Suara Kasih: Memahami dan Mempraktikkan Dharma

 

Judul Asli:

Senantiasa Giat Mendalami dan Mempraktikkan Dharma

Menyalin Sutra tanpa memahami maknanya sama dengan melewatkan waktu dengan sia-sia 
Memahami Sutra dan mempraktikkannya lewat tindakan nyata 
Setiap orang bersatu tekad dan hati untuk menggarap ladang berkah 
Mempraktikkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin

Bagi saya pribadi, dengan berlalunya satu hari, waktu pun berkurang sehari. Dalam perjalanan hidup manusia, untuk mencapai tujuan, dengan bergerak maju satu langkah, berarti kita akan semakin dekat  dengan tujuan tersebut. Jika kita tidak melangkah maju, maka waktu akan berlalu begitu saja. Jika demikian, Mengetahui bahwa waktu terus berlalu, mengapa kita tidak melangkah maju? Jika tidak melangkah maju, maka waktu akan berlalu dengan sia-sia. Jadi, waktu kita sangatlah terbatas. Jika berhenti dan tidak melangkah maju, kehidupan kita akan berlalu dengan sia-sia.

Ada seorang anggota Tzu Cheng  yang sangat senior. Beberapa tahun lalu, sikapnya tiba-tiba berubah. Dia beranggapan bahwa dalam mempelajari ajaran Buddha, karena saya suka Sutra Makna Tanpa Batas, dia pun mulai menyalin Sutra Makna Tanpa Batas. Saya bertanya padanya, “Dengan menyalin Sutra, apakah kamu benar-benar memperoleh pemahaman?” Dia menjawab, “Menyalin Sutra akan memperoleh pahala.” Mendengar itu, saya merasa terkejut dan bertanya padanya, “Kamu menyalin Sutra hanya demi memperoleh pahala?” Saya pun berkata, “Sutra bukan semata-mata untuk disalin demi memperoleh pahala. Makna menyalin Sutra yang sesungguhnya adalah agar kamu dapat mendalami satu per satu kata yang tersurat dalam Sutra. Satu per satu kata yang tersurat dalam Sutra. Dengan berkonsentrasi menyalinnya, maka kita akan dapat memahami makna yang tersirat di dalamnya, lalu harus mempraktikkannya. Inilah yang disebut melatih diri. Jika kamu tidak mempraktikkannya, maka tidak bisa disebut melatih diri.” Dia menjawab, “Ya, saya mengerti.”

Setelah beberapa waktu berlalu, adakalanya dia juga menyalin Sutra Bunga Teratai. Saya berkata padanya, “Sutra Bunga Teratai sangatlah panjang, seberapa dalamkah kamu memahami makna yang tersirat dalam Sutra tersebut?” Dia menjawab, “Menyalin Sutra akan memperoleh pahala. Kehidupan manusia tidaklah kekal dan waktu sangatlah singkat. Karena itu, saya ingin melatih diri.” Saya berkata padanya, “Dalam melatih diri, kamu hendaknya memahami tentang pelatihan ke dalam diri dan praktik ke luar. Kamu harus mendalami semangat ajaran Buddha dan mempraktikkannya lewat tindakan nyata dengan bersumbangsih bagi orang yang menderita di dunia.” Karena semakin terjebak dalam pemikiran sendiri, dia pun semakin menjauh dari Jalan Bodhisatwa.

Awal tahun lalu, saya mendapat kabar bahwa dia telah menjadi bhiksu di salah satu vihara. Kali ini, saat saya berkunjung ke Taiwan bagian tengah, kakaknya pun berkata pada saya, “Master, adik saya meminta saya untuk datang dan memohon kepada Master agar dia diizinkan kembali ke Tzu Chi.” Lalu saya berkata, ”Bukankah dia sudah menjadi bhiksu? Mana bisa kembali?” dan adiknya pun menjawab, “Tidak lagi, dia sudah lepas jubah. Dia bilang dia sudah sadar.” Saya bertanya, “Sudah sadar malah lepas jubah? Bertekad ingin melatih diri, sudah sadar malah lepas jubah, yang benar saja.” Sang kakak kembali berkata, “Dia sungguh memohon agar Master menerimanya kembali.”

Saat berada berada di Changhua, saya melihat dia dan istrinya. Dia berkata bahwa dia sudah bertobat dan ingin kembali ke Tzu Chi. Saya bertanya padanya, “Apakah kamu sudah mempertimbangkannya dengan masak?” Dia menjawab, “Sudah.” Saya bertanya padanya, “Apakah kamu akan berubah pikiran lagi?” Dia menjawab, “Tidak.” Saya kembali bertanya padanya, “Selama beberapa waktu ini, berapa banyak yang kamu peroleh?” Dia menjawab, “Selama beberapa waktu ini, saya melewati hari-hari dengan sia-sia.” Berhubung telah mempertimbangkan dengan matang, dia pun memutuskan kembali ke Tzu Chi.

Beginilah makhluk awam. Dia menganggap caranya berlatih sudah benar. Akan tetapi, apakah mencapai pembebasan berarti tidak lagi peduli akan segalanya? Tidaklah sesederhana itu. Jadi, jika hanya menyalin Sutra tanpa memahami makna yang tersirat di dalamnya, Sutra akan tetap menjadi tulisan biasa. Jadi, Sutra harus bermanfaat bagi kita, barulah bisa disebut Sutra. Inilah yang harus kita serap ke dalam hati. Jika kita hanya menyalin Sutra demi memperoleh pahala, maka akan sulit. Pahala (gong de) berarti pelatihan ke dalam diri dan praktik ke luar. Pelatihan ke dalam diri itulah “gong”. Praktik ke luar itulah “de”. Pahala didapat oleh mereka yang melatih diri. Pencapaian dalam melatih diri ini kita dapat setelah kita memahami dan menyadari inti kebenaran. Inilah pahala yang sesungguhnya.

Dengan menyadari kebenaran, barulah kita bisa memperoleh keluhuran. Apakah yang disebut menyadari kebenaran? Jika tidak mempraktikkan Dharma kita tidak akan bisa menyadari kebenaran. Bodhisatwa sekalian, saya sangat berharap kalian dapat mengembangkan berkah dan kebijaksanaan. Kita terjun ke masyarakat untuk menolong orang lain. Inilah yang disebut mengembangkan berkah. Akan tetapi, untuk membimbing orang lain, kita sendiri harus memahami Dharma. Kita harus memahami Dharma yang benar. Dharma yang benar ini dapat kita temui dalam mazhab Tzu Chi dan kehidupan sehari-hari. Jadi, kita harus mempraktikkan Dharma dalam keseharian dan bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia.

Bodhisatwa bukanlah benda yang terukir dari kayu dan terletak di altar serta harus disembah. Baik patung kayu maupun porselen, itu hanyalah sarana agar kita ingat bahwa sebagai umat Buddha, kita harus tahu untuk menumbuhkan semangat untuk menghormati Buddha dan Bodhisatwa. Sesungguhnya, Bodhisatwa yang sebenarnya adalah makhluk yang juga minum, makan, berjalan, dan bekerja. Inilah Bodhisatwa yang sesungguhnya. Jadi, dikatakan bahwa kita harus bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia. Kehidupan manusia penuh dengan penderitaan.

 

Lihatlah, untuk menciptakan keharmonisan dalam masyarakat, setiap orang hendaknya bersumbangsih bersama. Sedikit demi sedikit kekuatan yang terhimpun dari setiap orang dapat digunakan untuk membantu banyak orang. Saya berharap setiap orang dapat menyerap Dharma yang benar ke dalam hati. Janganlah berjalan menyimpang. Berjalan menyimpang sedikit saja, kita akan jauh tersesat.

Dalam kehidupan manusia, apa yang harus kita perhitungkan? Meski terus perhitungan dan perhitungan, pada akhirnya bukankah kita juga tidak mendapat apa-apa? Selain tangan kosong, apa yang bisa kita bawa saat meninggalkan dunia ini? Yang terpenting adalah dalam kehidupan ini, berapa banyak sumbangsih yang telah kita berikan dan berapa dalam makna kehidupan kita. Saudara sekalian, jika kita bisa menyerap Dharma ke dalam hati dan mempraktikkannya di tengah masyarakat, kita akan bisa menapaki Jalan Bodhisatwa dengan langkah yang mantap. Jika kalian bisa memahaminya, barulah saya akan merasa tenang.

Waktu terus berlalu. Seiring berlalunya satu tahun, usia saya pun berkurang setahun. Seiring berlalunya satu hari, waktu saya pun berkurang sehari. Entah berapa lama lagi saya bisa menemani kalian. Yang paling saya khawatirkan adalah setiap orang tidak menyerap Dharma ke dalam hati. Mungkin kalian akan berkata, “Master pernah bilang lakukan saja.” Akan tetapi, dalam melakukan sesuatu, jika kalian melukai orang lain, itu tidaklah benar. Ini akan mengakibatkan kalian kehilangan motivasi untuk melatih diri. Saya tidak berharap setiap orang yang telah dengan tidak mudah menapaki Jalan Bodhisatwa ini kembali meninggalkan jalan ini. Saya sungguh tidak mengharapkan itu. Inilah yang paling saya khawatirkan. Jadi, saya berharap setiap orang dapat memegang teguh dan mempraktikkan Dharma yang benar. Jika demikian, barulah saya akan merasa tenang. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou)

 
 
Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -