Suara Kasih : Memperluas Hutan Bodhi


Judul Asli:

Memperluas Hutan Bodhi ke Seluruh Dunia

Menebar cinta kasih setelah bencana terjadi
Pelatihan relawan telah diadakan empat kali
Memperoleh bantuan dan menginspirasi warga
Memperluas hutan bodhi hingga ke seluruh dunia


Terpal minimal bisa digunakan selama 5 bulan untuk mencegah bocornya tenda di musim hujan. Dalam mengulurkan cinta kasih, kita harus melatih pikiran pada setiap kondisi. Kondisi apa pun yang kita hadapi, dapat mengingatkan kita untuk terus waspada.

Lihatlah keadaan di Haiti. Entah bahasa apa yang dapat melukiskan cinta kasih para insan Tzu Chi di sana. Mereka tak hanya membantu para korban dengan memberikan bahan kebutuhan sehari-hari dan makanan, melainkan juga mendampingi para korban, dan yang terpenting adalah menginspirasi mereka. Hal ini tidaklah mudah.

Menumbuhkan Bibit Relawan Setempat
Kita harus tahu bahwa program bantuan darurat suatu saat pasti berakhir. Insan Tzu Chi telah mendampingi warga selama lebih dari 70 hari. Meski Tzu Chi juga merencanakan program bantuan jangka menengah dan panjang, namun saat insan Tzu Chi tak berada di sana, siapa yang akan merawat dan memerhatikan mereka yang menderita?

Karenanya, kita harus menginspirasi warga lokal untuk menjadi relawan. Namun, menjelaskan ajaran Buddha di negara yang mayoritas warganya beragama Katolik sangat tidak mudah. Bagaimana menjelaskan kepada mereka apa yang disebut Bodhisatwa? Untuk itu, dibutuhkan kebijaksanaan. Jadi, welas asih saja tidaklah cukup, harus dibarengi dengan kebijaksanaan.

Jadi, beberapa hari ini, tepatnya tanggal 26 - 28 Maret, telah diadakan 4 sesi pelatihan relawan dengan jumlah peserta lebih dari 320 orang. Awalnya kita sudah cukup puas dengan diadakannya satu sesi pelatihan. Namun, setelah sesi pertama berakhir, semakin banyak orang ingin mengikuti pelatihan. Ini karena mereka telah merasakan semangat Tzu Chi yang penuh rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih.

Insan Tzu Chi tak hanya membantu para korban memberikan bahan kebutuhan sehari-hari dan makanan, melainkan juga mendampingi para korban, dan menginspirasi mereka. Hal ini tidaklah mudah, karena itu welas asih harus dibarengi dengan kebijaksanaan.

“Ini adalah air mata kebahagiaan yang penuh cinta kasih karena insan Tzu Chi telah mengajarkan kami arti dari cinta kasih. Ini adalah pertama kalinya sebuah organisasi datang ke Haiti untuk membantu dengan rasa hormat dan cinta kasih,” kata salah seorang warga. “Ketika bertemu kesulitan, saya akan mencari teman untuk mendengar. Meski mereka tidak memberikan uang, dengan mendengarkan saja sudah menghibur. Inilah yang insan Tzu Chi lakukan di Haiti. Tzu Chi tak hanya memberikan makanan atau tenda, melainkan cinta kasih,” tambah warga lainnya.


Ini terlaksana berkat para Bodhisatwa dunia yang penuh welas asih dan kebijaksanaan dalam menanamkan semangat Tzu Chi di sana. Saya sungguh berterima kasih sekaligus kagum kepada para Bodhisatwa dunia ini atas segala yang mereka lakukan di Haiti.

Pada tanggal 3 April 2010 program bantuan darurat kita bagi Haiti akan berakhir. Karenanya, pada hari itu (3 April) akan diadakan doa bersama. Kita juga mengundang para pastor, pendeta, dan suster untuk bersama-sama berdoa. Sesungguhnya, insan Tzu Chi di seluruh dunia berdoa bagi Haiti setiap hari. Setiap hari mereka pun menggalang dana. Sampai saat ini, insan Tzu Chi di 36 negara terus menggalang hati dan dana bagi Haiti. Saya sangat tersentuh dan merasa bersyukur dengan adanya insan Tzu Chi di seluruh dunia yang terus menghimpun tetesan cinta kasih untuk memberi dukungan kekuatan kepada para insan Tzu Chi dari Amerika Serikat yang terus menyambung estafet cinta kasih dan mewakili seluruh insan Tzu Chi menyampaikan himpunan cinta kasih ini ke Haiti dengan penuh welas asih dan kebijaksanaan.

Satu Bencana Terjadi, Sepuluh Bodhisatwa Datang Membantu
Kita sungguh harus berterima kasih. Semua orang harus saling berterima kasih. Untuk dapat menyalurkan bantuan ke Haiti, para relawan membutuhkan dukungan semua orang yang menghimpun kekuatan dan menjadi penopang agar mereka yang berjalan di garis depan dapat melangkah dengan mantap. Inilah yang dimaksud  ketika satu daerah tertimpa bencana, Bodhisatwa dari 10 penjuru datang mencurahkan perhatian.

Insan Tzu Chi di seluruh dunia bersumbangsih dengan cinta kasih tanpa pamrih. Kita juga melihat kondisi di Cile. Beberapa hari lalu tepat sebulan sudah sejak gempa mengguncang. Pada tanggal 10 Maret, 6 orang insan Tzu Chi dari Argentina tiba di Cile dan segera menemui gubernur Biobio serta seorang senator, Alejandro Navarro Brain, yang sangat mendukung Tzu Chi. Ketika Tzu Chi mengajukan pembebasan pajak, beliau sangat mendukung. Ketika Tzu Chi meminta bantuan transportasi, beliau pun berusaha semaksimal mungkin.

Satu daerah tertimpa bencana, Bodhisatwa dari 10 penjuru datang mencurahkan perhatian.Untuk dapat menyalurkan bantuan ke Haiti, para relawan bersatu hati menghimpun kekuatan dan menjadi penopang dalam memberikan bantuan dan kasih sayang.


Pada tanggal 27 Maret, pembagian bantuan berskala besar dilaksanakan dan berjalan lancar. Ketika gubernur mendengar bahwa pembagian bantuan ketiga akan segera berakhir, beliau datang dengan sebuah helikopter karena takut terlambat melihat upacara penutupan. Beliau terus meminta stafnya untuk meminta insan Tzu Chi menunggu karena beliau sedang dalam perjalanan. Akhirnya, beliau pun sampai tepat waktu, menyatakan terima kasih kepada insan Tzu Chi, dan menyampaikan salam kepada warga.


Sungguh sangat menyentuh. Senator Brain pun ikut serta dalam pembagian bantuan. Beliau mengakui bahwa  Tzu Chi merupakan organisasi yang penuh ketulusan, kebenaran, keyakinan, kesungguhan, rasa syukur, dan rasa hormat. Beliau merasakan semua ini. Inilah kondisi di Cile. Tentu saja, saya sangat berterima kasih kepada para warga dan pengusaha Taiwan di Cile.

Begitu insan Tzu Chi tiba di Cile, jalinan jodoh pun matang bagai rebung musim semi  yang bermunculan setelah hujan. Mereka semua adalah pengusaha muda. Ada juga seorang dokter, dr. Yang, yang juga membantu insan Tzu Chi berkomunikasi dengan pemerintah setempat. Beliau sangat mendukung dan terus mendampingi insan Tzu Chi. Saat rapat melalui konferensi video, beliau pun mengatakan kepada saya bahwa beliau pun mengatakan kepada saya bahwa beliau bertekad mendirikan TIMA di Cile.

Insan Tzu Chi di sana mulai mengadakan pertemuan dengan relawan baru setiap hari. Di siang hari mereka bekerja di lapangan, di malam hari mereka mengadakan pertemuan untuk memperkenalkan Tzu Chi kepada warga. Dengan adanya kegiatan ini, calon Bodhisatwa pun bermunculan. Saya sangat berterima kasih kepada mereka yang bersumbangsih bagi sesama yang menderita sekaligus memperoleh pencapaian dalam melatih diri.

Hal ini sungguh menyentuh. Insan Tzu Chi di Cile menolong para korban bencana sekaligus menginspirasi warga setempat sehingga benih Tzu Chi mulai berakar. Saya yakin jalinan jodoh Tzu Chi di Cile akan segera matang. Sesungguhnya, belum 20 hari insan Tzu Chi berada di sana, namun betapa banyak yang telah mereka lakukan. Karenanya, saya sering berkata bahwa mereka sungguh dipenuhi berkah karena segala sebab dan kondisi telah matang, baik dari segi manusia, lokasi, dan segalanya. baik dari segi manusia, lokasi, dan segalanya. Meski menghadapi banyak kesulitan, mereka dapat memperoleh bantuan sekaligus menginspirasi pengusaha setempat. Mereka mencapai banyak hal sekaligus. Ini sungguh merupakan hal yang menyentuh. Akhir kata,perasaan tersentuh ini sesungguhnya tak terlukiskan dengan kata-kata. Insan Tzu Chi senantiasa menginspirasi warga setempat dan memperluas hutan bodhi di seluruh dunia.

Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi
Foto: Da Ai TV Taiwan

Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -