Suara Kasih : Memperkaya Spiritual Setiap Orang

 

Judul Asli:

Memperkaya Spiritual Setiap Orang

Menempuh perjalanan jauh demi mengikuti pelatihan
Menyucikan batin dan memperkaya spiritual
Upacara peletakan batu pertama untuk pembangunan sekolah di Haiti
Bekerja sama dengan harmonis demi memperoleh kemakmuran

Kita dapat melihat insan Tzu Chi di Afrika Selatan. Dari tanggal 12 Oktober hingga 14 Oktober lalu,mereka menggelar pelatihan fungsionaris Tzu Chi. Setiap orang mengikuti pelatihan dengan tekun dan bersemangat. Para peserta pelatihan berasal dari empat negara,yaitu Zimbabwe, Mozambik, Swaziland, dan Afrika Selatan. Di antara mereka, ada yang harus menempuh perjalanan sejauh 1.700 km, 1.800 km, atau bahkan hampir 2.000 km. Mereka harus menempuh perjalanan mobil selama dua hari lebih dari pagi hingga malam.

Lihatlah, demi menghemat uang,mereka harus menempuh perjalanan mobil. Setiap orang mengikuti pelatihan demi mempelajari semangat dan filosofi Tzu Chi karena di negara mereka terdapat banyak orang yang hidup kekurangan. Ada orang yang sejak lahir sudah hidup di tengah kondisi kesulitan. Mereka berpikir bahwa kehidupan mereka akan seperti itu selamanya. Akan tetapi, setelah bertemu dengan Tzu Chi, mereka mulai memperkaya batin mereka.

Setelah menerima filosofi dan mempelajari semangat Tzu Chi, mereka mulai menyadari bahwa ternyata mereka tidak harus selalu bergantung pada bantuan orang lain. Mereka juga bisa bangkit untuk hidup mandiri. Meskipun hidup kekurangan, mereka memiliki kekuatan untuk membantu orang lain. Mereka mengikuti pelatihan untuk memperkaya batin mereka. Ini semua berkat beberapa pengusaha Taiwan di Afrika Selatan yang mengemban misi Tzu Chi di sana sehingga bisa menginspirasi banyak relawan lokal yang berkulit hitam.

Di sana, ada seorang relawan asal Taiwan yang selalu terjun ke komunitas orang berkulit hitam sebanyak tiga atau empat kali dalam seminggu dengan mengendarai mobil sendiri. Dia sungguh berani. Sebagian komunitas orang berkulit hitam sangat rawan, bahkan polisi setempat saja tidak berani masuk ke sana. Akan tetapi, dengan penuh cinta kasih,setiap minggu insan Tzu Chi terjun ke komunitas orang berkulit hitam dan mensosialisasikan daur ulang. Melalui kegiatan daur ulang, dia berhasil menginspirasi lebih dari 10 warga menjadi relawan Tzu Chi. Mereka juga berada di tengah peserta pelatihan fungsionaris Tzu Chi kali ini.

Kita dapat melihat atmosfer yang harmonis di sana. Kita bagai melihat awan putih di tengah langit yang gelap sebelum matahari terbit. Ini karena mereka mengenakan celana ataupun rok putih. Tak peduli mengenakan seragam abu-abu putih ataupun biru putih, mereka tetap mengenakan bawahan putih yang sangat indah bagaikan awan putih. Selain Afrika Selatan, para relawan Haiti juga demikian. Para Bodhisatwa Haiti telah bergabung dengan Tzu Chi selama hampir 3 tahun. Pascagempa di Haiti pada tahun 2010, insan Tzu Chi mulai menginjakkan kaki di sana.

Sejak saat itu, insan Tzu Chi terus membimbing warga Haiti dan berbagi dengan mereka tentang ajaran Buddha dan Jalan Bodhisatwa. Tiada orang yang mengutus mereka ke sana. Mereka semua pergi atas inisiatif sendiri untuk membantu orang yang membutuhkan. Kini, warga setempat telah memahami bahwa semangat Bodhisatwa adalah berinisiatif untuk membantu sesama.

Contohnya beberapa hari ini,sekelompok insan Tzu Chi Amerika Serikat telah tiba di Haiti.Akibat adanya badai, mereka berencana untuk menunda upacara peletakan batu pertama proyek pembangunan TK. Akan tetapi, saya berkata kepada mereka bahwa kita tak perlu menggelar upacara. Kita cukup mengingat dan mencatat kegiatan ini ke dalam sejarah Tzu Chi. Para Bodhisatwa dunia membawa berkah ke setiap tempat. Setiap tempat yang dilalui Bodhisatwa pasti akan dipenuhi berkah. Di atas lahan itulah, insan Tzu Chi akan membantu membangun sekolah yang indah bagi warga setempat.

Kemarin, insan Tzu Chi menggelar upacara peletakan batu pertama sesuai rencana di kantor OECC. Saya sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi Amerika Serikat yang tak gentar dengan badai. Mereka tetap menggelar upacara peletakan batu pertama sesuai dengan yang dijadwalkan sebelumnya. ” Kami berterima kasih kepada Tuhan. Tzu Chi akan membantu kami membangun sekolah. Kelak kami tak perlu lagi menggunakan plastik untuk menutup genting. Tahun depan, kami bisa mengajar dengan tenang di ruang kelas yang baru.Saya berterima kasih kepada Tzu Chi dan Tuhan,” ujar guru di sana.

Lihatlah, mereka akan mulai membangun sebuah sekolah di atas lahan ini yang kelak akan menjadi proyek harapan untuk membimbing anak-anak. Lihatlah para siswa TK yang menggemaskan itu. Kini mereka bersekolah di sebuah ruang kelas pinjaman. Kelak mereka akan memiliki ruang kelas sendiri. Harapan sudah ada di depan mata. Upacara peletakan batu pertama telah dilangsungkan sesuai rencana. Saya sangat bersyukur. Kita dapat melihat baik warga Haiti maupun Afrika Selatan, meski hidup kekurangan, mereka tetap bisa hidup mandiri serta membantu sesama.

Pada upacara peletakan batu pertama di Haiti,insan Tzu Chi juga memberikan tanaman kelor kepada warga setempat. Tanaman yang kaya akan nutrisi ini sangat cocok ditanam di daerah setempat. Pertumbuhannya juga sangat cepat. Baik daun, ranting, maupun akar tanaman ini, semuanya sangat kaya akan nutrisi. Kita tengah mengajak setiap keluarga untuk menanam tanaman kelor ini. Jadi, saat upacara peletakan batu pertama, kita juga membagikan tanaman kelor yang diambil dari perkebunan yang dibangun Tzu Chi di sana.

Kita juga melihat insan Tzu Chi Filipina yang membagikan bantuan beras. Ada beberapa penerima bantuan yang bersedia berbagi beras mereka dengan orang lain yang membutuhkan. ”Beras yang dibagikan Tzu Chi sudah cukup untuk keluarga kami. Saya akan memberikan sebagian beras ini kepada keponakan saya karena keluarganya juga kekurangan,” ujar salah satu penerima bantuan. “Yang paling membuat saya tersentuh adalah bukan berapa banyak beras yang Tzu Chi bagikan, melainkan hati mereka untuk membantu orang lain. Saya berharap setiap butir beras bisa menjadi doa bagi setiap keluarga. Semoga doa ini bisa diteruskan kepada setiap orang,” ujar salah seorang pemuka agama di Filipina .

Bayangkan, di tempat yang serba kekurangan itu, kita bisa melihat cinta kasih yang berlimpah. Ini merupakan kisah yang penuh kehangatan. "Kekayaan" selalu ada di dunia ini asalkan kita dapat mengendalikan pikiran, hidup rajin, hemat, dan bersumbangsih dengan cinta kasih. Dengan demikian, dunia ini akan penuh dengan kebahagiaan. Jika manusia selalu melakukan aksi unjuk rasa atas masalah pengangguran dan perekonomian, atas masalah pengangguran dan perekonomian, maka sungguh akan mendatangkan bahaya. Aksi protes yang tak terkendali akan menciptakan ancaman yang besar.

Jika manusia bisa menenangkan hati, kehidupan sesulit apa pun pasti bisa dilewati dengan damai.Jadi, untuk mewujudkan negara yang makmur, batin manusia harus harmonis. Untuk mewujudkan keluarga yang makmur,setiap orang harus bekerja sama dengan harmonis. Tidak ada hal yang tak bisa dilakukan. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou)

 
 
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -