Suara kasih : Memberi Manfaat bagi Dunia

 

Judul Asli:

Mempertahankan Hati Buddha dan Memberi Manfaat bagi Dunia

Di tengah bencana tidak berperasaan tetap ada cinta kasih antarmanusia
Benih bodhi mulai bertunas dan kebijaksanaan mulai bangkit
 Bertekad menjadi “qingxiushi” untuk mengemban misi Tzu Chi 
Mempertahankan hati Buddha dan memberi manfaat bagi dunia

 

Kini adalah musim siklon tropis. Baik di Amerika Serikat maupun Taiwan, badai telah mendatangkan bencana. Melihat itu, saya sungguh khawatir. Tadi, pagi-pagi sekali,saya melihat laporan berita tentang India yang dilanda banjir parah. Selain itu, saya juga melihat kebakaran hutan di Rusia. Kobaran api di hutan yang luas itu membutuhkan waktu beberapa hari untuk bisa dipadamkan. Lihatlah kerusakan yang terjadi pada bumi. Ketidakselarasan unsur air dan api telah mendatangkan bencana besar bagi dunia.

Di Taiwan, kita juga merasakan kerusakan akibat Topan Saola. Begitu Topan Saola dan Damrey berlalu, Topan Haikui langsung menyusul. Kita sungguh harus mawas diri, berhati tulus, dan senantiasa meningkatkan kewaspadaan. Meski Topan Saola sudah berlalu, tetapi kerusakan yang tercipta masih terlihat di Heping, Hezhong, dan Heren yang terletak di Desa Xiulin. Wilayah bencana sangat luas.

Beberapa hari ini, insan Tzu Chi Hualien tidak berhenti menyalurkan bantuan. Kemarin, mereka kembali dari Heping, Heren, dan Hezhong untuk melaporkan situasi di lokasi bencana. Lihatlah lokasi bencana itu.Banyak rumah yang hancur. Bahkan sawah yang subur juga mengalami kerusakan. Kita dapat membayangkan perasaan para korban bencana. Pemerintah juga sedang berencana untuk merelokasi warga desa. Sungguh, warga desa harus direlokasi. Gunung sungguh tidak boleh dirusak lagi. Jadi, setiap orang harus menjalankan kewajiban dengan baik.

Singkat kata,di dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang harus menjaga hati dengan baik. Pada saat yang bersamaan, kita juga dapat melihat sekelompok orang yang hidupnya sangat indah. Mereka adalah para siswa dan guru Tzu Chi. Lihatlah, para anggota Tzu Cheng dan komite Tzu Chi mendampingi para siswa dan guru dari Sekolah Menengah Tzu Chi Tainan dan Hualien serta guru dari Asosiasi Guru Tzu Chi berangkat ke Sichuan, Tiongkok. Kemarin mereka pulang ke Griya Jing Si untuk berbagi kesan.

Setiap kesan yang mereka ceritakan sungguh membuat orang tersentuh. Saya sungguh merasa anak kita sudah dewasa dan sudah tumbuh besar. Kesan-kesan yang dibagikan oleh anak-anak tak terlepas dari rasa syukur, rasa haru,dan dorongan bagi mereka untuk belajar. Inilah awal yang indah bagi hidup mereka. Ada beberapa siswa yang telah membangun tekad. Meski kini masih duduk di bangku sekolah menengah, mereka berkata bahwa setelah masuk perguruan tinggi, mereka akan bergabung dengan Tzu Ching.

Kemarin, ada orang tua yang mendampingi anaknya kembali ke Griya Jing Si.Di Tainan, ada seorang anak yang membangun tekad luhur. Dia berharap bisa membantu saya memikul tanggung jawab. Dia bertekad menjadi “qingxiushi” (praktisi nonmonastik Griya Jing Si). Berhubung orang tuanya berada di samping, saya pun bertanya, “Apakah kalian rela?” Mereka menjawab, “Bagus sekali. Jika dia sudah bertekad, kami akan sangat mendukungnya.” Orang tuanya sungguh adalah Bodhisatwa. Orang tua anak itu adalah anggota komisaris kehormatan, anggota Tzu Cheng, sekaligus anggota komite Tzu Chi. Berhubung mereka sekeluarga adalah Bodhisatwa, mereka bisa memahami misi Tzu Chi, yaitu berkontribusi bagi seluruh dunia dan semua makhluk. Jika anak mereka bisa turut memikul tanggung jawab atas dunia, mereka juga merasa sangat bahagia dan sangat mendukung.

Ada pula seorang gadis yang bertekad untuk menjadi bhiksuni. Dia tidak pernah melupakan tekad awalnya ini dan selalu berpegang teguh padanya.Mereka adalah anak-anak yang penuh harapan. Mereka semua ingin mendedikasikan diri bagi seluruh dunia dan semua makhluk.

Pada ceramah pagi tadi, saya mengulas tentang Jalan Bodhisatwa. Kita harus membantu orang untuk mengenal Dharma. Bagi yang sudah mengenal Dharma, kita harus membimbing mereka lebih jauh untuk memasuki Jalan Bodhisatwa. Saat Buddha membabarkan Sutra Bunga Teratai pada masa-masa terakhir hidup-Nya, Beliau berharap ajaran Mahayana dan semangat Bodhisatwa dapat terus diwariskan oleh para murid-Nya. Akan tetapi, murid-murid-Nya di Dunia Saha tidak berani menerima misi ini. Mengapa? Ini karena makhluk hidup sangat keras kepala dan sulit untuk ditaklukkan. Sungguh, makhluk hidup sangat keras kepala dan sangat sulit untuk ditaklukkan. Jadi, untuk sungguh-sungguh mengemban misi Buddha di dunia bukanlah hal yang mudah.

Akan tetapi, kita dapat melihat anak-anak yang sejak kecil hingga dewasa selalu berpegang teguh pada tekadnya. Meski sudah kembali ke Taiwan, mereka masih selalu ingat dengan bibi dan paman Tzu Chi setempat. Perhatian, cinta kasih, dan pendampingan insan Tzu Chi Tiongkok membuat mereka sangat bersyukur dan tersentuh. Mereka juga melihat kegigihan anak-anak setempat. Anak-anak Taiwan membawa nilai-nilai budaya humanis ke sana, sedangkan yang mereka pelajari di sana adalah kegigihan. Tadi kita melihat mereka mementaskan drama musikal “Sutra Bakti Seorang Anak”. Mereka menulis skrip dan mengadakan latihan sendiri. Sungguh giat dan bersemangat.

Para siswa dari Hualien dan Tainan bekerja sama untuk mementaskan adaptasi Sutra ini. Berhubung siswa Tzu Chi Hualien lebih hafal dan kenal drama musikal itu, para siswa dari Tzu Chi Tainan merendahkan hati untuk meminta petunjuk dari siswa Tzu Chi Hualien. Para siswa Tzu Chi Hualien juga berbagi segala yang mereka ketahui. Mereka saling bekerja sama dengan harmonis. Tali persahabatan mereka sudah terjalin dengan erat.

Karena itu, pada ceramah pagi tadi, saya berkata bahwa di dalam lima orang terdapat enam hati. Setiap orang memiliki tabiat buruk, tetapi setiap orang memiliki satu hati yang sama, yaitu hati Buddha. Karena itu, Bodhisatwa sekalian, kita harus menjaga hati Buddha ini dengan baik dan segera melenyapkan tabiat buruk. Dengan demikian, barulah dunia bisa damai dan tenteram. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou)

 
 
Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -