Suara Kasih: Hidup Rajin dan Hemat

.
 

Judul Asli:

 

Senantiasa Hidup Rajin dan Hemat serta Bersumbangsih dengan Sukacita

      

Setiap orang hendaknya hidup rajin dan hemat serta bersumbangsih dengan sukacita
Keharmonisan dalam keluarga akan mendatangkan kemakmuran
Kita harus senantiasa menghemat energi dan tenaga listrik
Kondisi bumi yang selaras mendatangkan ketenteraman bagi manusia

Apakah kalian masih ingat pada tanggal 2 Mei 2008 lalu Badai Nargis melanda Myanmar dan mendatangkan kerusakan yang besar? Bencana tersebut menelan lebih dari 100.000 korban jiwa. Pascabadai, insan Tzu Chi berangkat ke lokasi bencana untuk mencurahkan perhatian dan memberikan bantuan darurat. Insan Tzu Chi juga terjun ke wilayah pedesaan untuk mencari tahu bagaimana cara membantu warga setempat. Di wilayah pedesaan itu, banyak petani yang hidup kekurangan. Mereka harus meminjam bibit padi dari orang lain dan harus membayar bunganya. Penderitaan mereka sungguh tak terkira. Karenanya, insan Tzu Chi memberi bantuan berupa bibit padi, pupuk, dan lain-lain, serta menjalin jodoh baik dengan mereka.

Selain memberi bantuan materi, insan Tzu Chi juga bekerja untuk membimbing hati warga setempat. Myanmar merupakan negara Buddhis. Banyak warga setempat yang memeluk agama Buddha. Akan tetapi, mereka hanya tahu ke vihara untuk memberi persembahan. Mereka tidak tahu bagaimana cara memerhatikan warga yang hidup kekurangan. Karenanya, insan Tzu Chi pergi ke sana untuk berbagi tentang ajaran Buddha agar warga setempat memiliki pandangan benar, pengetahuan benar, dan perbuatan benar. Akhirnya, banyak orang yang terinspirasi untuk mendukung semangat celengan bambu. Akan tetapi, mereka tidak memiliki uang, apa yang harus dilakukan?

Petani ini bernama U Myint Soe. Berhubung tidak memiliki uang, dia selalu menyisihkan berasnya. Setiap kali akan memasak nasi untuk anggota keluarganya yang berjumlah 7 orang, dia akan menyisihkan segenggam beras dan menyimpannya di dalam celengan beras.“Saya ingin seperti insan Tzu Chi yang membantu banyak orang. Berhubung tidak memiliki kemampuan sebesar itu, saya hanya bisa memulainya dengan menyisihkan beras,” ucapnya.

Jadi, sejak saat itu hingga pada tahun 2010, insan Tzu Chi kembali ke sana untuk mengumpulkan celengan beras dari petani setempat, lalu menggunakannya untuk membantu warga di desa lain. Kita juga berbagi kisah U Myint Soe yang menyisihkan beras untuk membantu orang lain kepada banyak orang. Setelah mendengar kisahnya, petani yang lainnya juga ikut terinspirasi. Sejak saat itu, kisah celengan beras mulai tersebar ke seluruh Myanmar. Warga yang memiliki uang akan menyisihkan uang. Inilah semangat celengan bambu. Selain itu, ada pula celengan beras. Kisah celengan beras ini telah tersebar ke seluruh Myanmar. Bahkan kisah ini telah tersebar hingga ke Taiwan.

Kita dapat melihat sebuah desa di Hualien yang bernama Desa Jiamin. Berhubung di sana ada pasien penerima bantuan jangka panjang Tzu Chi, setiap minggu, para relawan akan pergi ke pusat kegiatan di desa itu dan mengumpulkan semua pasien penerima bantuan untuk saling berinteraksi serta membimbing mereka. Insan Tzu Chi mengimbau setiap orang untuk mendukung semangat celengan bambu dan celengan beras. Setelah mendengar kisah itu, banyak orang yang terinspirasi untuk turut menyisihkan segenggam beras. Meski telah menyisihkan segenggam beras, seluruh keluarga kita masih bisa makan dengan kenyang. Kehidupan keluarga tidak akan terpengaruh. Karenanya, setiap orang mulai mendengar imbauan untuk menyisihkan segenggam beras. Setelah menyisihkan beras selama seminggu, celengan-celengan beras itu kembali dikumpulkan di pusat kegiatan, lalu dimasak menjadi nasi kari untuk dibagikan kepada semua warga desa. Inilah pengalaman yang harus kita pelajari. Hal ini bukan karena warga desa itu tidak memiliki makanan. Tidak. Ini karena kita ingin berbagi semangat pola makan 80 persen kenyang dan menyisihkan 20 persennya untuk membantu sesama. 

Himpunan donasi dari setiap orang bagaikan butiran padi yang memenuhi lumbung dan tetesan air yang membentuk sungai. Dengan menghimpun semangat dan donasi, kita bisa membantu banyak orang. Ini semua bergantung pada pola pikir kita. Kita harus memiliki cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Berbicara saja tidaklah cukup, kita harus bersumbangsih dengan penuh sukacita lewat tindakan nyata. Membantu orang lain tidak akan merugikan diri kita sendiri. Bisa membantu orang lain adalah hal yang baik. Sungguh, setiap orang bisa berbuat baik. Dengan berbuat baik, barulah setiap anggota keluarga kita bisa hidup harmonis. Pepatah tua berbunyi, “Keluarga yang berbuat baik akan selalu penuh berkah.” Dengan membangkitkan sebersit niat baik dan berbuat baik ada setiap hari, kita bisa menciptakan suasana yang harmonis dalam kehidupan keluarga. Keharmonisan dalam keluarga akan membawa kemakmuran. Dalam satu keluarga, jika setiap orang memiliki semangat cinta kasih yang sama, maka akan membawa manfaat yang sangat besar bagi keluarga tersebut. Saat setiap keluarga hidup harmonis, seluruh masyarakat pun akan hidup harmonis. 

Singkat kata, untuk mengerahkan kekuatan cinta kasih, kita harus hidup lebih rajin dan hemat. Dengan demikian, barulah kita bisa menumbuhkan cinta kasih yang berlimpah. Cinta kasih yang berlimpah menciptakan atmosfer yang paling harmonis dan merupakan sumber dari jalan kebenaran. Untuk menapaki jalan kehidupan dengan benar, terlebih dahulu kita harus memiliki cinta kasih dan hati yang damai.

Singkat kata, kita harus memahami bahwa tetesan air bisa membentuk sungai dan butiran padi bisa memenuhi lumbung. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus tahu cara untuk hidup hemat dan sederhana. Dengan hidup lebih sederhana dan hemat,kita bisa menghemat energi dan mengurangi emisi karbon. Saya melihat siaran berita Da Ai TV tentang gaya hidup masyarakat sekarang yang tidak bisa terlepas dari tenaga listrik. Baik saat memasak makanan, tinggal, maupun beraktivitas, semua tak terlepas dari tenaga listrik. Saat cuaca panas, kita menyalakan penyejuk ruangan; saat cuaca dingin, kita menyalakan mesin penghangat. bukankah semua itu memerlukan tenaga listrik? Karenanya, kini para ilmuwan mencari berbagai cara untuk menghasilkan sumber energi dari tenaga surya, angin, air, dan lainnya.  

Sesungguhnya, yang paling saya khawatirkan sekarang adalah sumber daya air. Tanpa tenaga listrik, kita masih bisa bertahan hidup. Jika tidak ada air, kita tak akan bisa bertahan hidup. Akan tetapi, unsur air yang tidak selaras juga bisa mendatangkan bencana besar bagi manusia. Ada beberapa tempat yang mengalami bencana kekeringan yang serius. Ada pula tempat yang kini masih berada di tengah genangan air. Ketidakselarasan unsur air juga sangat membuat orang khawatir. Bagaimana orang yang berada di sana bertahan hidup? 

Kita juga dapat melihat prakiraan cuaca. Tahun ini, Taiwan mungkin akan diterjang beberapa topan yang berkekuatan besar. Kita sangat bersyukur karena bisa melewati tahun lalu dengan selamat. Akan tetapi, pada tahun ini, apakah Taiwan sungguh akan diterjang oleh topan berkekuatan besar seperti yang diperkirakan? Karena itu, saya ingin mengingatkan kalian untuk selalu mawas diri dan berdoa dengan tulus. Semoga dalam kehidupan sehari-hari kita bisa mengatasi berbagai kesulitan. Dengan hidup dengan lebih sederhana, rajin, dan hemat, barulah kita bisa sungguh-sungguh menghemat energi dan mengurangi emisi karbon. Kita harus hidup sesuai dengan hukum alam. Kita sungguh harus hidup sesuai dengan hukum alam. Karenanya, dalam kehidupan sehari-hari, jika setiap orang bisa menunaikan kewajiban mereka dengan sebaik mungkin, maka dunia pun akan lebih aman dan tenteram. Diterjemahkan oleh: Laurencia Lou.

 
 
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -