populasi manusia di sini hanya sekitar 30.000 orang lebih. Akan tetapi, banyak warga Pingtung yang menderita sakit, dan setelah menjalani pengobatan di rumah sakit lain, lalu datang ke RS Tzu Chi Dalin untuk menerima pengobatan. Saya sungguh bisa melihat cinta kasih kalian terhadap pasien.

Terlebih lagi, tadi saya mendengar bahwa suatu hari, saat terjadi topan dan hari sudah malam, pasien yang datang berobat tidak bisa pulang karena sudah tidak ada alat transportasi. Melihat itu, perawat Tzu Chi menawarkan bantuan. Para perawat sungguh bagaikan Bodhisatwa Avalokitesvara yang mengulurkan tangan bagi semua orang yang membutuhkan. Mereka mengendarai mobil dan menerjang hujan deras demi mengantar sepasang ibu dan anak pulang ke rumah. Ini semua sungguh membuat orang tersentuh. Inilah cinta kasih universal yang sangat tulus dan tanpa pamrih. Ini semua sungguh menyentuh. Kalian semua menganggap RS Tzu Chi Dalin bagai rumah sendiri. Kalian menganggap pasien sebagai guru kalian, juga menganggap pasien bagai keluarga sendiri. Saya sungguh tersentuh. Meski jumlah penduduk di sini tidak banyak, tetapi banyak orang dari wilayah lain yang memerlukan pelayanan medis kita. Ini sungguh tidak mudah.

Bahkan dokter dari India juga rela menempuh perjalanan jauh demi memperoleh bimbingan dari dr. Lyu. Setelah mendengar keterampilan dr. Lyu, mereka datang untuk belajar. Meski jumlah penduduk di sini hanya 30.000 orang lebih, tetapi kita telah membangun keteladanan bagi pelayanan medis di seluruh Taiwan, bahkan lebih dari itu. Beberapa hari lalu, saya berkata bahwa kita harus meningkatkan keteladanan kita hingga bertaraf internasional. Sungguh, kita harus menjadi teladan bagi dunia medis internasional. Tadi, begitu masuk ke sini, saya melihat penghargaan “Outstanding Fulfillment of WHO HPH Standards”. Untuk memperoleh penghargaan ini, kita harus melewati penilaian dari para juri di berbagai negara. dari para juri di berbagai negara. dari para juri di berbagai negara. Penghargaan ini baru pertama kali dikeluarkan di seluruh dunia. Karena itu, kami semua merasa bangga dengan RS Tzu Chi Dalin. Saya sungguh berterima kasih. Tentu saja, saya juga berterima kasih kepada dr. Lindan, dr. Chienserta Kepala Rumah Sakit, Lai. Terlebih lagi, saya berterima kasih kepada seluruh staf rumah sakit yang telah mendedikasikan diri dengan penuh cinta kasih.  

“Saya mendengar Master terus mengimbau setiap orang untuk membantu para korban Badai Sandy. Untuk itu, kita membutuhkan banyak materi dan dana. Pertama-tama, saya harus memasang tampang manis dan sedikit memelas, lalu berkata kepada orang-orang, ’Bolehkah saya menggalang kekuatan dan cinta kasih kalian?’ Mereka akan menjawab, ’Untuk apa?’ Saya akan berkata, ‘Besar atau kecilnya donasi kalian akan tetap saya hargai.’ Dengan menggunakan slogan ini, setiap staf di departemen kami berusaha keras untuk menggalang dana.

Meski hasil penggalangan dana kami tidak banyak, tetapi kami berhasil menggalang hati 40 orang lebih. Kami membaca Kata Perenungan Jing Si. Di dalam departemen kami, setiap hari, kami selalu menarik Kata Perenungan Jing Si. Seorang dokter tidak percaya bahwa Kata Perenungan Jing Si bisa begitu tepat, karenanya dia ingin mencobanya sendiri. Saat kami sedang menggalang dana, dia mendapat sebuah Kata Perenungan Jing Si yang berbunyi, “Sumbangsih yang berharga terletak pada hati yang tulus”. Lalu, kami semua bersorak, “Bagus sekali.” Dokter itu pun mengeluarkan dompetnya untuk berdana. Saat anak magang melihat kami sedang menggalang dana, mereka berkata, “Kakak, kami tidak memiliki banyak uang.” “Bolehkah kami mendonasikan kupon makan?” Saya berkata, “Boleh. Saya akan menukar kupon makan kalian dengan uang tunai, lalu mendonasikannya. Saya sangat bersyukur atas kebijaksanaan guru dan cinta kasih yang dimiliki anak-anak magang. Saat berada di Klinik Tzu Chi Douliu, Ya-ping menelepon saya dan bertanya, “Selain staf, apakah keluarga juga boleh ikut berdana?” Saya berkata, “Boleh.” Akhirnya, dia sungguh menggalang banyak dana. Saya sungguh berterima kasih. Saya telah melihat partisipasi kalian dalam membantu para korban Badai Sandy. Para perawat Rumah Sakit Tzu Chi sungguh membuat saya merasa percaya diri,” cerita seorang perawat.

Saya juga ingin berbagi bahwa dua hari lalu, saat berkunjung ke kantor Tzu Chi Dounan, saya melihat guci koin yang sangat besar di depan pintu masuk. Dalam waktu dua hari, guci koin yang sangat besar itu sudah terisi penuh. Setiap orang telah menciptakan pahala yang tak terhingga. Sungguh,banyak sekali hal yang patut saya syukuri. Kali ini, Kepala Rumah Sakit Tzu Chi Taichung, dr. Chien, berkata kepada insan Tzu Chi bahwa harapan beliau adalah setiap kali mengungkit RS Tzu Chi Taichung, saya bisa tersenyum bahagia. Bagaimana dengan kalian? Apakah kalian bisa memberi saya keyakinan dan membuat saya merasa tenang? (Ya) Baiklah. Ini sudah membuat saya merasa gembira. Setiap hari saya akan merasa gembira dan tidak mengkhawatirkan Rumah Sakit Tzu Chi Dalin. Semoga setiap orang bisa melindungi kesehatan pasien dengan penuh cinta kasih. Jumlah penduduk di sekitar Rumah Sakit Tzu Chi Dalin adalah tiga puluh ribu orang lebih, tetapi kalian telah memperoleh kepercayaan dari orang-orang di seluruh dunia dan telah meningkatkan keteladanan kalian hingga bertaraf internasional. Inilah yang paling saya syukuri dan paling saya harapkan saat ini. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 
Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -