Suara Kasih: Indahnya Hakikat Manusia

Judul Asli:

 

 Melihat Indahnya Hakikat Manusia

      

Pemandangan yang paling indah terdapat di dalam hati sendiri
Mengajak setiap orang untuk berdoa dan menciptakan berkah
Menghargai setiap butir beras dan tak menyia-nyiakannya
Membantu orang lain menyucikan batin dan bervegetarian bersama

Kita dapat melihat di Malaysia, sebuah bus yang membawa wisatawan India mengalami kecelakaan. Setelah mendapat kabar tersebut, insan Tzu Chi Malaysia segera datang ke dua rumah sakit setempat untuk mencurahkan perhatian.

Sesungguhnya, setiap orang tak perlu ke luar negeri untuk melihat-lihat pemandangan. Pemandangan yang paling indah terdapat di dalam hati kita sendiri. Hakikat diri sendirilah yang paling indah. Saat Buddha Sakyamuni mencapai pencerahan, pada saat itu juga batin-Nya menyatu dengan alam semesta. Batin yang menyatu dengan alam semesta ini begitu hening dan murni. Keindahan alam semesta ini berasal dari keindahan di dalam batin. Mengapa kita harus menghabiskan tenaga, waktu, uang, dan lainnya untuk melihat-lihat pemandangan di luar? Jika tak berhati-hati, mungkin akan terjadi malapetaka yang mendatangkan penderitaan seumur hidup. Mengapa harus mengundang penderitaan demikian?

Jadi, kita harus menggarap mata air batin untuk menyucikan batin kita sendiri dan menyucikan batin orang lain. Tubuh kita tak boleh kekurangan air, terlebih lagi batin tak boleh kekurangan air Dharma. Janganlah meremehkan kekuatan diri sendiri. Asalkan setiap orang dapat saling bekerja sama dengan harmonis, maka kita akan bisa melindungi bumi kita.

Akibat ketidakselarasan empat unsur alam, bumi kita kini terluka. Setiap orang memiliki air Dharma di dalam hati. Kita harus menggali mata air ini dengan hati yang paling tulus agar mata air jernih di dalam batin ini dapat membersihkan noda batin kita, yaitu ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan. Jika bisa mengikis kelima noda batin tersebut dari dalam hati, kita akan bisa menghimpun setetes demi setetes cinta kasih untuk melindungi bumi.

Lihatlah beberapa hari lalu, kita mengadakan latihan pementasan adaptasi Sutra dan konferensi pers. Saya sungguh berterima kasih. Pemerintah Hualien telah membantu kita dan menyediakan gedung olahraga yang luas untuk dijadikan ladang pelatihan diri.

Di saat-saat sekarang ini, saat bumi tak hentinya mengirimkan sinyal darurat kepada kita, setiap orang harus bersatu hati untuk melindungi bumi serta berdoa semoga dunia ini bebas dari bencana dan masyarakat damai dan harmonis. Intinya, tekad melatih diri di Jalan Bodhisatwa harus terus dijaga. Ini bukan kegiatan sesaat saja. Dengan mengikuti pementasan adaptasi Sutra dan menyelami ajaran Buddha, setiap orang dapat memahami hakikat manusia yang bajik. Jika setiap orang dapat bekerja sama dengan harmonis, maka masyarakat akan damai dan harmonis. Selain itu, saat para Bodhisatwa berhimpun, setiap orang dari mereka akan memahami kebenaran yang mengandung makna tak terhingga.

Setelah menyelami satu prinsip kebenaran, kita akan memahami makna yang tak terhingga. Ini bagaikan melakukan pencarian di internet. Saat kata kunci dimasukkan, maka akan ada banyak hasil pencarian yang muncul di layar. Ini bagaikan Dharma yang mengandung makna tanpa batas. Mulai dari sebersit niat yang paling kecil, ketidakselarasan empat unsur alam di dunia, hingga ketidakharmonisan batin manusia, tiada yang tidak tercakup dalam Dharma.

Dengan Dharma, kita bisa memahami batin manusia dan segala prinsip kebenaran yang ada di alam semesta ini. Inilah kebijaksanaan. Sebelum kebijaksanaan kita terbangkitkan, kita harus terlebih dahulu bersungguh-sungguh menapaki Jalan Bodhisatwa, barulah berkesempatan terjun ke tengah masyarakat dan memahami lebih banyak Dharma. Untuk itu, tekad kita melatih diri di Jalan Bodhisatwa harus terus terjaga. Jangan hanya melihat pementasan adaptasi Sutra, lalu melupakannya. Setelah mendalami isinya, kita harus mempraktikkannya secara nyata. Setelah merasakan manfaatnya dan memperoleh sukacita dalam Dharma, batin kita akan selamanya murni.

Ini bagaikan sebidang cermin yang bisa memantulkan dengan jelas segala sesuatu di alam semesta ini. Kita harus terus menjaga cermin batin ini agar bisa memiliki kebijaksanaan dan tak terjerumus dalam ketersesatan. Dengan demikian, kita akan senantiasa memiliki ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan dalam menghadapi orang dan masalah di dunia. Ini berarti kita mengembangkan berkah sekaligus kebijaksanaan. Dalam kondisi demikian, bukankah berarti kita tengah mempraktikkan welas asih dan kebijaksanaan secara bersamaan?

Lihatlah bagaimana para guru menggunakan berbagai metode untuk mendidik para murid. Filosofi “segenggam beras untuk membantu sesama” juga digunakan para guru dalam mengajar. Mereka memperlihatkan kepada para murid bahwa butir demi butir beras yang dikumpulkan bisa digunakan untuk membantu banyak orang yang membutuhkan. Pendidikan yang baik harus kita tanamkan sedikit demi sedikit. Untuk menanamkan benih kebajikan sejak dini, kita harus menciptakan kondisi yang baik agar benih-benih tersebut dapat tumbuh.

Seorang murid berkata, “Saya belajar untuk tahu berpuas diri dan cukup makan 80 persen kenyang, lalu menyisakan 20 persennya untuk membantu orang lain. Saya merasa sungguh senang dapat membantu orang lain. Contohnya saat menyapu. Jika menyapu selama 10 menit, saya menggunakan 8 menit untuk menyapu bagian saya sendiri dan menggunakan 2 menit sisanya untuk membantu orang lain menyapu bagiannya. Setiap bulan, ayah akan memberikan saya uang saku 100 dolar NT (sekitar Rp30.000). Saya menggunakan 80 dolar dan menyisihkan 20 dolar ke dalam celengan bambu.”

Lihat, bukankah dia sungguh bijaksana? Dia bisa memahami bagaimana memanfaatkan waktu dan uang dengan sebaik mungkin. Bukankah ini kebijaksanaan? Bukankah ini kebijaksanaan guru dalam menginspirasi para muridnya? Kita harus senantiasa membasahi batin anak dengan aliran air jernih untuk melindungi mata air batin mereka. Kita harus menjaga pikiran dengan sebaik mungkin.  Meskipun bumi sangat besar dan manusia sangat kecil dibanding bumi, namun ketamakan, kebencian, dan kebodohan kita dapat mengakibatkan rusaknya bumi. Karena itu, janganlah meremehkan sebersit niat kita dan janganlah meremehkan anak kecil. Kita sungguh harus menghormati mereka. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -