Suara Kasih: Makna Rasa Syukur dan Hormat

.
 

Judul Asli:

 

 Memahami Makna Sesungguhnya dari Rasa Syukur dan Hormat

      

Mempertahankan tekad menyelamatkan kehidupan tanpa ada penyesalan
Mengesampingkan masalah pribadi dan mengutamakan kepentingan dunia
Merasa kehilangan atas berkurangnya insan yang berkualitas
Memahami makna sesungguhnya dari rasa syukur dan hormat

”Sudah pukul 1 dini hari waktu saya memeriksa pasien terakhir. Pada saat itu,dalam hati saya berpikir, akhirnya pasien terakhir. Saya berpikir ini adalah pasien terakhir dan akhirnya saya bisa beristirahat. Akan tetapi, saya sudah terlalu lelah bekerja. Dia benar adalah pasien terakhir saya. Saya pingsan di ruang gawat darurat  saat menjalankan piket. Saat berada di ruang gawat darurat, saya merasa sangat panik dan berpikir, Bagaimana jadwal saya pada keesokan hari? Siapa yang akan memberikan pelayanan medis di pusat kesehatan dan wilayah pedesaan? Jika tidak ada dokter jaga di sana, pasien-pasien saya harus bagaimana?” ucap Dokter Xu.

Kita dapat melihat dr. Xu di Taidong. Dia adalah dokter spesialis penyakit dalam dan dokter bedah umum. Dia melepaskan pekerjaannya sebagai dokter spesialis di rumah sakit besar dan kembali ke kampung halamannya di Taidong untuk berkontribusi. Dia sangat bekerja keras. Dia pernah bekerja selama 80 jam tanpa beristirahat. Dia terserang stroke pada saat berusia 39 tahun. Meski setengah tubuhnya sudah tidak bisa bergerak dengan lincah, dia tetap berkontribusi sebagai dokter.

Ia sudah tidak leluasa dalam bergerak, mengapa masih berkunjung ke rumah pasien?, ia pun menjawab, ”Mereka lebih tak leluasa dibanding saya. Mereka tak bisa berjalan. Mereka membalas budi saya dengan sebuah senyuman yang ceria. Senyuman itu tidak terbeli dengan uang. Meski penghasilan saya lebih tinggi saat bekerja di kota, namun jarang sekali pasien di sana tersenyum pada kita. Di sini, setiap kali pasien akan pergi, mereka selalu memberi senyuman yang ceria. Inilah pendapatan terbesar sebagai dokter.”

Dia berkata bahwa saat baru jatuh sakit, dia merasakan beban yang berat dan sangat depresi. “Saya merasa sangat depresi. Saat hampir merasa putus asa, saya teringat beberapa hal yang membuat saya kembali tersadarkan. Contohnya, saat merasa putus asa, saya akan teringat lampu di kampung halaman saya. Saat merasa putus asa, saya akan berpikir banyak pasien di pedesaan yang menunggu saya kembali,” ucapnya. Setelah berpikir demikian, hatinya pun menjadi tenang dan damai. Karenanya, dia pun kembali bekerja sambil menjalani fisioterapi. Sungguh membuat orang kagum melihatnya.

Tentu saja, sangat sulit untuk mencari dokter yang bersedia bertugas di Taiwan bagian timur. Di RS Tzu Chi Yuli, ada sepasang kakak beradik yang bekerja sebagai dokter. Yang terlebih dahulu bergabung dengan RS Tzu Chi adalah sang kakak. Dia memahami bahwa sangat sedikit dokter yang bersedia bertugas di daerah terpencil. Karena itu, dia pun memberanikan diri untuk bersumbangsih di sana. “Selama lebih dari setengah tahun tidak ada orang yang datang melamar pekerjaan. Berhubung staf rumah sakit mengetahui bahwa saya adalah dokter bedah umum, mereka pun berkata, ’Anda paling cocok. Berhubung Anda belum membuka klinik sendiri, Anda paling cocok membantu kami di sini’,” ucapnya. Selain itu,dia merasa bahwa dia perlu mencari lebih banyak dokter untuk bersumbangsih di sini. Dia bahkan meminta adiknya untuk bergabung. Ia berkata bahwa ia tidak akan menyesal bergabung di sini. Mereka adalah Tabib Agung.

Kemarin kita juga telah mendengar Kemarin kita juga telah mendengar dr. Chao yang berbagi tentang kisahnya. Suatu kali, kepala spesialis THT menderita sakit perut saat ada banyak pasien yang menunggunya untuk berobat. Berhubung tidak bisa menahan sakit lagi, dia pun memeriksakan diri. Akhirnya, dia didiagnosis menderita batu ginjal. Dokter bedah umum memberi tahu bahwa dia harus dioperasi. Akan tetapi, kepala spesialis THT ini menahan rasa sakitnya dan kembali ke tempatnya untuk mengobati semua pasiennya. Saat tengah mempersiapkan diri untuk menjalani operasi pada keesokan harinya, batu ginjalnya malah keluar sendiri. Dia menahan rasa sakitnya sendiri demi mengobati semua pasiennya. Akan tetapi, tidak disangka, akhirnya penyakitnya sendiri juga terobati. Inilah kekuatan cinta kasih para dokter. Para perawat juga sangat bekerja keras.

Singkat kata, mereka bekerja siang dan malam demi menyelamatkan kehidupan pasien. Akan tetapi, ada berapa orang yang memahami kerja keras mereka? Untuk menyelamatkan seorang pasien,tim medis harus mengerahkan banyak orang. Setiap kali masuk ke ruangan operasi, mereka mungkin harus bekerja selama lebih dari 30 jam tanpa beristirahat. Akan tetapi, apakah pasien dan keluarganya mengerti untuk berterima kasih kepada tim medis? Ada pula perawat yang memerhatikan para lansia dalam waktu jangka panjang agar anak-anak para lansia bisa merasa tenang. Namun, apakah mereka berterima kasih kepada para perawat yang telah membantu menjaga orang tua ataupun orang yang paling mereka kasihi? Apakah pasien beserta keluarganya mengerti untuk bersyukur?

 

Moralitas masyarakat masa kini telah mengalami kemerosotan. Jika terjadi sesuatu, keluarga pasien akan menempuh jalan hukum demi mendapat kompensasi setinggi mungkin. Hal ini mengakibatkan para tenaga medis merasa takut untuk memikul tanggung jawab ini. Pantas saja, kini banyak perawat yang mencari kerja di klinik kecantikan. Mereka lebih rela menerima upah yang lebih sedikit daripada harus bekerja keras. Karena itu, rumah sakit  menjadi kekurangan tenaga keperawatan. Hal ini terjadi bukan karena kita tak membina perawat, hanya saja mereka takut bekerja keras. Mengapa mereka takut bekerja keras? Karena lingkungan masyarakat masa kini sungguh membuat mereka tidak percaya diri.

Sesungguhnya, orang memutuskan menjadi perawat atau dokter karena mereka memiliki ikrar luhur untuk menyelamatkan orang dengan cinta kasih. Akan tetapi, perilaku masyarakat masa kini membuat mereka tidak percaya diri. Karenanya, kini kita menjadi kekurangan tenaga keperawatan di rumah sakit. Semoga kita bisa bekerja untuk menyelaraskan hati manusia. Semoga tenaga medis yang berikrar luhur bisa melayani pasien sesuai dengan tekad awal mereka serta bertindak secara nyata untuk meningkatkan makna kehidupan. Pasien yang menerima perawatan medis juga hendaknya dipenuhi rasa syukur dan hormat. Kita harus berterima kasih kepada mereka yang telah menyelamatkan dan merawat kita.

Kemarin saya melihat berita tentang seorang pemancing di lepas pantai Hualien yang terjadi kecelakaan. Saat terbawa arus ombak, dia segera meminta bantuan. Seorang pria dari regu penyelamat yang ingin menyelamatkan korban tersebut pun ikut tenggelam. Sejak beberapa hari lalu hingga sekarang, penjaga pantai dan tim Badan SAR Nasional terus melakukan pencarian. Minggu lalu, ada sebuah kapal di Taidong yang mengeluarkan tanda meminta bantuan karena salah seorang nelayan tiba-tiba menderita sakit jantung. Helikopter yang dikirim untuk menyelamatkannya malah terjatuh ke laut. Sebanyak lima petugas di helikopter masih belum ditemukan hingga kini. Akan tetapi, masyarakat masa kini malah selalu melupakan berita seperti ini dengan cepat. Bagaimana perasaan keluarga dari lima orang yang hilang tersebut? Di manakah orang-orang yang hilang itu?

Tim penyelamat adalah orang yang penuh keberanian dan selalu siap menolong orang lain meski harus mengorbankan nyawa mereka sendiri. Di mana pun bencana terjadi, mereka akan berangkat ke sana untuk membantu orang lain tanpa mementingkan keselamatan diri sendiri.  Warga masyarakat hendaknya menenangkan hati untuk merenungkan hal ini. Bayangkanlah, jika di dalam masyarakat kita tidak ada orang yang memiliki cinta kasih seperti itu, entah apa yang akan terjadi pada masyarakat kita. Karena itu, kita harus mengubah pola pikir dan membantu masyarakat agar lebih meningkatkan makna kehidupan. Kita harus terus mensosialisasikan hal ini. Sungguh, dalam hubungan antarsesama, kita harus saling membantu dengan cinta kasih dan saling bersyukur. Rasa syukur dan cinta kasih adalah lingkaran kebajikan. Dengan adanya lingkaran kebajikan, barulah setiap orang bisa aman dan tenteram. Diterjemahkan oleh: Laurencia Lou.

 

 
 
Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -