Suara Kasih: Memanfaatkan Teknologi untuk Berjalan di Jalan yang Benar

 

 

Judul Asli:

Memanfaatkan Teknologi untuk Berjalan di Jalan yang Benar

Banyak anak muda zaman sekarang yang terpaku pada perangkat elektronik
Sangat sulit untuk terlahir kembali sebagai manusia
Memanfaatkan teknologi untuk membangkitkan akar kebijaksanaan
Bertekad untuk menapaki Jalan Bodhisatwa

Dari kehidupan ke kehidupan, pemahaman kita tidaklah menyeluruh. Karena pemahaman yang tidak menyeluruh ini, kita hanya mementingkan diri kita sendiri, tanpa memedulikan orang lain. Kita hanya tahu hal yang kita inginkan, tidak tahu bahwa kebutuhan orang lain jauh lebih penting. Banyak orang yang hidup di antara tahu dan tidak tahu ini. Mereka hanya tahu mengejar hal yang diinginkan sehingga kekuatan karma buruk yang tercipta semakin lama semakin besar. Karena itulah, kita disebut makhluk awam. Selama puluhan tahun kehidupan ini, makhluk awam telah menciptakan banyak karma buruk. Kita tak perlu membicarakan kehidupan lampau, cukup puluhan tahun ini saja.

Bodhisatwa sekalian, di antara kalian, ada orang yang usianya lebih tua dari saya dan sisanya tentu lebih muda dari saya. Tentu saja, masih ada relawan lain yang lebih muda dari saya dan kalian. Suatu hari, ratusan Tzu Ching kembali ke Griya Jing Si untuk mengikuti pelatihan selama tiga hingga empat hari. Saat penutupan acara, saya bertanya kepada mereka, “Kalian anak muda yang hidup pada zaman ini, sebenarnya beruntung atau tidak?” Setiap orang saling menatap kebingungan. Saya kembali menjelaskan, “Beruntung karena kalian bisa menimba ilmu hingga jenjang perguruan tinggi. Kalian hidup di tengah lingkungan yang baik seperti di Taiwan. Kehidupan kalian jauh dari kerisauan, jadi kalian sangat beruntung.”

Akan tetapi, jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, anak muda sekarang kurang beruntung karena mereka tidak punya prinsip-prinsip sebagai manusia. Mereka tidak memahami prinsip dan tidak tahu tata krama. Mereka menjalani hidup tanpa berpijak pada landasan yang kokoh. Mereka tak berpijak pada kenyataan. Kini, banyak anak muda yang sangat terpaku pada perangkat elektronik. Ya, cukup menekan atau menggeser layar dengan satu jari, mereka bisa mendapatkan semua informasi di dunia. Apakah ini bermanfaat bagi anak muda? Sama sekali tidak bermanfaat, malah mengacaukan pikiran mereka.

Kehidupan bagai di dunia khayalan seperti itu adalah ketidakberuntungan. Orang zaman dahulu mengandalkan keterampilan nyata. Orang yang dari keluarga mampu bisa bersekolah dengan gembira, sedangkan orang yang tidak mampu bersekolah harus menjadi buruh magang demi mencari nafkah. Mereka mengandalkan keterampilan nyata untuk berkontribusi bagi masyarakat dan menopang kehidupan keluarga. Mereka menjalani hidup dengan berpijak pada landasan yang nyata. Akan tetapi, orang masa kini tidak demikian. Artinya, zaman sungguh sudah berbeda.

Pola hidup manusia yang terus berubah telah memengaruhi kondisi dunia. Seiring bertambahnya populasi manusia, orang yang menciptakan karma buruk semakin lama semakin banyak sehingga kondisi lingkungan pun semakin berbeda. Pada zaman Buddha hidup, populasi manusia sangat sedikit. Kehidupan mereka juga sangat sederhana. Buddha berusaha membimbing semua makhluk agar mereka paham bahwa kita semua sama seperti Buddha. Setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan dan bisa menyatu dengan segala kebenaran di alam semesta kapan pun dan di mana pun berada. Setelah memahami kebenaran, kita bisa memahami banyak hal. Akan tetapi, banyak orang masa kini yang tidak tahu karena tidak memiliki pemahaman secara menyeluruh. Mereka mengetahui sesuatu, namun tidak begitu memahaminya. Mengapa tidak memahaminya? Karena belum mengubah tabiat buruk. Semua makhluk diliputi kebodohan sehingga Buddha harus menghabiskan 42 tahun untuk memberikan bimbingan perlahan-lahan.

Buddha mengerahkan berbagai metode terampil untuk menyadarkan manusia. Hingga beberapa tahun terakhir hidup-Nya, Buddha baru mulai membabarkan kebenaran tertinggi, yaitu membimbing semua orang untuk menapaki Jalan Bodhisatwa dan mewariskan semangat Mahayana. Inilah yang terjadi pada masa Buddha hidup. Kita yang hidup pada zaman sekarang hendaknya segera bergerak untuk mendalami ajaran Buddha dan menapaki Jalan Bodhisatwa. Jika sebelumnya kita memiliki tabiat buruk, kini kita harus segera mengubahnya. Setiap orang harus segera bergerak untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Ajaran Buddha adalah kebenaran yang tidak terpengaruh oleh kondisi. Kebenaran ini tak terlihat dan tak bisa diraba, tetapi ia selalu ada selamanya. Ia sudah ada sejak masa tanpa awal. Ini ajaran tertinggi Buddha, juga merupakan tubuh Dharma sejati dari Buddha.

Tubuh Dharma sejati adalah kebenaran. Kebenaran ini bukan baru ada saat Buddha hidup lebih dari 2.000 tahun lalu. Buddha Sakyamuni menyadari segala kebenaran di alam semesta ini. Kebenaran di alam semesta ini sudah ada sejak masa tanpa awal dan selalu ada di mana pun. Setelah memahami kebenaran ini, Buddha datang ke dunia demi membuka pikiran dan membimbing semua makhluk agar memperoleh kesadaran dan mencapai pencerahan. Sesungguhnya, Buddha ingin memberi tahu kita tentang segala kebenaran yang terkandung di dalam alam semesta ini. Kebijaksanaan Buddha pada 2.000 tahun lalu telah dibuktikan oleh ilmuwan pada zaman sekarang.

Saya memberi tahu ini semua karena berharap kalian bisa meyakini ajaran Buddha. Janganlah kita berpikir, “Baguslah jika ada berkontribusi, tidak ada juga tidak apa-apa.” Saya berharap kalian bisa giat berkontribusi. Kita harus tekun mendalami ajaran Buddha dan giat menapaki Jalan Bodhisatwa. Janganlah kita meragukan ajaran Buddha. Kita harus mempelajari kebenaran. Berapa lama waktu yang kita miliki untuk mempelajari kebenaran? Sangatlah sulit untuk terlahir sebagai manusia. Dapat terlahir sebagai manusia dan mendengar ajaran Buddha, serta menapaki Jalan Bodhisatwa adalah kesempatan yang sangat langka. Setelah menyerap Dharma ke dalam hati, kita harus giat menapaki Jalan Bodhisatwa. Saya sering mengingatkan para relawan untuk rendah hati, bertutur kata baik, dan bekerja dengan lincah.

Bodhisatwa sekalian, ini semua harus kita terapkan dalam interaksi antarsesama. Kita harus belajar untuk memiliki kekuatan dalam kelemahlembutan. Saya juga pernah berbagi dengan kalian tentang Bodhisatwa Sadaparibhuta. Lihatlah Bodhisatwa Sadaparibhuta. Tak peduli bagaimana orang memarahi-Nya, Dia tetap tak pernah merendahkan orang dan senantiasa bersyukur. Saat ada orang ingin memukul-Nya, dia akan menghindar, namun tetap memberikan penghormatan dari kejauhan. Dia tidak pernah merendahkan orang karena Dia tahu setiap orang adalah Buddha masa depan. Dia memiliki hati yang sangat lapang.

Karena itu, saya sering berkata, “Ikrar saya seluas alam semesta. Kalaupun alam semesta ada batasnya, tetapi ikrar saya tiada batasnya.” Jadi, kita harus melapangkan hati dan membangun ikrar yang besar. Dengan demikian, akan lebih mudah bagi kita untuk menginspirasi orang lain. Janganlah kita melekat pada diri sendiri dan merasa bahwa kontribusi kita sudah banyak, lalu meminta orang lain untuk melihatnya. Sesungguhnya, berapa banyak kontribusi kita yang bisa dilihat oleh orang? Yang terlihat oleh orang lain adalah mimik wajah yang tak sedap dipandang dan nada bicara yang tidak lembut. Jika demikian, bagaimana kita membimbing orang? Singkat kata, semoga kita bisa membangun keteladanan untuk membimbing orang lain. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -