Suara Kasih : Memanfaatkan Kehidupan

.
 

Judul Asli:

Memanfaatkan Kehidupan dengan Sebaik Mungkin

     

Menjalani hidup dengan rajin dan hemat serta memperkaya batin
Memanfaatkan kehidupan dengan sebaik mungkin
Para Silent Mentor mewariskan cinta kasih
Bertekad untuk mempraktikkan cinta kasih,welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin

 

Kita bisa melihat Spanyol yang mengalami krisis ekonomi. Mengapa di dalam suatu negara bisa terjadi krisis ekonomi? Setiap orang hendaknya menenangkan hati untuk berintrospeksi. Untuk membuat perubahan,kita harus memulainya dari diri sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari, selain harus hidup rajin dan hemat,kita juga harus berbagi dengan setiap orang bahwa kualitas hidup kita tidak terletak pada banyaknya materi yang dimiliki, melainkan terletak pada cinta kasih.

Dengan saling mengasihi antarsesama dalam masyarakat, barulah kita bisa menciptakan kualitas hidup yang baik. Cinta kasih ini harus dimulai dan dipraktikkan oleh setiap orang. Dimulai dari diri setiap orang,kita bisa menciptakan keharmonisan keluarga. Keharmonisan dalam keluarga bisa mendatangkan keharmonisan dalam komunitas. Jika setiap komunitas bisa hidup harmonis,mungkinkah masyarakat tidak harmonis? Jika masyarakat bisa hidup harmonis dan antarsesama manusia bisa saling mengasihi dan saling melindungi, bukankah itu kehidupan yang paling bahagia?

Kita dapat melihat banyak Silent Mentor yang mendonorkan tubuh mereka. Semasa hidupnya, relawan Wen selalu mendedikasikan dirinya demi negara dan masyarakat. Setelah pensiun, dia mulai mempelajari Tzu Chi. Setelah berkunjung ke kantor pusat Tzu Chi di Hualien, dia dan istrinya mulai giat dan bersemangat mengemban misi Tzu Chi. Dia mulai menjadi relawan saat berusia 76 tahun.

Selama belasan tahun menjadi relawan Tzu Chi,dia tidak pernah menyia-nyiakan waktunya. Dia selalu meyakini dan mempraktikkan ajaran saya. ”Master membimbing kita setiap hari. Setiap perkataan Master selalu saya ingat di dalam hati. Saya selalu berusaha memahami ajaran Master. Master membimbing kita untuk menghargai berkah, menghargai waktu,dan melakukan hal-hal yang bermakna.” ujar relawan Wen.

 

Meski sudah berusia 80-an tahun, dia tetap berpartisipasi dalam setiap kegiatan Tzu Chi.Yang paling membuat saya tersentuh adalah dia juga membantu mendokumentasikan setiap kegiatan Tzu Chi, baik dengan mengambil foto, membuat laporan, maupun menulis artikel. Meski bergabung dengan Tzu Chi pada saat berusia lanjut,akan tetapi kebijaksanaannya masih sangat tajam.

”Saat dalam perjalanan menuju Hualien, ada seorang relawan di atas kereta api mengucapkan sesuatu yang sangat bermakna. Apa yang dia katakan? Dukungan antarsesama insan Tzu Chi jauh lebih berharga dibanding apa pun yang kita miliki. Kata-kata itu membuat saya sangat tersentuh dan terkesan,” terang relawan Wen.

Dia senantiasa mengingat kata-kata itu dan menjadikannya sebagai filosofi hidup. Dia sungguh telah mempraktikkan ajaran saya. Meski menderita penyakit,dia tetap bersikeras melindungi tubuhnya dan menolak untuk melakukan intubasi. Harapannya untuk menjadi Silent Mentor telah terwujud pada semester ini. Saya sungguh tersentuh melihatnya.

Ada pula Relawan Jiang yang awalnya sangat menentang istrinya bergabung dengan Tzu Chi. Dia bahkan menelepon ke Griya Jing Si untuk protes. Kita pun menasihati istrinya agar lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Berhubung sangat sangat suka mengikuti kegiatan Tzu Chi, sang istri merasa sangat sedih dan menangis seharian. Relawan Jiang pun menjadi tak tega. Melihat sang istri begitu suka mengikuti kegiatan Tzu Chi, dia akhirnya mendukung istrinya. Selain mendukung istrinya, dia juga turut bergabung dengan Tzu Chi. Dia telah menjadi relawan selama belasan tahun.

Tahun lalu, dia dirawat di rumah sakit karena menderita leukemia. Saat itu, istrinya harus mengikuti latihan untuk pementasan adaptasi Sutra. Dia pun mendukung istrinya agar tetap menjalani latihan.Jadi, istrinya tetap menjalani latihan pada pagi hari. Usai menjalani latihan,istrinya segera pergi ke rumah sakit dan berbagi dengannya tentang lirik lagu Dharma bagaikan Air yang dipelajarinya pada hari itu.

Bulan Agustus lalu,sebelum pementasan adaptasi Sutra, dia berkata kepada istrinya agar tidak khawatir dan tetap fokus mengemban misi Tzu Chi. Setelah itu, dia meninggal dunia dengan damai. Inilah kehidupan. Saya sering berkata bahwa kita tidak bisa memilih di mana kita lahir dan ke mana setelah meninggal karena semua bergantung pada kekuatan karma. Kita tidak tahu akan ke mana dan kapan akan meninggal.

Selain itu, kita selalu merasa ketakutan untuk menghadapi kematian. Akan tetapi, insan Tzu Chi yang merupakan Bodhisatwa dunia sangat memahami hukum karma sehingga mereka bisa menghadapi kelahiran dan kematian dengan hati yang damai.

 

Ini sungguh tidak mudah. Kita juga melihat reporter dari TV3 di Malaysia. Kali ini mereka datang ke Taiwan untuk meliput keseluruhan proses simulasi bedah. Reporter itu berkata bahwa dia sangat tersentuh. ”Kami melihat para siswa kedokteran Tzu Chi menganggap para Silent Mentor bagaikan keluarga sendiri dan memperlakukan mereka dengan penuh rasa hormat. Mereka adalah para calon dokter dengan standar yang berbeda karena mereka belajar dari Silent Mentor. Mereka akan membawa budaya humanis Tzu Chi dan kisah hidup para Silent Mentor kembali ke Malaysia agar lebih banyak orang memahami makna dari kehidupan,” ujar reporter tersebut.

Beberapa hari lalu, dua orang kakak presiden Filipina berkunjung ke Taiwan dan didampingi insan Tzu Chi. Mereka ingin berterima kasih kepada Tzu Chi karena selama beberapa tahun ini, jika Filipina dilanda bencana, insan Tzu Chi selalu bergerak untuk memberikan bantuan. Inilah tujuan mereka datang ke Taiwan. Tempat pertama yang mereka kunjungi adalah Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di Shanlin. Mereka sangat kagum karena dalam waktu yang singkat,Tzu Chi bisa menenangkan kehidupan begitu banyak korban Topan Morakot.Mereka sangat kagum.

Saat melihat TK, SD, dan Sekolah Menengah Tzu Chi,mereka juga sangat terkesan. Terlebih lagi, saat berkunjung ke Universitas Tzu Chi. Saat melihat program simulasi bedah Tzu Chi, mereka merasa sangat terkesan. Salah satu di antara mereka bertanya apakah dia juga boleh mendonorkan tubuhnya. Insan Tzu Chi menjawab,  “Berhubung Anda tinggal di luar Taiwan, mungkin akan lebih repot. Akan tetapi, Anda bisa membawa semangat ini dan mensoasialisasikannya di Filipina.” Dia pun menyetujuinya.

Saat berkunjung ke Griya Jing Si,mereka terus berbagi dengan saya bahwa mereka sangat terkesan melihat segala kontribusi Tzu Chi di Taiwan. “Kami sangat berterima kasih kepada Master karena memberi kesempatan ini. Kami telah melihat menyaksikan kebajikan Tzu Chi serta cara Anda memimpin Tzu Chi. Kami banyak belajar dari Anda.Kami akan membagikan segala yang kami lihat dan dengar kepada semua warga Filipina,” ujarnya.

Saya berharap mereka bisa membawa semangat cinta kasih ini ke Filipina. Semoga insan Tzu Chi di seluruh dunia bisa menciptakan Tanah Suci yang penuh dengan Bodhisatwa dunia. Setiap orang bisa membangkitkan cinta kasih. Saat setiap orang mencurahkan cinta kasih dan lebih banyak bersumbangsih, maka terciptalah cinta kasih universal. Diterjemahkan oleh: Laurencia Lou.

 
 
Bertuturlah dengan kata yang baik, berpikirlah dengan niat yang baik, lakukanlah perbuatan yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -